Kebanyakan yang menjadi partner adalah orang-orang asing yang berada di Indonesia. Berbeda jika jita berada di negara maju, jika kita menjalankan usaha, maka kita harus berusaha sendiri tanpa didampingi partner karena pemerintah setempat siap melindungi usaha kita selama bermanfaat untuk negara maju tersebut.
Di Indonesia ini, begitu banyak orang ingin menjadi pengusaha. Saya tidak tahu alasannya apa, apakah memang mereka benar-benar siap menjadi pengusaha atau hanya mencari akal untuk mendapat modal dan pada akhirnya tidak dapat mempertahankan usahanya kemudian yang menjadi sasaran kesalahan adalah pemerintah Indonesia serta rakyat yang bodoh (katanya....).
Umumnya, para pengusaha dadakan ini, sewaktu mendapat modal untuk menjalankan usahanya, yang pasti, tata keuangannya pasti berantakan. Karena pengusaha macam ini dengan segera menenteng hand phone dari berbagai seri dan mutakhir. Juga membawakan diri super sibuk dengan didampingi notebook yang mutakhir, minum cappucino di kafe ternama, berkeliaran di pub hotel berbintang lima, mengisap rokok atau cigar, dan jelasnya didampingi wanita yang super seksi dan cantik.
Dan sewaktu menjalankan pekerjaan dalam usahanya, dengan segera perintah anak buah. Jika ada partner, baik itu asing atau lokal yang kaya, maka si pengusaha sering perintah anak buah dan anak buah tidak memberikan hasil apapun. Bahkan sewaktu di bank, yang berbicara adalah sang sekretaris nan cantik.
Apakah pengusaha jenis ini yang dikatakan sebagai pengusaha berkualitas?
Boleh-boleh saja sebagai pengusaha, kita menggunakan hand phone atau notebook yang mutakhir. Bahkan boleh-boleh saja sebagai pengusaha, kita menikmati secangkir cappucino di hotel-hotel berbintang lima. Saya pun sebagai pengusaha, terkadang melakukan hal yang sama.
Yang menjadi pertimbangan adalah apakah hasil usaha kita sudah maksimal sehingga kita sudah layak untuk menikmati segala yang bersifat eksklusif? Dan untuk menuntaskan pekerjaan, bukan sekedar perintah anak buah, tetapi yang penting adalah ada hasil penuntasan pekerjaan.
Mungkin Anda akan berkata "Lho, saya perintah anak buah supaya mereka belajar?" Belajar tanpa mengerti dengan tujuan, adalah hal yang sia-sia.
Boleh-boleh saja kita meng-koordinasi atau mendelegasikan pekerjaan kepada anak buah. Dan ingat, cara pendelegasian tersebut harus diawali dengan penjelasan maksud tujuan dan penjelasan hasil yang diharapkan, sehingga anak buah dapat belajar dan tahu manfaat dalam menjalankan tugas.
Netter yang berbahagia,
- Jika Anda ingin menjadi pengusaha yang berkualitas, tanyalah pada diri Anda sendiri, apakah Anda memang sudah siap menjadi pengusaha yang berkualitas?
- Apakah Anda mudah menyalahkan pihak anak buah hanya karena pekerjaan tidak tuntas?
- Apakah Anda mudah mengeluh?
- Apakah Anda berani bertemu muka dengan siapa pun juga baik aparat, perbankan, pemimpin komunitas?
Saran saya adalah persiapkan diri Anda dengan sebaik mungkin untuk menjadi pengusaha dengan percaya diri yang baik.
Pengusaha yang berkualitas tidak pernah mengeluh!
Semoga sukses menjadi pengusaha yang berkualitas!
sumber : Debbie Sianturi
http://www.andriewongso.com/awartikel-908-Artikel_Anda-Pengusaha_Berkualitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar