*****Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yg sabar.(Qs.Al-Baqarah 2 : 155).*****Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga , padahal (cobaan) belum datang kepadamu seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yg beriman bersamanya , berkata, 'kapankah datang pertolongan Allah?' Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.(Qs.Al-Baqarah 2 : 214). *****Dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan , agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.(Qs.Al-An'am 6 : 42). *****Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yg baik-baik dan (bencana) yg buruk-buruk, agar mereka kembali (kepda kebenaran). (Qs. Al-A'raf 7 : 168). *****Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yg apabila disebut nama Allah gemetar hatinya , dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yg melaksanakan shalat dan yg menginfakkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yg benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yg mulia. (Qs.An-anfal 8 : 2-4). *****Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yg berjihad diantara kamu dan tidak mengambil teman yg setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yg kamu kerjakan. (Qs. At-Taubah 9 : 16) *****Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yg sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiya 21 : 35). *****Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh , Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yg dusta. (Qs. Al-'Ankabut 29 : 2-3)

Selasa, 30 November 2010

Rintangan untuk berbuat baik

Saudaraku, setiap kita pasti ingin berbuat kebaikan kepada siapa saja. Namun setiap keinginan perbuatan baik kita, bukannya tanpa rintangan. Sering kita mendapatkan hal-hal yang me-nyakitkan hati. Justru yang sering membuat kita kecewa adalah orang-orang dekat kita. Untuk itu , janganlah kita berharap imbalan, dalam arti berharap imbalan kebaikan setimpal dari pihak yang telah kita bantu. Pasanglah sikap Zero Ecpectation (harapan nol).
Saudaraku, dunia ini tidak selamanya memperlakukan kita secara adil. Jika anda berbuat baik, lakukan dengan tulus, dan jangan mengharapkan walau hanya ucapan terima kasih. Bahkan Para Rasul, para Nabi pun selalu dicurigai bahkan dihujat, walaupun kita sangat yakin para Nabi dan Rasul tidak akan pernah berbuat merugikan orang lain , artinya para utusan Allah pun tidak luput dari kebencian pihak tertentu.
Namun , saudaraku bergembiralah, bila anda masih dan sanggup berbuat kebaikan. Ini adalah anugerah besar bagi anda.

“ Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Qs. Az-Zumar : 10).

Yakinlah , jika penerima kebaikan anda sampai lupa berterimakasih kepada anda, atau justru sengaja mencemooh anda, Allah akan membalas kebaikan anda dengan berlipat-lipat ganda.
Salah satu rahasia Allah yang diungkapkan dalam Alqur’an adalah bahwa seseorang yang beramal shaleh akan diberikan balasan yang tanpa batas.
Saudaraku , kita perlu mengetahui apakah sesunnguhnya arti dari kebaikan itu. Definisi dari kebaikan sendiri begitu beragam, setiap individu dengan latara belakang kultur yang berbeda mempunyai definisi tersendiri tentang kebaikan.

Umumnya , hal pertama yang terlintas di benak kita adalah berperilaku menyenangkan, mem-berikan manfaat bagi orang lain, atau berperilaku toleran terhadap setiap jenis perbuatan, dan semacamnya. Perilaku-perilaku seperti itu sering dianggap sebagai sebuah tanda atau indikasi “kebaikan” dalam konsensus masyarakat.

Lalu bagaimana kebaikan menurut Alqur’an.

Firman Allah , yang artinya, “ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
• beriman kepada Allah, Hari Kemudian, para malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
• memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
• dan (memerdekakan) hamba sahaya,
• mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
• dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
• dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Qs Al-Baqarah : 177).

Dalam hadits iriwayat Tarmidzi, Rasulullah SAW mengajak orang yang beriman untuk selalu takut kepada Allah dan berbuat baik. Seperti dalam sabdanya,yang artinya : “Takutlah kepada Allah dimanapun kamu berada. Lakukanlah kebaikan sesegera mungkin setelah berbuat dosa untuk menghapuskan dosa itu, dan selalu berbuat baiklah dalam hubunganmu dengan manusia” (H.R. Tarmidzi).

Allah juga telah mewahyukan dalam Alqur’an bahwa Ia mencintai orang yang selalu berfikiran baik dan berbuat baik kerena keimanan mereka dan rasa takut serta cinta mereka kepada Allah.

Firman Allah, yang artinya, “ …orang-orang yang berbuat baik di dunia Ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa (Qs An-Nahl: 30).

Allah memberikan kepada hamba-hamba-Nya kabar gembira, dan berkah jasmani maupun rohani.

Allah memberitahu kita tentang berkah-Nya kepada Rasulullah SAW dalam sebuah ayat: Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan. (Qs Ad-Dhuhaa : 8).

Allah SWT menjanjikan bahwa di setiap zaman, Ia akan memberi hamba-Nya yang beriman kehidupan yang baik.

Firman Allah, yang artinya ,” Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan “ (Qs An-Nahl : 97).

Saudaraku dengan selalu berniat dan berusaha untuk hanya mengharapkan ridha dari Allah semata. Kepuasan dan keikhlasan kita akan ridha Allah , maka Allah memberikan berkah-Nya dan kehidupan serta karunia yang baik dari Allah SWT.

Firman Allah, yang artinya ,” Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) “ (Qs. Al-An’am : 160)

Firman Allah, yang artinya ,” Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (Qs An-Nisaa’ : 40).

Firman Allah, yang artinya, “ Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan . Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya” (Qs. Yunus : 26).

Saudaraku, pepatah mengatakan “ Bad wather makes good timber “ , Angin ribut menjadikan pohon bertambah kuat dan baik. Orang-orang yang sabar dalam menghadapi rintangan dan cobaan akan mendapatkan surga.

Firman Allah, yang artinya “ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasulullah dan orang-orang yang beriman bersamanya : “Bilakah datangnya pertolongan Allah ?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat “. (Qs. Al-Baqarah : 214).

Saudaraku, janganlah berputus asa untuk selalu berusaha berbuat baik, walaupun seringkali balasan yang kita terima justru menyakitkan. Yakinlah Allah tidak menyia-nyiakan kebaikan kita.

Wallahu A’lam.
Sumber :Ghalib Ahmad Masri , The Way to happiness La Tahzan, menemukan jalan keluar, Moch. Sofwat el Makki Mahasiswa Arsitektur FTSP UII, http://alrasikh. wordpress.com

Senin, 29 November 2010

Ta'affuf , tidak minta-minta

Rasulullah mewasiatkan kepada sahabat untuk tidak meminta kepada makhluk, walaupun tertimpa kelaparan sampai tidak mampu berjalan. Dari Abu Dzar a-Ghifari, bercerita bahwa Rasulullah menunggang keledai dan memboncengkanku di belakangnya, kemudian bersabda, yang artinya " Abu Dzar bagaimana pendapatmu jika kelaparan yang dasyat menimpa manusia sampai engkau tidak mampu bangun dari tempat tidurmu menuju mesjidmu?"
Abu Dzar menjawab ,' Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui '
Beliau bersabda, " Ta'affuf - lah (janganlah meminta-minta", (Hr Ibn Hibban (Mawariduzh Zham-an, 1862), Ahmad 5/149, Abu dawud 4261 dishahihkan oleh Syaikh Musthafa al Adawi dalam Ash-Shahihul Musnad min Ahaditsul Fitan wal Malahin). Dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda yang artinya ,” Barang siapa yang meminta-minta kepada sesama manusia dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, maka sesungguhnya ia meminta bara api. Terserah padanya apakah ia mengumpulkan sedikit saja atau akan memperbanyaknya “ (Hr Muslim 2/zakat/760, Ibn Majah 2/1737, ahmad dalam masnadnya 2/231 dan Al Baihaqy dalam sunannya 4,196).

Kita juga jumpai orang berada dipinggir jalan tengadahkan tangan ke setiap orang melintas. Perbuatan meminta-minta adalah tercela didalam pandangan Islam. Mereka tinggalkan usaha tangan sendiri. Padahal Allah SWT telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Firman Allah yang artinya , “ Tidak ada satu binatang melatapun dibumi ini melainkan Allah-lah mengatur rizkinya,” (Qs. Hud : 6).

Sifat 'afaf (menjaga kehormatan diri) dari meminta-minta adalah salah satu perwujudan dari sikap qana'ah yanitu sikap merasa cukup atau ridha terhadap pemberiaan Allah. Seorang hamba yang mempunyai sikap qanaah akan dihindarkan dari mengharapkan barang milik orang lain , apalagi meminta-minta.
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ," Sesungguhnya meminta-minta itu merupa-kan cakaran seseorang ke wajahnya (sendiri). Kecuali seseorang yang meminta kepada pemerin-tah atau dalam perkara yang tidak ada pilihan baginya ," (Hr Timidzi , 681, dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin , 533).

Rasulullah bersabda yang artinya ,” Seandainya kamu sekalian benar-benar tawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi rizki bagi kalian sebagaiama Dia memberi rizki kepada burung. Dimana burung itu pada waktu pagi dengan perut kosong (lapar), dan pada waktu sore hari ia kembali dengan perut kenyang “. (Hr At Tirmidzi (4/2344), Ibn Majah (2/ 4164), Al Hakim dalam Al-Mustadrak (4/318) dan dia , berkata, “ hadits ini hasan shahih dan disepakati oleh Adz-Dzahaby ).


Sifat 'afaf memiliki keutamaan yang besar. Karena itulah Rasulullah menawarkan suatu reward yang agung, sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya, "Siapakah yang menjamin bagiku, maka aku akan menjamin surga baginya?
Sahabat Tsauban berkata, 'saya Ya Rasulullah'.
Maka diapun tidak pernah meminta apapun kepada seorangpun." (Hr. Abu Dawud,1643, dishahihkan Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahjatun Naszhirin,535).

Yakinlah saudaraku, bahwasanya setiap makhluk telah dijamin rizkinya oleh Allah SWT, dan seorang hamba dituntut berusaha untuk mendapatkannya.
Sungguh indah , Rasulullah SAW memberikan perumpamaan dengan seekor burung yang keluar dari sarangnya untuk mencari rizki. Burung itu tidak tinggal didalam sarangnya dan menunggu rizki datang sendiri kepadanya. Begitu juga manusia .

Firman Allah yang artinya, “ Apabila shalat telah selelsai ditunaikan maka bertebaranlah kamu sekalian dimuka bumi ini dan carilah karunia Allah ,” (Qs . Al-Jum’ah : 10).

Rasulullah sangat menganjurkan agar seorang hamba muslim makan dari hasil usaha sendiri dan menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta dan mengharapkan pemberian dari orang lain.
Rasulullah bersabda yang artinya, “ Sungguh salah seorang diantara kalian pergi mencari kayu bakar dan dipikulkan ikatan kayu itu di punggungnya, maka itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada seseorang baik orang itu memberi ataupun tidak memberinya ,” (Hr Bukhari 4/2073/alfath, Muslim 2/zakat/721, an-Nasay 5/2573, dari Abu Hurairah).

