*****Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yg sabar.(Qs.Al-Baqarah 2 : 155).*****Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga , padahal (cobaan) belum datang kepadamu seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yg beriman bersamanya , berkata, 'kapankah datang pertolongan Allah?' Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.(Qs.Al-Baqarah 2 : 214). *****Dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan , agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.(Qs.Al-An'am 6 : 42). *****Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yg baik-baik dan (bencana) yg buruk-buruk, agar mereka kembali (kepda kebenaran). (Qs. Al-A'raf 7 : 168). *****Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yg apabila disebut nama Allah gemetar hatinya , dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yg melaksanakan shalat dan yg menginfakkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yg benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yg mulia. (Qs.An-anfal 8 : 2-4). *****Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yg berjihad diantara kamu dan tidak mengambil teman yg setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yg kamu kerjakan. (Qs. At-Taubah 9 : 16) *****Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yg sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiya 21 : 35). *****Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh , Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yg dusta. (Qs. Al-'Ankabut 29 : 2-3)

Minggu, 20 April 2008

Kiat Shalat Khusyu'

Tulisan ini dikutip dari "Kaifa Naksya'u
Ash-Shalah"- oleh Fauzan Ahmad az-Zumari – cetakan Darul Basyair al-Islamiyah - Beirut - Libanon.

Firmn Allah tentang shalat ;
  • "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman; Yaitu orang-orang yang khusu' dalam shalatnya..." sampai akhir ayat: " ...Yaitu orangorang yang selalu melihara shalat-shalat mereka...' (al Mukminun: 1-9)
  • Firman Allah yang artinya: "Kemudian, Allah menganugerahkan bagi mereka Jannah Firdaus nan abadi." (al-Mukminun: 10)
  • Dengan shalat, dapat menggapai puncak kebahagian tertinggi, dan jika serampangan menunaikannya, seorang mukmin bisa terperosok ke jurang Wail di Narr Jahannam. Allah berfirman: "Maka Narr Wail bagi mereka yang shalat; yaitu orang-orang yang melalaikan shalatnya itu.." (al-Ma'un: 3-4)
  • Melalui shalat, seorang mukmin dapat mengentaskan tabi'at buruk manusia yang tak mau susah, tapi juga tak tahu di untung. Allah berfirman: "Sesunguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah lagi kikir; apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah; dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir; melainkan orang-orang yang shalat.' (al-Ma'arij: 19-21)
  • Shalat adalah media efektif untuk mencegah manusia dari perbuatan maksiat dan kemungkaran: Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu (dapat) mencegah perbuatan keji dan mungkar. (al-Ankabut: 45)

Sebagai makhluk sosial, manusia akrab dengan beragam problematika. Ketabahan jiwa menghadapi berbagai persoalan menjadi senjata ampuh menuju kebahagiaan hidup;
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (al-Baqarah: 153)

Gelombang kehidupan seringkali mengombangambingkan seorang mukmin antara ketaatan dan kemaksiatan.
itabullah sebagai pegangan, haruslah kita pelihara dengan sekuat tenaga. Salah satu di antara kiat jitu melanggengkan sikap konsistensi kita berpegang kapada hukum illahi adalah dengan memperbaiki kualitas shalat:
"Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan Kami beri pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang yang* mengadakan perbaikan." (al-A'raf: 170)

Oleh sebab itu, di antara hal paling penting dari perintah Allah adalah shalat. Melalaikan shalat adalah malapetaka. Sebaliknya, menyibukkan diri dengan ibadah tak akan membikin manusia celaka, sengsara atapun merana.
"Dan perintahkanlah kepada keluarga kamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta dari kamu rezki. Kamilah yang akan memberimu rezki. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (ath-Thaha: 132)

Tak mudah bagi mukmin mengabadikan amalan shalat, apalagi dalam ujud yang sempurna rukun dan syaratnya, ditambah sunnah- sunnah yang juga terdapat dalam shalat. Kemudahan itu hanya milik mereka yang mampu tampil khusyu' dalam shalatnya. Dalam hal itu, Allah sudah menegaskan:
"Dan sesungguhnya yang demikian itu (shalat) amatlah berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'" (al-Baqarah: 45)

Kita sering alpa, dan lalai melakukannya. Itu sudah menjadi ketentuan ilahi yang akan berlaku, dan akan diperbuat oleh satu generasi di akhir jaman.
"Maka datanglah sesudah mereka generasi yang jelek yang menyia- nyiakan shalat dan memper turutkan hawa nafsunya; maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (Maryam: 59)
Shalat adalah amalan yang paling utama, yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba di hari akhir nanti.
Bahkan Rasulullah menjadikannya sebagai wasiat akhir sebelum wafat
Beliau bersabda: "Allah, Allah, (Wahai kaum Muslimin) peliharalah shalat, peliharalah shalat dan bertakwalah kepada Allah, serta peliharalah para hamba sahaya yang menjadi milikmu."
Ada yang menganggap shalat hanya sebagai rutinitas hidup, instrumen pelengkap dalam roda kehidupan, yang tak lagi memiliki ruh, kualitas dan kemuliaan yang seharusnya melekat pada ibadah shalat tersebut.