Dari riwayat sahabat Al-Miqdam bin Ma’dikarib ra, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya, “ Tidak ada seseorang, makan makanan yang lebih baik daripada makan dari hasil usahanya sendiri dan sesungguhnya nabi allah Daud AS makan dari hasil usahanya sendiri (Hr Bukhari 4/2072/al-Fath, Ahmad dalam musnadnya 4/131,132,).

Bahkan dari riwayat Ibn ‘Umar, Rasulullah bersabda yang artinya , “ Seseorang diantara kalian akan selalu meminta-minta sehingga ia nanti bertemu dengan Allah sedangkan mukanya tiada berdaging sama sekali “, (Hr Bukhari 3/1474/Al-Fath dan Muslim 2/Zakat/720 dan Ahmad 2/15).

Hadits riwayat Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda yang artinya ,” Barang siapa yang meminta-minta kepada sesama manusia dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, maka sesungguhnya ia meminta bara api. Terserah padanya apakah ia mengumpulkan sedikit saja atau akan memperbanyaknya “ (Hr Muslim 2/zakat/760, Ibn Majah 2/1737, ahmad dalam masnadnya 2/231 dan Al Baihaqy dalam sunannya 4,196).

Sungguh , kelaparan dan sedikit ibadah lebih baik daripada seorang hamba memakan dari hasil meminta-minta dari orang lain seraya melakukan banyak ibadah.
Sabagaimana riwayat Imam Muslim dari sahabat Qabishah bin Mukhariq al-Hilali , bahwa dia berkata ,” Saya memiliki tanggungan (hutang, diat dan sebagainya) lalu saya mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta sesuatu kepada beliau .
Rasulullah bersabda , : Tinggallah ! sampai datang kepada kami sedekah , nanti akan kami perintahkan agar dibagikan kepadamu “.
Kemudian Rasulullah bersabda, “ Hai Qabishah , sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali bagi salah satu dari tiga orang.
Pertama, orang yang sedang menanggung beban (denda, hutang dan sebagainya) maka ia boleh meminta sampai ia melepaskan tanggungan (beban ) itu.
Kedua, Seseorang yang tertimpa kecelakaan/ musibah yang menghabiskan hartanya, maka ia boleh meminta-minta sehingga ia bisa memperoleh kehidupan yang layak.
Ketiga, seseorang yang sangat miskin, sehingga disaksikan oleh tiga orang cerdik pandai dari dari kaumnya bahwa “si fulan benar-benar miskin” , maka ia boleh meminta-minta sehingga ia bisa memperoleh kehidupan yang layak.
Hai Qabishah, meminta-minta yang selain karena tiga sebab ini maka itu adalah usaha yang haram, dan orang yang memakannya
berarti makan barang haram ,”. (Hr Bukhari 3/1479/al-Fath, dan Muslim 2/zakat/719.”.

Firman Allah yang artinya ,” Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan , kelaparan jiwa dan buah-buahan dan berikanlah berita kepada orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan inna lillahi wa inna illaihi rajiun mereka itulah yang mendapat keberkahan sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk “. (Qs. Al Baqarah 155-157).

Dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah pernah bersabda yang artinya ,” Bukanlah yang dinamakan kaya itu karena banyak hartanya, tetapi yang dinamakan kaya sebenarnya adalah kekayaan jiwa “. (Hr Bukhari 11/6446/Al-Fath , dan Muslim 2/zakat/726)

Saudaraku, marilah kita berusaha dengan kemampuan yang ada dengan cara yang halal dan menghiasi diri dengan sifat qona’ah. Qona’ah atau merasa cukup dengan apa yang ada pada diri kita. Imam Ibn Qudamah al-Maqdisi dalam Tuhfatul Ahwadzi, menyatakan bahwa ketahuilah bahwa kemiskinan itu terpuji. Namun, sepantasnya orang yang miskin itu bersikap qana'ah, tidak berharap kepada makhluk, tidak menginginkan barang yang berada di tangan orang lain, dan tidak rakus dalam mencari harta dengan segala cara.

Allahu a’lam
Sumber kutipan : Buletin Jum’at Al Atsariyyah , http ://Almkassari.com

Kamis, 25 November 2010

Energi mengikuti imajinasi

Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi dalam al-Khawathir , menyatakan bahwa pikiran adalah alat ukur yang diginakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih mnejamin masa depan diri dan keluarganya. Kita sering tidak menyadari apa pikiran-pikiran terdalam kita, tetapi kita dapat melihat apa yang telah kita pikirkan dengan melihat tindakan-tindakan yang telah kita ambil. Pikiran-pikiran terdalam kita tercermin dalam tindakan dan situasi di sekelilingnya.Ketika kita ingin menarik sesuatu kedalam hidup kita, pastikan bahwa tindakan kita tidak berlawanan dengan hasrat kita.
Suatu contoh sebagaimana dalam buku Levering the universe and engagging the magic , tentang kisah seorang wanitayang mendambakan pasangan yang iimpikan dalam kehidupannya. Ia sudah berusaha dan melakukan hal-hal yang benar. Ia sudah memiliki gambaran tentang pria yang didambakannya, dan memvisualkannya. Namun lama ditunggu belum juga muncul kehadirannya.

Kemudian pada suatu ketika ia pulang kerumah dan memarkir mobilnya ditangah garasi. Pikir punya pikir ia terkejut, jika ia memarkir mobilnya di posisi tengah garasi, maka tidak ada ruanguntuk mobil pasangan idealnya. Dalam pikirannya yang paling dalam, seakan ia tidak percaya bahwa ia sedang mennerima apa yang ia minta.
Selanjutnya ia segera membersihkan garasinya dan memarkir mobil di satu sisi, sehing-ga menyisakan cukup ruang disisi lainnya untuk meobil pasangan idealnya nanti. Kemudia ia masuk ke kamar tidur dan membuka lemari, yang penuh pakaian. Tidak ada ruang pakian untuk pasangannya. Ia segera pindahkan beberapa pakaian untuk menyi-sakan ruang. Semua ia juga selalu tidur ditengah ranjang, kini ia mulai tidur di sisi dan menyisakan ruang untuk pasangannya.Tidak lama berselang, ia benar-benar menerima kehadiran pasangan ideal yang telah ia nantikan.

Menurut seorang fisikawan Albert Einstein, “Energi mengikuti imajinasi”. Pernyataan ini mengandung arti bahwa imajinasi akan mengumpulkan seluruh energi untuk mewujud-kan impian kita. Dan Einstein telah membuktikan hal ini dengan mampu menghasilkan begitu banyak teori spektakuler yang semula hanya berawal dari sebuah imajinasi. Jadi dapat dikatakan bahwa imajinasi adalah energi. Energi yang kalau diolah terus-menerus akan terwujud dalam apa yang kita imajinasikan.

Pikiran kita seringkali bertindak sebagai magnet yang kuat untuk mengundang segala sesuatu yang kita pikirkan untuk terwujud. Pikiran menggerakkan energi seluruh bagian dari kita, fisik , emosi dan semangat untuk bergerak kearah yang kita pikirkan. Jika kita memusatkan pikiran pada kegagalan pasti akan mengundang datangnya kegagalan. Sebaliknya , jika kita memusatkan pikiran untuk meraih kebahagiaan / kesuksesan , maka hal itu juga akan segera terwujud. Jadi mengapa tidak mencoba memusatkan pikiran untuk meraih hal-hal yang membahagiakan.

Jadi, pikiran apa yang telah anda minta, dan pastikan tindakan-tindakan anda men-cerminkan apa yang ingin anda terima, serta tidak berlawanan dengan apa yang anda minta. Bersikaplah seakan-akan anda sedang menerimanya. Lakukan persis seperti apa yang akan anda lakukan jika anda menerimanya hari ini, ambil tindakan-tindakan untuk mencerminkan harapan itu. Siapkan ruang di pikiran dan perasaan anda dan ketika anda melakukan itu semua, anda mengirimkan sinyal harapan yang kuat.
Terlepas dari apakah anda berpikir bahwa anda bisa atau tidak bisa, anda benar dalam keduanya (Henry Ford).

Seseorang yang senang berbicara positif akan disenangi orang lain. Dia akan memberikan cahaya semangat kepda yang lainnya. Kesenangan berbicara positif akan membuahkan sikap positif pada dirinya.

Pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus, pikiran bergerak sesuka hatinya. Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya,seseorang yang menjaga pikirannya akan berbahagia
Tidak ada batas yang dapat dilakukan hukum ini bagi anda, beranikah untuk percaya pada cita-cita anda sendiri, anggap cita-cita ini sebagai kenyataan yang sudah tercapai (Charles Haanel).

Inilah jenis berpikir positif yang paling baik dan paling kuat karena tidak terpengaruh oleh ruang , waktu dan pengaruh lainnya. Ia telah menjadi kebiasaan. Ada masalah maupun tidak , ia selalu bersyukur kepada Allah. Selanjutnya, ia berpikir mencari solusi dari segala kemungkinan hingga pikiran itu menjadi kebiasan hidupnya. Seorang hamba yang mempunyai kepribadian semacam ini akan menjalani hidup dengan damai, tenang dan bahagia.

Dr Wayne W dyer, menyatakan dalam bukunya bahwa di pintu spiritual terdapat jalan keluar dari semua persoalan. Seseorang yang mengutamakan aspek spiritual akan selalu bersikap positif dan tawakal kepada Allah dalam menghadapi persoalan. Benarlah siapa saja yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhan dan ke-inginannya. Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” …barangsiapa yang bertawakal kepda Allah akan mencukupkan (keperluan)nya..,” (Qs. 65 : 3).

Allahu a'lam
Sumber : the secret , Rhonda Byrne

Rabu, 24 November 2010

Basmalah

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata: “Tafsirnya adalah: Sesungguhnya seorang insan meminta tolong dengan perantara semua Nama Allah. Kami katakan: yang dimaksud adalah setiap nama yang Allah punya. Kami menyimpulkan hal itu dari ungkapan isim (nama) yang berbentuk mufrad (tunggal) dan mudhaf (disandarkan) maka bermakna umum. Seorang yang membaca basmalah bertawassul kepada Allah ta’ala dengan menyebutkan sifat rahmah. Karena sifat rahmah akan membantu insan untuk melakukan amalnya. Dan orang yang membaca basmalah ingin meminta tolong dengan perantara nama-nama Allah untuk memudahkan amal-amalnya.” (Shifatush Shalah,).Penulisan Al-Qur’an diawali dengan basmalah. Al Qurthuby dalam tafsirnya menyebutkan bahwa para sahabat ra sepakat menjadikan basmalah tertulis sebagai ayat permulaan dalam Al-Qur’an, inilah kesepakatan mereka yang menjadi permanen -semoga Allah meridhai mereka.
Al Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan pernyataan serupa di dalam Fathul Baari (Ad Dalaa’il Wal Isyaaraat ‘ala Kasyfi Syubuhaat).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila menulis surat memulai dengan bismillaahirrahmaanirrahiim (Shahih Bukhari 4/402 Kitabul Jihad Bab Du’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ilal Islam wa Nubuwah wa ‘an laa Yattakhidza Ba’dhuhum Ba’dhan Arbaaban min duunillaah wa Qauluhu ta’ala Maa kaana libasyarin ‘an yu’tiyahullaahu ‘ilman ila akhiril ayah, Fathul Bari 6/109.

Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad karya 3/688-696, men-ceritakan surat menyurat Nabi kepada para raja dan lain sebagainya (Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan,).
Di dalam Kitab Bad’ul Wahyi Imam Bukhari menyebutkan hadits, “Bismillahirrahmaanirrahiim min Muhammadin ‘Abdillah wa Rasuulihi ila Hiraqla ‘Azhiimir Ruum…” (Shahih Bukhari no. 7, Shahih Muslim no. 1773 dari hadits Ibnu ‘Abbas ra, Hushuulul Ma’muul, Ad Dalaa’il Wal Isyaaraat ‘ala Kasyfi Syubuhaat,).

Memulai dengan Basmalah
Hikmah dalam mengawali perbuatan dengan bismillahirrahmaanirraahiim adalah demi mencari barakah dengan membacanya. Karena ucapan ini adalah kalimat yang barakah, sehingga apabila disebutkan di permulaan kitab atau di awal risalah maka hal itu akan membuahkan barakah baginya. Selain itu di dalamnya juga terdapat permohonan pertolongan kepada Allah ta’ala ( Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan ). Selain itu basmalah termasuk pujian dan dzikir yang paling mulia (Taudhihaat Al Kasdalamyifaat).

Allahu a'lam
Sumber bacaan : Abu Mushlih Ari Wahyudi, www.muslim.or.id

Selasa, 23 November 2010

sang perusak

Sesungguhnya penyakit Riya dan Ujub adalah yang paling merusak yang menimpa hati manusia, dimana hal itu menjadikan amalan-amalan menjadi sia-sia dan juga merusak seluruh perbuatan manusia serta melahirkan kekerasan dan kekejian . Riya dapat dikatakan sebagai bagian dari perbuatan syirik mensekutukan Allah, sementara Ujub adalah bagian dari perbuatan syirik terhadap diri sendiri, kedua sikap ini akan tumbuh subur pada seorang hamba yang takabur. [Majmu 'Al-Fatawa 10/277]
Dalam hadits Haritsah bin Wahab, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya , “ Maukah kalian aku beritakan tentang penghuni neraka ; yaitu setiap orang yang berperangai jahat serta kasar (An-Nihayah 3/180), orang gemuk yang berlebih-lebihan dalam berjalannya ( An-Nihayah 1/416), dan orang-orang yang sombong". [Hr. Al-Bukhari dalam Tafsir surat Al-Qalam 4918 8/530, At-Tirmidzi bab Jahannam 13, Ibnu Majah bab Zuhud 4, Ahmad dalam Musnadnya 2/169, 214 dan 4/175-306]

Dari Ibnu Mas'ud , bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda, yang artinya,” Tidaklah masuk surga barang siapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan yang sebesar biji dzarah (atom) sekalipun". [Hr. Muslim ,Imam 91 1/93 dan At-Tirmidzi, Al-Birru was-shilah 1998-1999 4/360-361]

Dalam riwayat lain , Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Ada tiga hal yang dapat membinasakan diri seseorang yaitu : Kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti serta seseorang yang membanggakan dirinya sendiri". [Hadits ini disebutkan oleh Al-Mundziry dalam At-Targhib wa Tarhib 1/162, yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Al-Baihaqi serta dibenarkan oleh Al-Albany]

Said bin Jabir berkata : "Sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan kebaikan lalu perbuatan baiknya itu menyebabkan ia masuk neraka, dan sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan buruk lalu perbuatan buruknya itu menyebabkan dia masuk neraka, hal itu dikarenakan perbuatan baiknya itu manjadikan ia bangga pada dirinya sendiri sementara perbuatan buruknya menjadikan ia memohon ampun serta bertobat kepada Allah karena perbuatan buruknya itu". [Majmu 'Al-Fatawa 10/277]

Taat kepada Allah dan bersikap tawakal kepada-Nya adalah merupakan obat penawar untuk mencegah kedua penyakit yang buruk ini yaitu Ujub dan Takabur.

Ibnu Taimiyah berkata : "Seseorang yang melakukan riya' pada hakekatnya ia tak melakukan firman Allah : (Hanya kepada-Mu aku menyembah), dan orang yang bersikap ujub (bangga kepada diri sendiri) pada hakekatnya ia tak melakukan firman Allah : (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan) dan barangsiapa yang melaksanakan firman Allah : (Hanya kepada-Mu kami menyembah), maka ia telah keluar dari sikap riya, dan barang siapa yang melaksanakan firman Allah (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), maka ia telah keluar dari sikap ujub". [Majmu Al-Fatawa 10/277]

Jadi sesungguhnya hati manusia dihadapi oleh dua macam penyakit besar jika orang itu tidak menyadari adanya kedua penyakit itu akan melemparkan dirinya kedalam kehancuran dan itu adalah pasti, kedua penyakit itu adalah riya dan takabur, maka obat dari pada riya adalah : (Hanya kepada-Mu kami menyembah) dan obat dari penyakit takabur adalah : (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)". [Madarijus Salikin]

Allahu a’lam
Sumber : At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil Asbab , Dr Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji

Senin, 22 November 2010

Barokah

Barokah atau berkah adalah kata yang sering kita dengar sehari-hari . Barokah atau berkah selalu diinginkan oleh setiap orang. Dalam bahasa Arab, barokah bermakna tetapnya sesuatu, dan bisa juga bermakna bertambah atau berkembangnya sesuatu.Tabriik adalah mendoakan seseorang agar mendapatkan keberkahan. Sedangkan tabarruk adalah istilah untuk meraup berkah atau “ngalap berkah”.
Adapun makna barokah dalam Al Qur’an dan As Sunnah adalah langgengnya kebaikan, kadang pula bermakna bertambahnya kebaikan dan bahkan bisa bermakna kedua-duanya. Sebagaimana do’a keberkahan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sering kita baca saat tasyahud mengandung dua makna di atas.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Maksud dari ucapan do’a “keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad karena engkau telah memberi keberkahan kepada keluarga Ibrahim, do’a keberkahan ini mengandung arti pemberian kebaikan karena apa yang telah diberi pada keluarga Ibrahim. Maksud keberkahan tersebut adalah langgeng-nya kebaikan dan berlipat atau bertambahnya kebaikan. Inilah hakikat barokah”.
Semua Kebaikan Berasal dari Allah
Kadangkala kita berharap dari kebaikan dari orang lain, sampai-sampai hati pun bergantung padanya. Namun perlu diketahui bahwa seluruh kebaikan dan keberkahan asalnya dari Allah.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, yang artinya ”Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Ali Imron: 26).

Yang dimaksud ayat “di tangan Allah-lah segala kebaikan” adalah segala kebaikan tersebut atas kuasa Allah. Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya kecuali atas kuasa-Nya. Karena Allah-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Ath Thobari).

Dalam sebuah do’a istiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan, “Seluruh kebaikan di tangan-Mu.” (HR. Muslim no. 771)

Begitu juga dalam beberapa ayat lainnya disebutkan bahwa nikmat (yang merupakan bagian dari kebaikan) itu juga berasal dari Allah. Dan nikmat ini sungguh teramat banyak, sangat mustahil seseorang menghitungnya.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, yang artinya “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53).

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, yang artinya “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah” (QS. Ali Imron: 73).
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, yang artinya “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya” (QS. Ibrahim: 34 dan An Nahl: 18).

Keberkahan hanya berasal dari Allah
Kita telah mengetahui bahwa setiap kebaikan dan nikmat, itu berasal dari Allah. Inilah yang disebut dengan barokah. Maka ini menunjukkan bahwa seluruh barokah, berkah atau keberkahan berasal dari Allah semata.
Setelah kita memahami bahwa datangnya barokah atau kebaikan hanyalah dari Allah.
Perlu diketahui bahwa keberkahan yang halal bisa ada dalam hal diniyah dan hal duniawiyah, atau salah satu dari keduanya.
Contoh yang mencakup keberkahan diniyah dan duniawiyah sekaligus adalah ke-berkahan pada Al Qur’an Al Karim, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat .

Keberkahan juga terdapat pada majelis orang shalih, keberkahan bulan Ramadhan, keberkahan makan sahur. Keberkahan pada hal diniyah saja semisal pada tiga masjid yang mulia yaitu masjidil haram, masjid nabawi, dan masjidil aqsha. Sedangkan keberkahan pada hal duniawiyah seperti keberkahan pada air hujan, pada tumbuhnya berbagai tumbuhan, keberkahan pada susu dan hewan ternak.

Ada satu catatan yang perlu diperhatikan. Keberkahan yang halal di atas kadang diketahui karena ada dalil tegas yang menunjukkannya, kadang pula dilihat dari dampak, di sisi lain juga dilihat dari kebaikan yang amat banyak yang diperoleh. Namun untuk keberkahan dalam hal duniawiyah bisa diperoleh jika digunakan dalam ketaatan pada Allah. Jika digunakan bukan dalam ketaatan, itu bukanlah nikmat, namun hanyalah musibah.

Kami contohkan misalnya keberkahan hamba shalih, yaitu orang yang shalih secara lahir dan batin, selalu menunaikan hak-hak Allah. Di antara keberkahan orang sholih adalah karena keistiqomahan agamanya. Karena istiqomahnya ini, dia akan memperoleh keberkahan di dunia sehingga bias berjalan dia tasa jalan yang diridhai Allah (tidak sesat) dan keberkahan di akhirat.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, yang artinya ,” Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thoha: 123).

Keberkahan juga bisa diperoleh jika berlaku jujur dalam jual beli. Dari Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,”Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang”.

Ketika seseorang hamba mencari harta dengan ikhlas tidak diliputi rasa tamak, maka keberkahan pun akan mudah datang.
Sebagaimana Rasulullah bersabda kepada Hakim bin Hizam, yang artinya “Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah”

Yang dimaksud dengan kedermawanan dirinya, jika dilihat dari sisi orang yang mengambil harta berarti ia tidak mengambilnya dengan zalim (tamak) dan tidak meminta-minta. Sedangkan jika dilihat dari orang yang memberikan harta, maksudnya adalah ia mengeluarkan harta tersebut dengan hati yang lapang.

Ibnu Baththal mengatakan, “Qona’ah dan selalu merasa cukup dengan harta yang dicari akan senantiasa mendatangkan keberkahan. Sedangkan mencari harta dengan ke-tamakan, maka seperti itu tidak mendatangkan keberkahan dan keberkahan pun akan sirna.”