Shalat dianggap menguras waktu dan terkesan membosankan. Bila persepsi itu membudaya, maka kaum Muslimin (kecuali yang mendapat rahmat Allah) sudah kehilangan miliknya yang paling berharga dalam menjalankan shalat, yaitu: kekhusyu'an.

Nabi bersabda:"Sesungguhnya karunia pertama yang dicabut Allah dari pars hamba- Nya adalah kekhusyu'an dalam shalat." 2

Oleh sebab itu, kita harus berupaya memperoleh kembali kekhusyu'-an dalam shalat yang menjadi ciri mereka yang meyakini hari kebangkitan; berusaha membiasakannya dalam diri kita, bahkan mencari cara dalam ajaran As-Sunnah yang dapat menuju jalan ke arah itu.

Definisi Dan Pengertian Khusyu'
Secara bahasa
,

  1. Tunduk, pasrah. merendah atau diam. Artinya mirip dengan kata khudhu'. Hanya saja kata khudhu' lebih sering digunakan untuk anggota badan, sedangkan khusyu' untuk kondisi dan gerak-gerik hati. 3
  2. Rendah perlahan, biasanya digunakan untuk suara. Allah berfirman: "Dan (khusyu') merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Mdha Pemurah, maka kamu tidak mendengar melainkan bisikan saja." (Ath-Thaha: 108)
  3. Diam, tak bergerak. Allah ber_rman yang artinya: "Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, kamu lihat bumi itu diam tak bergerak (: tandus-Pent), dan apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur." (Al-Fusshilat: 39)

Menurut Istilah
Khusyu' artinya: kelembutan hati, ketenangan hati yang berfungsi menghindari keinginan keji yang berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu hewani, kepasrahan di hadapan ilahi yang dapat melenyapkan keangkuhan, kesombongan dan sikap tinggi hati. Dengan itu, seorang hamba akan menghadap Allah dengan sepenuh hati. Ia hanya bergerak sesuai petunjuk-Nya, dan hanya diam juga sesuai dengan kehendak-Nya. 4

Pengertian khusyu' di dalam shalat:
Kondisi hati yang penuh dengan ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan keagungan Allah. Kemudian semua itu membekas dalam gerak-gerik anggota badan yang penuh hikmat dan konsentrasi dalam shalat, bila perlu menangis dan memelas kepada Allah; sehingga tak memperdulikan hal lain. 5

Pengertian kusyu' tersebut diambil dari firman Allah sebagaimana tersebut sebelumnya: "..yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.." (Al- Mukminun: 1-2)

Makna kekhusyu'an,

  • Ibnu Abba's menandaskan: "Artinya penuh takut dan khidmad."
  • Al-Mujahid menyatakan: "Tenang dan tunduk."
  • Ali bin Abi Thalib menyatakan: "Yang dimaksud dengan kekhusyu'an di situ adalah kekhusu'an hati."
  • Hasan al-Bashri, berkata: "Kekhusyu'an mereka itu berawal dari dalam sanubari, lalu terkilas balik ke pandangan mata mereka sehingga mereka menundukkan pandangan mereka dalam shalat."
  • Imam Atha' berkata: "Khusyu' artinya, tak sedikitpun kita mempermainkan salah satu anggota tubuh kita."

Jadi artinya, kekhusyu'an dalam shalat bukanlah sekedar kemampuan memaksimal-kan konsentrasi sehingga pikiran hanya terfokus dalam shalat.
Kekusyu'an lebih merupakan kondisi hati yang penuh rasa takut, pasrah, tunduk dan sejenisnya; yang membias dalam setiap gerakan shalat menjadi nampak anggun, khidmat dan tidak serampangan.

Kiat Khusyu' Dalam Shalat
Beberapa kiat khusyu' dalam shalat, diantaranya:

1. Mengenal Allah, Menghadirkan, Mengagungkan dan Takut Kepada-Nya.
Orang yang paling khusyu' dalam shalat adalah orang yang paling bertakwa.