Begitu pula keberkahan dapat diperoleh dengan berpagi-pagi dalam mencari rizki.
Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”

Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia mendapat keberkahan dari usahanya.

Banyak jalan untuk meraih keberkahan atau ngalap berkah yang dibenarkan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita mencukupkan dengan hal itu saja tanpa mencari berkah lewat jalan yang keliru, bid’ah atau bernilai kesyirikan.

Carilah keberkahan dengan beriman dengan bertakwa pada Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, yang artinya “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)
Semoga Allah senantiasa melimpahkan kita berbagai keberkahan.

Amin Yaa Mujibbas Saailin.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Allahu a’lam

Sumber bacaan : Muhammad Abduh Tuasikal, www.muslim.or.id

Minggu, 21 November 2010

Indahnya kegagalan

Suatu kegagalaan tidak selalu harus disikapi dengan penyesalan. Ada hal yang tersembunyi disana, yang seringkali kita tidak menyadarinya. Dimana seh letak manisnya kegagalan ? Semua kegagalan yang anda alami itu indah, karena ia dapat mencegah tumbuhnya kotoran-kotoran kesuksesan. Anda perlu mengetahui bahwa kotoran kesuksesan yang amat berbahaya adalah keangkuhan.
Keangkuhan membuat kita tidak dapat tumbuh lebih besar lagi. Keangkuhan akan membuat kita menutup hati dan pikiran dari masukan atau pendapat orang lain. Seorang usahawan yang angkuh akan segera tergeser oleh para pesaing, karena ia tidak dapat membuka diri atas masuknya ide-ide baru bagi perkembangan usahanya.
Seorang ilmuwan yang angkuh akan segera usang, karena ilmu atau hasil penemuannya akan segera tergantikan dengan munculnya penemuan-penemuan baru yang lebih canggih.

Kenapa terjadi demikian, karena ia menganggap apa yang telah diketahuinya merupa-kan kebenaran yang absolute. Keangkuhan akan membuat semuany amenjadi stagnan.
Dalam kegagalan kita akanmenemukan sosok kerendahhatian. Dengan kerendahhatian, seseorang akan lebih mudah untuk banyak belajar. Itulah pertumbuhan yang sebenar-nya . Ia akan terus hidup dan tumbuh . Kerendahhatian adalah laksana bunga indah yang mekar. Keharumannya menarik orang lain untuk mendekat.Dalam kerendahatian terdapat cahaya yang menghangatkan yang menarik perhatian orang.

Dalam kerendahhatian juga muncul adanya kewaspadaaan. Dimana dalam kewaspadaan anda akan terus bersiap. Anda akanmenjadi orang yang reseptif dan open minded. Yang senatiasa membuka diri bagi kebenaran yang datangnya dari manapun dan dari siapapun. Dalam kewaspadaan anda terhidar dari lubang yang sama.

Kotorang sukses yang lain , adalah senang pujian. Kadangkala pujian yang tidak ditem-patkan dengan baik justru akan berakibat buruk. Sebagaimana Rasulullah pernah mem-peringatkan para sahabatnya, bila ada seseorang yang sering memuji, maka lemparkan-lah pasir kepadanya. Ini adalah kiasan untuk tidak mengharapkan puji-pujian karena pujian itu akan melenakan hati. Pujian terasa semanis madu namun sesungguhnya beracun.

Pujian dalam dosis tertentu justru akan merusak kreativitas dan pertumbuhan seseorang. Dengan pujian , ia akan malas bahkan berhenti untuk belajar. Ia akan terlena menikmati setiap pujian yang datang.

Kotoran sukses selanjutnya adalah kesuksesan itu sendiri. Kesuksesan yang berlebihan akan membuat seseorang mabuk dalam keterlenaan. Dan akan memudarkan rasa syukur kepda-Nya , akan memudarkan semangat memohon ampun kepada-Nya. Bagaimana ia akanmemohon ampun kepada Allah, bila disaat yang sama ia tertawa senang meningmati kesuksesannya. Ini berbeda dengan kegagalan , dimana kegagalan akan membuka seorang hamba untuk kembali kepada Allah, memohon ampun atas kesalahan-kesalahannya.

Allahu a’lam
Sumber kutipan : Yusran Pora, gagal itu indah.

Minggu, 14 November 2010

Seputar istiqomah

Allah berfirman , yang artinya ," Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu (islam) , niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup ", (Qs. Al-Jin : 16).
Dari Abu 'Amr berkata, 'Ya Rasulullah, katakankalh kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau?'.
Rasulullah menjawab, yang artinya ," Katakanlah, aku beriman kepad Allah kemudian istiqamah-lah", Secara bahasa , istiqamah berarti lurus (al-I'tidal). Sebegaimana dalam kalimat aqamasy syai-a was taqama (lurus dan mapan). Secara syariat istiqmah diartikan sebagai meniti jalan yang lurus dalam agama yang lurus, tanpa menyimpang kekanan atau kekiri. Istilah istiqamah mencakup seluruh pelaksanaan ketaatan, baik yang terlihat maupun tersembunyi dan meninggalkan yang dilarang (jmi'ul 'ulum wal hikam).Beberapa ulama mendefinisikan istiqamah , Ibn 'Abbas dan Qatadah ( dalam tafsir Ibn Katsir tahqiq Sami bin Muhammad as-salamah, menyatakan berlaku luruslah dalam melaksanakan hal-hal yang diwajibkan.
Qadhi 'Iyadh dalam Syarh shahih Muslim, menyatakan maksudnya , mereka men-tauhidkan Allah dan beriman kepada-Nya kemudian berlaku lurus, tidak menyimpang dari tauhid dan selalu iltizam (konsekuen) dalam melakukan ketaatan.
Al-Qusyairi dalam Syarhul arba'in libni Daqiqi 'ied , menyatakan bahwa istiqaamah adalah sebuah derajad, dengannya berbagai urusan menjadi sempurna dan berbagai kebaikan dan keteraturan bisa diraih. Maka barang siapa yang tidak istiqamah dalam kepribadiannya maka dia akan gagal atau sia-sia. Dan istiqamah tidak akan bisa dilakukan kecuali oleh orang-orang besar, karena ia keluar dari hal-hal biasa, meninggalkan adat kebiasaan, dan berdiri dihadapan Allah dengan jujur.
Imam Nawawi dalam Bahjatun Nazhirin , Syarh Riyadus Shalihin, menyatakan bahwa para ulama menafsirkan istiqamah dengan tetap keonsisten dan konsekuen dalam ketaatan kepada Allah.

Istiqamah bisa dimasukkan dalam pengertian bahwa mengikhlaskan amalan (kegiatan) semata-mata hanya karena Allah dan melaksanakan ketatatan sesuai dengan syariat-Nya ( al HAfish Ibn Katsir).
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Sesungguhnya orang-orang berkata, 'Rabb kami adalah Allah'. Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dan berkata)," janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati , dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan kepadamu ", (Qs. Fushshilat : 30).
Ini sungguh merupakan kabar gembira bagi hamba-hamba-Nya yang istiqamah. Istiqamah juga diartikan sebagai kesabaran meniti jalan agama yang lurus dengan tidak melenceng kekanan dan kekiri.

Sebagaimana Allah memerintahkan Rasulullah dan para pengikitnya agar selalu beristiqamah diatas jalan-Nya yang lurus.
Firman-Nya, yang artinya ," Maka tetaplah engkau (Muhammad) dijalan yang benar, sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersama-mu, dan janganlah kamu melampui batas. Sungguh , Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan ," (Qs. Hud : 112).

Ibn Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa Allah memerintahkan Rasul-Nya dan hamba-hamba-Nya yang beriman agar teguh dan selalu istiqamah karena itu merupakan sebab untuk mendapatkan pertolongan yang besar dan mengalahkan musuh dan dapat menghindari bentrokan serta terhidar dari perbuatan melampui batas. Dan tentu , Allah Maha Melihat (semua) perbuatan-perbuatan hamab-hamab-Nya, Allah tidak lalai dan tidak ada sessuatu pun yang dapat bersembunyi dari-Nya.

Saudaraku, dsaar dari istiqamah adalah ke-istiqamah-an hati ddiatas tauhid. Jika hati istiqamah maka seluruh anggota tubuhnya ikut istiqamah. Dan anggota tubuh yang perlu mendapat perhatian setelah hati yang istiqamah adalah lisan. Karena lisan adalah media untuk mengungkapkan apa yang tersimpan dalam lubuk hati. Lisan harus dijaga , karena seringkali terlontar ucapan yang dianggap sepele nemaun mengakibatkan pengucapnya menjadi celaka.

Sungguh berat menjaga istiqamah lisan. Sebagaiman sebuah hadits yang meriwayatkan, ketika Sufyan bin 'Abdillah bertanya , Ya Rasulullah, apa yang engkau khawatirkan padaku ?
Rasulullah menjawab ," Ini", sambil memegang ujung lidah beliau".

Seorang hamba baru bisa dikatakan istiqamah , apabila lisannya dapat istiqamah dalam ketatatan atau tidak mengucapkan perkataan yang mendatangkan dosa maupun murka Allah.
Sebagaimana riwayat Abu Sa'id dia memarfu'kannya kepada Rasulullah, bahwa Rasulullah bersabda , yang artinya ," Jika anak Adam berada di pagi hari, seluruh organ tubuh merendahkan diri kepada Allah dengan berkata, ' bertaqwalah kepada Allah pada kami, karena kami bersamamu. Juika engkau istiqamah, kami juga istiqamah. Jika engkau menyimpang, kami juga menyimpang". (Hasan, HR Ahmad III/95-96, at-Tirmidzi 2407, Ibn Abid Dunya dalam Kitabush Shamt 12. Ibnus Sunni dalam 'Alalu Yaum wal lailah dst).

Saudaraku, sungguh menjaga lisan adalah pekerjaan yang penuh tanggungjawab, sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ," Tidak ada suatu kata yang diucapkan melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat) ," (Qs. Qaf : 18).

Semua ucapan kita akan tercatat rapi, untuk kita harus berhati-hati dalam berkata-kata. Sungguh beruntung seorang hamba yang sanggup menjaga lisannya dalam kebaikan, sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ," Aku menjamin dengan sebuah istana yang terdapat di tepi surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar ; aku menjamin dengan sebuah istana yang terdapat di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun ia hanya bercanda ; dan aku menjamin dengan sebuah istana di surga yang tertinggi bagi orang yang memperbagus akhlaknya ," (Hr abu Dawud, 4800, al Baihaqi dalam as-sunatul kubra ,X-249 dari sahabat Abu umamah).

Allahu a'lam
Sumber : Ust Yazid bin Abdul Qadir Jawas, as-sunnah 1430.

Pikirkan negatif ke orang lain justru lukai diri

Bila kita koreksi diri dengan mengingat kembali apa yang telah kita pikirkan hari-hari ini, mulai dari bangun tidur sampai saat ini. Berapa banyak hal sia-sia yang telah kita pikirkan. Sering kita menemui seseorang yang mengeluhkan nasibnya. Bahkan juga kita terhinggapi untuk berpikir negatif terhadap orang lain. Dalam sunatullah bisa terjawab bahwa apabila kita berpikir negatif terhadap orang lain, maka energi negatif itu akan memantul dan melukai diri kita sendiri. Sebagaimana pepatah , siapa menggali lubang maka dia sendiri terperosok kedalamnya. Dalam huku itu dikatakan bahwa kita tidak dapat dilukai kecuali apabila kita memanggilnya dalam keberandaan kita dengan memancarkan pikiran dan perasaan negatif itu.
Berpikir negatif adalah candu . Kecanduan itu adalah dampak dari jiwa yang labil dan negatif hingga mendorong orang untuk berusaha menghindar darinya. Kita manusia tidak bisa terhindar dari kemungkinan berpikir negatif namun yang tidak dibenarkan adalah mempertahankan sesuatu yang negatif dan mengulanginya hingga menjadi kebiasaan. Kepribadian yang negatif akan lebih sering meyakini kegagalan daripada keberhasilan. Bayangan kegagalan selalu menyelimuti pikiran. Ia akan melihat orang lain dari sisi negatifnya.
Adapun pikiran negatif bia menghadapi masalah maka tindakannya lebih mengarah pada mempertegas sesuatu daripada menyelesaikan persoalan itu.Jadi yang menjadi masalah yang sebenarnya adalah ada dalam dirinya sendiri.

Bila anda memandang kembali hidup anda dan berfokus pada kesulitan dimasa lalu, anda hanya mendatangkan lebih banyak situasi sulit bagi anda saat ini. Lepaskan lah semuanya , terlepas dari apapun kesulitan itu. Kita lakukan pada diri kita sendiri. Jika kita mendendam atau menyalahkan seseorang untuk sesuatu di masa yang telah lalu, berarti kita hanya akan meukai diri sendiri. Pikiran negatif akan cenderung untuk menyalahkan orang lain , ia tidak mau bertanggungjawab atau bahkan melemparkan tanggung jawab ke orang lain.Andalah satu-satunya pihak yang dapat menciptakan kehidupan yang pantas bagi anda.

Ketika anda berfokus pada apa yang anda inginkan, ketika anda mulai memancarkan perasaan-perasaan yang baik, maka hukum tarik menarik akan merespon. Yang diperlukan hanyalah memulai, dan ketika kita memulai maka keajaiban karunia Tuhan segera muncul. Berpikirlah positif sehingga menimbulkan kepribadian positif. Kepribadian positif adalah kepribadian yang beriman kepad aAllah, tawakal kepada-Nya dan meminta pertolongan-Nya setiap waktu.

Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tawakal kepada-Nya, " (Qs. Ali Imran : 159).

Sebuah fakultas di Universitas di San Francisco , tahun 1986, melakukan penelitian tentang hubungan pikiran dan tubuh. Dalam penelitian ini diteliti tentang hubungan antara merebaknya penyakit (fisik maupun kejiwaan)bila dikaitkan dengan pola pikiran seseorang. Disimpulkan bahwa lebih dari 95% penyebab munculnya penyakit adalah bersumber dari pikiran. Dimana selanjutnya tubuh merespon, respon inilah yang mempengarui keseimbangan tubuh.

Gangguan jiwa memang tidak ada batasnya. Karena pikiran negatif, seseorang harus mengalami penderitaan (yang seringkali orang itu tidak menyadarinya). Ia mengalami kegelisahan.Banyak contoh pikiran bahkan kepribadian yang negatif seperti ragu, was-was, emosional, dengki, benci dst adalah bersumber dari pikiran negatif. Menghindarlah dari pikiran negatif, karena pikiran itu akan menumpuk dan menyebar hingga menjadi kebiasaan yang akan menghalangi kita untuk mencapai kebahagiaan. Pikiran negatif (ke orang lain) justru mendatangkan masalah yang tiada berkesudahan. Dan tentu saja pikiran negatif akan menguatkan ego rendah dan semakin menjauhkan diri dari Allah.

Manusia memang sering berbuat salah, namun tidak dibenarkan adalah memper-tahankan sesuatu yang negatif dan mengulanginya menjadi kebiasaan (Eleanor Roosevelt) . Kemuliaan manusia terletak pada pikirannya (Pascal).

Hari ini adalah keputusan pikiran kita hari kemarin. Hari ini kita bergantung pada pikiran yang datang saat ini, esok kita ditentukan oleh kemana pikiran membawa kita. Mulai saat ini kita hendaknya berlatih berpikir positif, berupaya untuk selalu bersyukur atas karunia-Nya.

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam segala urusan dan aku memohon kepada-Mu sikap lurus dan terpimpin. Dan aku memohon kepada-Mu agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu dengan sebaik-baiknya. Aku memohon kepada-Mu lisan yang benar, hati yang bersih. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa-apa yang Engkau ketahui dan aku memohon kepada-Mu ampunan dari apa-apa yang Engkau ketahui, karena hanya Engkaulah Yang Maha Mengetahui hal-hal yang gaib (Hr Tumidzi). Ya Allah, tiada tuhan yang pantas disembah melainkan Engkau, hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku meminta pertolongan.

Allahu a'lam
Sumber bacaan : The secret dll..

Hidup dlm dunia orang lain

Seringkali kita merasa lebih bangga apabila telah mengikuti mimpi-mimpi, keinginan-keinginan serta harapan orang lain daripada menelusuri jalankehidupan kita sendiri. Sebagian dari kita hidup dalam dunia bayang-bayang orang lain. Atau bahkan kita dengan sukarela masuk dalam dunia itu.Salah satu alasan adalah karena kurang merasa percaya diri membangun dunia kita sendiri. Seringkali terdengar keluhan, seperti ‘seandainya saya pandai seperti Amran, sungguh saya pasti lebih bahagia.’ ‘Seandainya saya mempunyai postur tubuh seperti …’.‘ Saya tentu bahagia bila mempunyai istri seperti ..’. Kita baru merasa sukses bila mendapat pujian atau pengakuan orang lain.
Persoalan timbul setelah melakukan hal itu, adalah kita mulai melakukan perbandingan antara diri kita dengan orang lain. Kita menjadi tidak bahagia atau bahkan menyesali atas apa yang ada dalam diri kita, keluarga kita dst. Dalam setiap perban-dingan, akan menghasilkan psikologi rendah diri. Setiap perbandingan akan mereduksi nilai yang dikandung dari sesuatu yang diperbandingkan itu. Setiap perbandingan akan semakin menjauhkan kita dari rasa bersyukur kepada Sang Pencipta.
Dengan setiap perbandingan menghasilkan pembatasan terhadap sesuatu. Ketika seseorang berlatih keras fitness, atau sering keluar masuk salon, salah satu alasan mereka melakukan semua itu adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri. Kenapa rasa percaya diri diukur dengan kondisi yang tampak saja. Ia telah mereduksi diri dan melakukan pembatasan diri bagi dirinya sendiri.

Ia menjadi tidak merdeka lagi dan terbelenggu dengan pembatasan yang ia bikin sendiri. Ruang gerak menjadi lebih terbatas. Sebagiamana seorang bintang dunia intertainment akan dilanda kegelisahan manakala tubuhnya tidak seindah saat muda dulu.

Kenapa kita harus merendahkan diri kita dengan melakukan pembatasan-pembatasan. Mengapa seorang manusia hanya dinilai dari apa yang dia pakai atau tampak, arlojinya, kemejanya, mobilnya, hartanya. Bila itu semua tidak ada, apanya yang salah?
Janganlah kita merendahkan nilai diri kita sendiri. Jangan menilai diri dengan sesuatu yang bisa usang, yang mudah rapuh dan selalu berubah. Seringkali kita menciptakan ketegangan dan rasa frustasi dengan suatu hal yang sebenarnya tak perlu terjadi.

Bila kita hanya mempunyai mobil seharga 50 juta, kenapa harus menderita bila seorangteman mempunyai mobil seharga 200 juta. Bila rasa ini terpupuk maka rasa frustasi juga akan berkembang dan menjalar ke hal-hal lain. Kita mulai membatasi diri dengan realitas yang semakin sempit, I am what I wear. Keadaan ini akan menjadikan semakin menderita.

Untuk itu , mari kita perluas realitas kita. Realitas diri kita sesungguhnya terbagi menjadi dua hal ,


a. Realitas kecil, dimana hal ini selalu mencari hal-hal diluar diri kita yang memang terbats sifatnya. Realitas kecil ini selalu menarik diri kita kepada hal-hal yang kongkrit sifatnya. Ia menyenangi sesuatu yang bisa disentuh, diraba , ditakar, dihitung.
b. Realitas besar, yang selalu mencari kedalam diri sendiri yang memang tak terbatas sifatnya.

Adapun sifat terbatas menghasilkan kerapuhan , sementara sifat tak terbatas menghasilkan keabadian. Sehingga ketika kita mencari hal-hal diluar diri kita, sesungguhnya itu berarti sedang merangkul sesuatu yang rapuh dan terbatas.
Realitas besar ini lebih banyak bergerak kearah yang abstrak, seperti keyakinan, keimanan, kesabaran, keikhlasan , kejujuran.

Justru hal hal inilah yang sebenarnya menjadi sumber energi dan kehidupan.
Rasulullah pernah bersabda, yang arti bebasnya kurang lebih seperti ini ,” Bersedekahlah dan jangan kau hitung, supaya Allah tidak menghitung kepadamu, dan jangan kau takar karena Allah akan membatasimu”.

Sungguh , memberi adalah tindakan yang penuh energi positif yang justru akan mendatangkan lebih banyak rizki kepada si pemberi tersebut. Ketika anda memberi, maka sebenarnya anda berkata saya punya banyak. Semakin dia banyak memberi maka semakin banyak rizki mengalir kepadanya. Sungguh janji Allah selalu benar.
Apalagi niat pemberian, sedekah itu berlandaskan karena mencari ridha Allah dan sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya.

Sebaliknya bila kita, berpikir , menghitung-hitung, dan akhirnya berkata , saya tidak cukup uang untuk aku sedekahkan, atau aku sumbangkan dst. Maka itulah yang akibat yang terjadi, mengapa kita mengalami seret rizki….
Sekarang kita pahami, ketika kita tidak cukup uang, maka mulailah memberi. Ketika anda berpikir bahwa anda tidak mempunyai cukup rizki untuk diberikan ke orang lain, maka mulailah memberi. Pada saat itu juga Allah, hukum Allah ( hukum tarik menarik) akan mulai bergerak dan menyalurkan rizki yang lebih banyak dari Allah
kepada anda.

Memang ego kita selalu mengarah kepada realitas kecil, dengan melakukan penghitungan-penghitungan melakukan perbandingan-perbandingan , pentakaran dst.
Realitas kecil

• mengandalkan rasio untung rugi
• tidak ingin mengambil resiko
• tidak ingin gagal
• sulit menerima kritik

Memang realitas kecil hanya memandang kehidupan dari satu sisi yang bisa diraba atau dilihat, sukses, menang persaingan, nomor satu, kekayaan materi, pujian dst.

Ia melupakan sisi lain yang sebenarnya jauh lebih besar manfaatnya, yaitu seperti keberkahan, Ridha Allah, kebahagiaan , ketentraman. Realitas besar menerima keseimbangan dari dua sisi kehidupan, ia tidak hanya merasakan indahkan kesuksesan namun merasakah rahhmat dan indahnya sebuah kegagalan.

Realitas besar akan semakin meluas sehingga membuat anda lebih menikmati kehidupan, dan berjalan tanpa beban. Dengan realitas yang semakin luas membuat anda menjadi orang yang bebas. Hal itu akan semakin indah bila setiap langkah kita selalu kita tujukan untuk mencari ridha Allah, sungguh keindahan, kebahagiaan dan ketentraman akan pasti tercipta bila kita berjalan dalam ketaatan kepada-Nya.
Allahu a'lam

Sumber kutipan : gagal itu indah, Yusran Pora.

Rabu, 10 November 2010

Penghalang Doa

Salah satu media ampuh bagi pikiran bawah sadar kita adalah penyerahan diri dan doa. Apabila kita menyerahkan segala perihal urusan kepada bawah sadar, maka inilah yang menghubungkan kita dengan Allah. Hasbunallah wa ni’mal wakiil, cukuplah Allah sebagi penolong kita dan hanya Allah-lah sebaik-baik penolong.
Allah akan menjamah anda, bila dalam berdoa anda benar-benar yakin pada apa yang anda ucapkan. Allah akan mengalirkan sumber yang berlimpah kepada anda bila dalam berdoa terdapat kelembutan hati. Allah akan mememluk anda dalam hati yang tenang dan khusyu berdoa.
Banyak riwayat dari Nabi SAW yang menganjurkan dan mendorong seseorang hamba untuk berdo’a, diantaranya :1. “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah, selain daripada doa.” (HR. Ibnu Majah dan Abu Hurairah) 2. “Siapa saja yang tidak mau memohon (sesuatu) kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah) 3.“Mintalah kepada Allah akan kemurahan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang apabila dimintai (sesuatu).” (HR Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)
Bila kita menyerahkan diri kepada Allah, maka Allah-pun akan menyerahkan Dirinya (ridha-Nya) kepada kita. Pikiran bawah dsadar dapat memecahkan segala persoalan apapaun yang anda hadapi. Percayakanlah padanya untuk mengatasi segala masalah anda. Hindarilah pembrontakan, hindarilah ketegangan, hindarilah kecemasan dalam berdoa. Karena hal inilah hanya membuktikan ketidakyakinan anda pada kekuatan bawah sadar anda.

Sabda Rasulullah “Bumi dan langit-Ku tidak dapat memuat-Ku. Tetapi hati yang yakin, yang lemah lembut dan yang tenanglah yang dapat memuat-Ku”.

Kita kirimkan rasa damai, keberlimpahan kedalam bawah sadar kita melalui doa-doa yang kita ucapkan. Kita pasti akan takjub dengan hasil yang kita peroleh. Janganlah anda ragu akan kuasa allah. Kuasa Allah bisa berbuat apa saja tanpa bisa dihalangi oleh apapaun dan siapapun.
Doa seorang hamba pasti dikabulkan oleh Allah SWT.
Hal ini sebagaimana firman-Nya :
• 1. “(Dan) Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu.” (QS. Al Mukmin : 60)
• 2. “(Dan) apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al Baqarah : 186)

Pengabulan doa dari Allah SWT. bersifat pasti, dan hanya Dialah yang dapat mengabulkan doa bukan yang lain. Pengabulan doa bisa sesuai dengan yang diminta hamba-Nya, ditangguhkan hingga hari kiamat, atau dijauhkan dari suatu keburukan

Yang sebenarnya justru menjadi sumber masalah adalah diri kita sendiri. Bila kita berdoa kita masih merasakan cemas, takut dan gelisah, maka keyakinan kita akan kekuatan bawah sadar perlu dipertanyakan kembali. Tidak boleh ada kata mengapa dalam sebuah keyakinan. Kata mengapa ini menunjukkan kita belum yakin terhadap doa yang kita panjatkan.

Sekali lagi, perlu kepasrahan total kepada bawah sadar yang amat diperlukan. Doa yang tergesa-gesa dan mengharapkan hasil dari doa yang anda kirimkan ke alam bawah sadar anda, adalah pemaksaan doa, yang justru akan kontraproduktif.
Siapakah yang dapat menjadi sandaran orang yang sedang mengalami kesedihan ? kepada siapakah kita minta pertolongan ? kepada siapakah tempat bergantung seluruh hamba ?
Jawabnya hanya satu, Dialah Allah , tiada Tuhan selain Dia.

Allahu a'lam

Sumber : dari beberapa sumber bacaan .

Minggu, 07 November 2010

Tenteram dgn mengingat Allah

Setiap orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala wajib meyakini, bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki adalah dengan berzikir kepada kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, membaca al-Qur’an, berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha Indah, dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya.
Sebagaiaman Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28).
Artinya dengan berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan.Bahkan, tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah , berkata ,' Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti.'
Makna “surga di dunia” dalam ucapan beliau ini adalah kecintaan (yang utuh) dan ma’rifah (pengetahuan yang sempurna) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan cara baik dan benar) serta selalu berzikir kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang dan damai (ketika mendekatkan diri) kepada-Nya, serta selalu mentauhidkan (mengesakan)-Nya dalam kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal (berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan (kecintaan dan keridhaan) Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya yang mengisi dan menguasai pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah kenikmatan di dunia yang tiada bandingannya yang sekaligus merupakan qurratul ‘ain (penyejuk dan penyenang hati) bagi orang-orang yang mencintai dan mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Demikian pula jalan keluar dan penyelesaian terbaik dari semua masalah yang di hadapi seorang manusia adalah dengan bertakwa kepada Allah , sebagaimana dalam firman-Nya,
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. ath-Thalaaq: 2-3).

Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan menegakkan semua amal ibadah, serta menjauhi semua perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam ayat berikutnya Allah berfirman, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya.” (Qs. ath-Thalaaq: 4).

Artinya: Allah akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan baginya jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang dihadapinya).

Hanya amalan ibadah yang bersumber dari petunjuk al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa membersihkan hati dan mensucikan jiwa manusia dari noda dosa dan maksiat yang mengotorinya, yang dengan itulah hati dan jiwa manusia akan merasakan ketenangan dan ketentraman.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya “Sungguh, Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur-an) dan al-Hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Qs. Ali ‘Imraan: 164).

Makna firman-Nya “menyucikan (jiwa) mereka” adalah membersihkan mereka dari keburukan akhlak, kotoran jiwa dan perbuatan-perbuatan jahiliyyah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya (hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala).

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya “Hai manusia, sesunggu-hnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu (al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Yuunus: 57).

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan perumpaan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang beliau bawa seperti hujan baik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan dari langit, karena hujan yang turun akan menghidupkan dan menyegarkan tanah yang kering, sebagaimana petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghidupkan dan menentramkan hati manusia.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perumpaan bagi petunjuk dan ilmu yang Allah wahyukan kepadaku adalah seperti air hujan (yang baik) yang Allah turunkan ke bumi…“

Allahu a'lam

sumber : Ust Abdullah Taslim, M.A, www.muslim.or.id

[1] Ibnul Qayyim “I’laamul muwaqqi’iin” (4/118).
[2] Imam asy-Syaathibi dalam “al-I’tishaam” (1/106 – Tahqiiq Syaikh Salim al-Hilali).
[3] “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 417).
[4] Ibid.
[5] Ibnul Qayyim dalam “Igaatsatul lahfaan” (1/72).
[6] Dinukil oleh murid beliau Ibnul Qayyim dalam “al-Waabilush shayyib” .
[7] “al-Waabilush shayyib” .
[8] Ibnu Rajab al-Hambali dalam “Jaami’ul uluumi wal hikam” (hal. 197).
[9] Tafsir Ibnu Katsir (4/489).
[10] Semua perbuatan yang diada-adakan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[11] HSR. Muslim (no. 867), an-Nasa-i (no. 1578) dan Ibnu Majah (no. 45).
[12] Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (1/267).
[13] HSR. al-Bukhari (no. 79) dan Muslim (no. 2282).

Ikhlas yg Menyembuhkan

Kekuatan jiwa adalah sebuah potensi yang tidak tampak tetapi efeknya luar biasa. Dengan menggunakan kekuatan jiwa, beragam penyakit mulai dari yang ringan hingga berat sebenarnya dapat disembuhkan. Seperti diungkapkan praktisi dan pengajar penyembuhan holistik, Reza Gunawan, pada dasarnya setiap manusia bisa menyembuhkan dirinya sendiri, hanya belum semua memanfaatkan potensi diri yang ada.
Salah satu kunci kekuatan jiwa yang dapat menyembuhkan penyakit adalah perasaan ikhlas. Rasa ikhlas secara sederhana dapat diartikan dengan perasaan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Ikhlas adalah sesuatu yang mungkin hanya dapat digambarkan dengan perasaan seperti ini. Apapun kenyataan hidup, sudah tidak lagi berbenturan dengan keinginan dan hasrat karena kita sudah bisa menerima dengan apa adanya.
Ikhlas, dapat menyembuhkan dengan cara menyelaraskan tubuh dan pikiran, selain juga menetralisir pikiran dan perasaan supaya tidak terpendam dan menumpuk dalam hati. Ikhlas merupakan bagian dari konsep sehat secara holistik yakni keselerasan dan keseimbangan antara tiga unsur yakni tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (mood).

Kalau badan kita sudah muncul keluhan seperti sakit-sakit, itu berarti timbunan dalam pikiran dan jiwa sudah terlalu banyak. Dengan hati yang ikhlas, gelombang dan detak jantung menjadi lebih selaras atau harmonis. Jantung itu pemimpinnya tubuh karena dengan jantung yang selaras maka otak berfungsi maksimal. Kalau jantung atau perasaan kita korslet, otak tidak akan bisa berfungnsi maksimal. Jadi, dengan ikhlas jelas akan membuat tubuh menjadi lebih sehat.

Untuk mencapai dan mewujudkan perasaan ikhlas dalam hati, Reza menyatakan setiap orang tentu memiliki kemampuan berbeda. Untuk itulah, Reza menyarankan untuk membiasakan diri berlatih secara bertahap dan rutin.
"Ada tiga langkah yang dapat dilakukan untuk melatih diri supaya ikhlas,


1. Sering- seringlah berhenti dan bernafas untuk mengistirahatkan pikiran, ingat bahwa sesuatu tidak ada yang kekal dan belajar untuk menerima atau meng-ikhlaskan diri dari tahap yang paling mudah. Manusia seringkali sulit mencapai keikhlasan karena pikirannya jalan terus. Dengan latihan ini, kita juga akan bebas dari ketegangan.

2. Selalu ingat bahwa segala sesuatu selalu akan berubah. Seseorang susah ikhlas karena menilai segalanya bersifat kekal, padahal apa yang tidak kita dapatkan sementara ini pada suatu hari nanti akan berubah. Tidak ada yang kekal atau tetap, mungkin situasinya yang berubah atau keinginan kita yang berubah. Jadi apa yang kita sukai atau pun kita tak sukai tentu akan berubah.

3. Start di titik yang paling mudah. Belajar untuk mulai menerima hal-hal yang ringan atau gampang dulu. Untuk bisa merasa ikhlas memang tidak mudah dan terpulang kepada pribadi masing- masing. Tetapi mulailah untuk menerima kenyataan yang paling ringan dulu. Dengan begitu, otot ikhlas kita akan terlatih. contoh sebuah kasus ketika marah karena tak bisa menerima bos di kantor yang tak berlaku adil.

Kalau Anda tidak bisa memaafkan orangnya, cobalah untuk memaafkan atau meng-ikhlaskan dulu perilakunya. Bila ini masih sulit, mulailah untuk mengikhlaskan perasaan kita bahwa kita sedang marah. Kalaupun memang tidak bisa juga ikhlas dengan perasaan kita sendiri, minimal ikhlaskan dulu bahwa kita memang belum bisa ikhlas. Jadi, pada tahap paling ringan itulah yang dapat menjadi pintu paling gampang menuju gerbang keikhlasan.

Allahu a'lam
Sumber : Kompas, Rabu, 25 Juni 2008

Rabu, 03 November 2010

Namimah

Umumnya Kata namimah dimaksudkan pada orang yang menyampaikan ucapan orang lain untuk menjadi bahan pembicaraan. Misalnya ucapan: “Si A berbicara tentang kamu begini dan begitu”. Namimah dapat berarti sebagai pengungkapan sesuatu yang tidak disukai, (baik oleh si sumber berita atau oleh si penerima berita, ataupun oleh orang ketiga). Pengungkapan ini bisa berupa kata-kata, tulisan, simbol, isyarat, perbuatan, tentang aib /kekurangan yang terdapat pada sumber berita . Namimah bisa berupa menyebarkan rahasia sesuatu yang tidak disukai bila diketahui.
Rasulullah memberi jaminan surga pada seorang muslim yang menjaga lisannya. Dari Sahal bin Sa’ad ra, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya “Barangsiapa menjamin untukku apa yang ada di antara kedua dagunya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan/farji), maka aku akan menjamin untuknya surga.” (HR. Al-Bukhari)
Sewajarnya , apapun yang dilihat seseorang dari kondisi orang lain yang tidak disukai, hendaknya ia tidak membicarakan tentang apa yang dilihatnya itu kecuali jika pembicaraannya itu akan mendatangkan faedah atau dapat mencegah kemaksiatan. Misal : seseorang melihat orang yang sedang mencuri, maka hendaknya orang yang melihatnya itu mau bersaksi tentang yang ia lihat itu untuk menjaga hak orang lain, (menjaga hak orang yang kecurian) . Sedangkan jika yang dilihatnya adalah seorang yang sembunyikan hartaya sendiri, lalu hal itu diceritakan ke orang lain, maka ini termasuk namimah (menyebarkan rahasia).
Kemudian, jika yang disebutkan itu adalah suatu aib (kejelekan seseorang) , maka di sini telah terpadu antara namimah dan ghibah (membicarakan kejelekan orang lain).
Namimah dalam arti yang lebih luas adalah menyampaikan perkataan sebagian orang kepada sebagian lainnya yang bertujuan untuk merusak, dengan mengungkap rahasia yang seharusnya ditutupi. Melemparkan tuduhan kepada orang yang tidak bersalah adalah perbuatan yang lebih berat daripada langit, dan Neraka Wail adalah ganjaran bagi orang yang berusaha untuk memfitnah seseorang yang tidak bersalah di hadapan seorang penguasa, kemudian penguasa itu mempercayainya, sebab bisa jadi orang yang tidak bersalah akan mendapatkan hukuman atas sesuatu yang tidak dilakukannya.

Yahya bin Aktsam mengatakan bahwa 'Perbuatan seorang nammam (pengadu domba) lebih jahat daripada tukang sihir, karena seorang pengadu domba dapat melakukan perbuatan-nya itu dalam beberapa saat yang tidak bisa dilakukan oleh seorang penyihir dalam satu tahun'.
Dan disebutkan pula, bahwa perbuatan seorang nammam (orang yang melakukan namimah) lebih besar bahayanya daripada perbuatan syaitan, karena perbuatan syaitan hanya dengan khayalan dan bisikan, sedangkan perbuatan seorang nammam adalah riil dan nyata.

Mengadu domba adalah perbuatan yang paling buruk di antara perbuatan-perbuatan buruk, namun paling banyak terjadi di antara sesama manusia hingga tidak ada orang bisa terhindar dari perbuatan itu kecuali sedikit sekali. Banyak dalill dari Al-Qur’an dan An-Sunnah yang secara tegas menyatakan bahwa perbuatan itu adalah haram.

Al-Hafizh Al-Mankhari berkata: Umat ini telah sepakat mengharamkan namimah, dan juga menyatakan bahwa namimah adalah termasuk diantara dosa yang paling besar di sisi Allah Subhaanahu Wata'aala. Namimah diharamkan karena dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kaum Muslimin.

Dalil-dalil yang Mengharamkan Namimah

Allah Subhaanahu Wata'aala berfirman, yang artinya “Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.” (Qs. Al-Qalam: 11)

Dan Allah berfirman , yang artinya ,“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qs. Qaaf: 18).

Juga Allah berfirman, yang artinya " Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Qs. Al-Humazah: 1)

Allah berfiman , yang artinya ,"امDan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar” (Qs. Al-Lahab) ,

Maksudnya adalah kiasan bagi pengadu domba, karena istri Abu Lahab adalah orang yang suka membawa berita untuk merusak hubungan sesama manusia, dan disebutkan di sini “kayu bakar”, karena ia menebarkan permusuhan dan kebencian di antara manusia sebagaimana kayu bakar menebarkan api. Adapun mengadu domba adalah gangguan yang ditujukan kepada kaum muslimin untuk merusak hubungan sesama mereka,

Allah berfirman, yang artinya “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Qs. Al-Ahzab: 58).

Dari Hudzaifah ra bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, yang artinya ,“Tidak masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaihi).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya , “Maukah aku beritakan kepada kalian tentang orang-orang yang jahat di antara kalian?”
Para sahabat menjawab: “Tentu”.
Beliau bersabda: “(Yaitu) orang-orang yang ke sana dan ke mari menghamburkan fitnah, orang-orang yang merusak hubungan antar orang yang berkasih sayang, dan orang-orang yang mencari aib pada diri orang-orang yang baik.”


Rasulullah bersabda yang artinya “Barangsiapa menyiarkan berita buruk seorang Muslim untuk memburukkannya dengan berita itu secara tidak haq, maka dengan itu Allah akan memburukkannya di dalam api Neraka pada hari Kiamat.”

Dari riwayat Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berjalan melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda , yang artinya , “Sesungguhnya kedua penghuni kubur itu sedang disiksa, keduanya tidak disiksa karena dosa besar, namun sesungguhnya itu adalah dosa besar, salah satu di antara keduanya disiksa karena ia berjalan kesana dan kemari untuk menebar fitnah, sedangkan yang kedua disiksa karena tidak sempurna bersuci saat buang air kecil”.

Para ulama menafsirkan makna: “Keduanya tidak disiksa karena dosa besar”, maksudnya adalah: bahwa kedua penghuni kubur itu tidak menyangka bahwa perbuatannya itu termasuk yang berdosa besar. Disebutkan pula bahwa sepertiga dari siksaan di dalam kubur adalah karena perbuatan adu domba.

Allah Subhaanahu Wata'aala telah mengharamkan perbuatan menyebarkan fitnah (mengadu domba) karena dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara manusia, tidak ada kelonggaran dalam ini, lain halnya berbohong yang mana dalam hal ini Allah telah memberikan keringanan jika itu dapat mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan di antara manusia,

Sebagaimana Allah Subhaanahu Wata'aala berfirman, yang artinya , " Sebab itu bertaqwalah pada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu”. (Al-Anfal: 1).

Rasulullah bersabda , yang artinya , “Maukah aku beritakan kepada kalian tentang sesuatu yang lebih utama dari pada derajat shalat, puasa dan shadaqah?”
Para sahabat menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah”.
Beliau bersabda: “Yaitu memperbaiki hubungan antara sesama, karena sesungguhnya rusaknya hubungan antar sesama itu adalah keterputusan (dari tali persaudaraan)”.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. , bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya , "Apakah kamu tahu siapakah sejahat-jahat kamu?"
Jawab sahabat: "Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. yang lebih tahu."
Rasulullah SAW bersabda: "Sejahat-jahat kamu ialah orang yang bermuka dua, yang menghadap kepada ini dengan wajah dan datang kesana dengan wajah yang lain."


Allah Subhaanahu Wata'aala telah mengharamkan atas kaum Mukminin untuk melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka,

Sebagaimana firman Allah , yang artinya “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamr (arak) dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari melakukan perbuatan itu).” (Al-Maidah: 91).

Dan Allah telah memberi karunia kepada hamba-hamba-Nya dengan menumbuhkan rasa kesatuan di dalam hati mereka, Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya “Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) kamu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (Ali Imran: 103).

Sebagaimana Allah berfirman , yang artinya , " Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para Mu'mim. Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.” (Al-Anfal: 62-63).

Saudaraku, menjadi kewajiban bagi setiap pribadi yang beriman untuk menjaga lidahnya sehingga tidak berkata-kata kecuali untuk kebaikan, dan jika berkata-kata itu sama baiknya dengan tidak berkata-kata, maka agama menganjurkan untuk tidak berkata-kata, karena terkadang perbincangan yang halal dapat berubah menjadi perbincangan yang makruh atau bahkan menjadi perbincangan yang haram, inilah yang sering terjadi di antara manusia.

Sebagaimana riwayat Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya , "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, maka hendaklah ia berkata-kata yang baik atau hendaklah ia diam”.

Saudaraku, tidak layak seseorang berkata-kata kecuali jika kata-katanya itu me-ngandung kebaikan, yaitu perkataan yang mendatangkan kebaikan.

Imam Syafi’i mengatakan: “Jika seseorang akan berbicara hendaklah ia berfikir sebelum berbicara, jika yang akan diucapkannya itu mengandung kebaikan maka ucapkanlah, namun jika ia ragu (tentang ada atau tidaknya kebaikan pada apa yang akan ia ucapkan) maka hendaklah tidak berbicara hingga yakin bahwa apa yang akan diucapkan itu mengandung kebaikan.”
Semoga Allah Ta’ala selalu melindungi kita dari kejahatan lisan kita , ucapan, pendengaran dan penglihatan kita, amin

Allahu a'lam
Sumber : Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthaani, Syaikh Abdul Malik al-Qasim, http://www.alsofwah.or.id,

Selasa, 02 November 2010

Al-Ghaniy (Allah Maha Kaya)

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,“ Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji ," (Qs. Al-Hajj :64).
Al-Ghaniy merupakan salah satu nama Allah. Keindahan terletak pada nama dan makna-Nya. Ini juga menunjukkan sifat-sifat kesempurnaan Allah, yaitu kesempurnaan yang tidak mengandung unsur kelemahan sedikitpun ditinjau dari semua sisi. Dr Muh Khalifah at Tamimi dalam Mu'taqad ahli sunnah wal jama'ah fi asma'illah al Husna, menyatakan bahwa Imam Al-Baihaqi memasukkan ke dalam bab nama-nama Allah dengan penekanan meniadakan penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Sebagaimana firman-Nya , yang artinya ," Dan Allah-lah Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan-Nya ", (Qs. Muhammad : 38).Adapun dari al-Hulaimi tentang makna Al-Ghaniy adalah bahwa Allah Maha Sempurna dengan apa yang Dia miliki dan apa yang ada disisi-Nya, sehingga Dia tidak butuh kepada selain-Nya.
Sifat tidak membutuhkan inilah yang menjadi sifat mutlak Allah, sedangkan sifat membutuhkan ada pada makhluk. Sedangkan Allah tidak mempunyai sifat kekuarangan. Oleh karena itu tidak boleh dibayangkan bahwa selain Allah masih ada yang berpeluang mempunyai kelebihan atas Allah.
Al Qurthubi dalam tafsir al-Jami' li Akham al-Qur'an dalam menafsitrkan ayat diatas me-nyatakan bahwa Allah Maha Kaya, artinya Allah tidak membutuhkan harta benda makhluk.

Imam al-Qurthubi juga menkelaskan maka Allah tidak membutuhkan sesuataupun dan Dia Maha terpuji dalam segala keadaan-Nya.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Dan Rabbmu Maha Kaya yang mempunyai sifat kasih sayang", (Qs. Al-An'am : 133).

Imam Al-Alusi al Baghdadi dalam Ruh al Ma'ani fi tasfir al-Qur'an al azhim wa as sab'I al Matsani, menjelaskan ayat diatas bahwa tidak ada satupun yang kaya kecuali Allah. Allah tidak membutuhkan hamba-Nya dan tidak membutuhkan ibadah hamba-Nya.

Imam Saukani dalam Fathu al Qadir menyatakan arti ayat tersebut adalah, Allah Maha Kaya terhadap makhluk-Nya. Dia tidak membutuhkan mereka dan tidak pula membutuhkan ibadah mereka. Iman mereka tidak memberi manfaat apapun kepda Allah, kekafiran mreka juga tidak mendatangkan mudharat apapun kepada-Nya.
Sebagaimana Rasulullah bersabda yang artinya, " bahwa Allah berfirman ," Wahai para hamba-Ku! Sesungguhnya kalian tidak akan mampu mencapai tingkat yang dapat membahayakan-Ku, sehingga kalian akan membahayakan-Ku dan tidak pula kalian mampu mencapai tingkat yang dapat memberi manfaat kepada-Ku.
Wahai para hamba-Ku ! Sesungguhnya jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia , semuanya menjadi satu hati yang paling bertakwa diantara kalian, tidaklah yang demikian itu akan menambah kekuasaan-Ku sedikitpun.
Wahai para hamba-Ku! Sesungguhnya jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia , semuanya menjadi satu hati yang paling jahat diantara kalian, tidaklah yang demikian itu akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikitpun. (hadits Qudsi shahih riwayat Imam Muslim)


Adapun maknanya , para hamba Allah tidak akan mampu menimpakan mudharat kepada Allah dan tidak akan mampu memberikan manfaat kepada-Nya. Sebab Allah adalah Dzat Yang Maha Kaya (Ghaniy) dan Maha Terpuji. Dia tidak membutuhkan ketaatan-ketaatan para hamba-Nya. Justru para hamba itu sendiri yang mengambil manfaat dari ketaatan kepada Allah. Beitu kedurhakaan hamba akan kembali kepada hamba itu sendiri.

Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir , sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun ," (Qs. Ali Imran : 176)

Kekuasaan Allah adalah keuasaan mutlak, baik Dzat , sifat , maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Kekuasaan Allah adalah kekuasaan sempurna yang mutlak.

Maka dari itu, mari kita ingat firman-Nya , yang artinya ," Hanya milik Allah -lah Asma-ul Husna (nama-nama Allahyang sangat indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut / mengingat Asma-ul Husna itu ", (Qs. Al-A'raf : 180).

Sehingga bagi kita ketika berdoa kepada Allah dengan menyebut atau mengingta Al-Ghaniy meliputi dua bentuk :

  • 1. jika yang dimaksud berdoa adalah memohon, misalnya ketika hamba memohon kepada-Nya agar kebutuhan-kebutuhan moral maupun meterial dipenuhi Allah, handaknya ia terlebih dahulu menyebut nama Al-Ghaniy.
  • 2. Jika yang dimaksud berdoa adalah beribadah secara umum, maka hendaknya seorang hamba melakukan peribadatan kepada Allah dengan penuh kesadaran, semangat dan penuh rasa harap serta sesuai sunnah. Mengingat allah adalah al-Ghaniy , Rabb Yang Maha Kaya.

Seorang hamba, sangat membutuhkan untuk beribadah kepada Allah agar mendapatkan ridha dan kasih sayang-Nya, sedangkan Allah Maha Kaya , tidak membutuhkan segala ibadah makhluk-Nya.

Dengan mengenal sifat Al-Ghaniy ini , kita dapat mengambila pelajaran bahwa manusia hendaknya ,

  • Bersikap tawadhu' (rendah hati) , mengindari kesombongan apalagi durhaka kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak membutuhkan ibadah serta ketaatan makhluk-Nya.
  • Selalu bersyukur kepada Allah, karena sesungguhnya Dia-lah yang mencukupi segala kebutuhan makhluk.
  • Menjauhkan dari sikap memohon kepada selain Allah, karena hanya Allah yang sanggup memenuhi kebutuhan makhluk-Nya.
  • Menjadikan penuh pengharapan kepada-Nya.
  • Bersikap semakin bergantung dan bertawakal kepada Allah , sebag menyakini bahwa hanya Allah Yang Maha Kaya.

Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua sehingga menjadi hamba yang bersyukur.

Allahu Akbar wa Lillahi al-Hamdu
Allahu a'lam

Sumber : Ust. Ahmad Faiz Asifudin , As-sunnah 2009.

Energi Memberi

Dalam riwayat Ibn Umar , bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ," Allah senantiasa memenuhi kebutuhan seorang hamba, selam si hamba itu berusaha memenuhi kebutuhan orang lain (saudaranya) ," (Hr Imam Muslim dalam Shahih XIII,212, Sunan Abu Dawud XIII,110 … )
Memberi adalah suatu tindakan yang penuh energi untuk lebih mendatangkan rizki dalam kehidupan kita. Ketika kita memberi , kita mereasa bahwa kita mempunyai lebih banyak rizki (energi) sehingga perlu untuk disalurkan ke orang lain. Ketika seseorang dengan ikhlas dan rasa syukur ketika memberi, maka menurut hukum tarik menarik, maka semesta akan membukakan dan mengalirkan rizki besar (dari Sang Pencipta) kembali kepada orang itu. (The secret).
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," .. Dan apa yang kamu infakkan di jalan Allah, maka akan diberikan pengganti oleh Allah dan Dialah sebaik-baiknya pemberi rizki," (Qs. Saba' : 39).
Jika kita berpikir bahwa kita tidak punya cukup rizki untuk kita salurkan/ berikan ke orang lain. Maka itulah yang terjadi. Kita akan menjadikan tidak cukup rizki mengalir ke diri kita, disaat kita berpikir bahwa kita tidak cukup rizki untuk diberikan. Maka mulailah kita mensyukuri rizki kita, kita akan menjadi kaya rizki dengan memberi.
Saudaraku, memberi, berbagi adalah sangat nikmat yang bisa kita lakukan, maka hukum tarik menarik akan menangkap sinyal ini dan mengalirkan lebih banyak kenikmatan karunia Allah ke dalam keseharian kita.

Diantara kita, ada yang berpendapat bahwa perlu upaya yang keras, untuk meraih kesuksesan pekerjaan , karier, financial. Namun hal itu tidak menjamin apa yang sungguh-sungguh kita inginkan, yaitu kebahagiaan. Jadi mengejar segala hal dengan mengira bahwa segala hal itu akan mendatangkan kebahagiaan, tetapi ini justru terbalik. Kita perlu mencari lebih dulu kegembiraan dalam diri, damai dalam diri, visi dalam diri, maka segala sesuatupun akan muncul.

Segala sesuatu yang diinginkan adalah pekerjaan didalam diri. Dunia luar adalah akibat, hanyalah akibat dari pikiran. Pancarkan kebahagiaan dari dalam diri maka kita akan mendapatkan apa yang diinginkan.

Saudaraku, jurus ampuh untuk meraih kebahagiaan, sebagaimana diungkapkan Ibn Qayyim dalam Zaad Ma'ad , bahwa diantara yang melapangkan jiwa dan meraih kebahagiaan adalah berbuat baik kepada orang lain, dan membantu mereka dengan sesuatu yang mungkin bisa diberikan, baik berupa harta, jabatan, materi dan berbagai bentuk kebaikan lainnya. Dan orang yang dermawan (paling sering memberi, berbuat baik) adalah yang paling lapang dadanya, paling tenteram jiwanya.

Ingatlah firman-Nya, yang artinya , " Adapaun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah..(Qs. Al-Lail : 5 ).

Sebagaimana Rasulullah bersabda,yang artinya ," Harta itu tidak akan berkurang karena disedekahkan. Allah hanya akan menambah kemuliaan bagi seorang hamba yang suka memaafkan. Dan setiap kali seorang itu berlaku tawadhu' kepda Allah, pasti Allah akan meningkatkan derajadnya ," (diriwayatkan Imam Malik dalam Al-Muwaththa' VI : 60).

Saudaraku, harta disini tidak hanya diartikan sebagai Rupiah, atau dinar namun bisa berupa apa saja yang dapat digunakan untuk membantu atau menyantuni orang lain.

Allahu a'lam
Sumber : The Power of Giving, Zainuddin bin Qasim