  • Allah berfirrman: "(orang-orang yang khusyu' yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabb mereka, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (Al-Baqarah: 46)
  • Dalam hal itu Allah juga berfirman: "Sesungguhnya yang takut (bertakwa) kepada Allah hanyalah para ulama." (Al-Fathir: 28)
    hanya orang-orang yang berilmu yang tergolong bertakwa kepada Allah. Dan tentunya, hanya merekalah yang digolongkan orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya. Yang dimaksud dengan ilmu di sini tentunya ilmu yang shahih yang membuahkan amalan shalih.
  • Al-Hasan al-Bashri menyatakan:"Ilmu itu ada dua macam: ilmu ungkapan lidah, dan ilmu di sanubari.Adapun ilmu sanubari, itulah ilmu yang bermanfaat. Sedangkan ilmu ungkapan lidah, adalah hujah Allah atas manusia."
  • Allah berfirman: "Apakah kamu yang lebih beruntung wahai orang-orang musyrik ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam, dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut akan (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya..." (Az-Zumar: 9)

2. Orang Shalat harus Menyadari bahwa Shalat Adalah Perjumpaan, sekaligus Komunikasi diri Dengan Allah
Hal itu telah diisyaratkan dalam hadits Nabi :
"Apabila seorang di antaramu sedang shalat, sesungguhnya dirinya sedang berkomunikasi kepada Allah. Maka janganlah ia membuang ludah ke hadapan muka, atau ke arah kanan; tapi hendaknya ia membuangnya ke-sebelah kiri, atau di bawah telapak kakinya." 6

Imam Nawawi berkata: "Sabda beliau: "..sesungguhnya ia sedang berkomunikasi kepada Rabb-nya...", merupakan isyarat akan pentingnya keiklasan hati, kehadirannya (dalam shalat) dan pengosongannya dari selain berdzikir kepada Allah... " 7
Jika shalat adalah komunikasi seorang hamba kepada Allah, dan itu sudah disadari oleh orang yang shalat; maka sudah selayaknya hal itu memacu dirinya untuk bersikap khusyu'. Karena diapun sadar, bahwa segala gerak hatinya, apalagi gerak tubuh kasarnya, pasti selalu diperhatikan oleh Allah.

3. Ikhlash
Keikhlasan adalah ruh aural. Allah berfirman: "Yang menjadikan hidup dan mati, agar Dia menguji kamu; siapakah di antara kamu sekalian yang terbaik amalannya." (al-Mulk: 2)
Berkenaan dengan ayat ini; Fudhail bin Iyyadh menyatakan: "Yang dimaksudkan dengan yang terbaik amalannya, adalah yang paling ikhlas dan paling benar."

Satu amalan yang dianggap pelakunya sudah ikhlas, bila tak memenuhi syari'at , tak akan diterima. Demikian juga amalan yang benar sesuai syariat, namun tidak ikhlas karena Allah, juga tak ada gunanya. Ikhlas, artinya hanya untuk Allah. Benar, artinya menuruti, Sunnah Rasul . 8
Satu amalan yang dilakukan dengan ikhlas, dengan sendirinya akan mudah meleburkan diri si hamba secara menyeluruh ke dalam ibadah itu sendiri. Karena tak satupun (menurut keyakinannya) yang pantas menguras perhatian dirinya selain Allah.

4 Mengkonsentrasikan diri hanya untuk Allah
Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
"Seandainya seorang hamba (sesudah berwudhu dengan baik) tegak malakukan shalat, memuji Allah, menyanjung-Nya, mensucikan diri- Nya yang mana itu memang merupakan hak-Nya, mengkonsen- trasikan diri hanya rnengingat Allah; maka ia akan keluar dari shalatnya laksqna bayi yang baru dilahirkan." 9

Al-Imam Ibnu Katsir menyatakan: "Sesungguhnya kekhusyu'an dalam shalat itu hanya dapat dicapai oleh orang yang mengkonsentrasikan hatinya untuk shalat itu, disibukkan oleh shalat hingga tak mengurus yang lainnya; sehingga ia lebih mengutamakan shalat dari amalan yang lain."

5 Menghindari Berpalingnya Hati dan Anggota Tubuh Dari Shalat
Aisyah berkata: "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang berpalingnya wajah di kala shalat, ke arah lain.
Beliau menjawab: "Itu adalah hasil curian setan dari shalat seorang hamba." 10
Ath-Tayyibi menyatakan: "Dinamakan dengan "hasil curian", menunjukkan betapa buruknya perbuatan itu. karena orang yang shalat itu tengah menghadap Allah, namun setan mengintai dan mencuri kesempatan. Apabila ia lengah, setan langsung beraksi!
Imam Ash-Shan'ani menyatakan: "Sebab dimakruhkannya berpaling tanpa hajat di kala shalat, karena itu dapat mengurangi kekhusu'an, dan dapat juga menyebabkan sebagian anggota badan berpaling dari kiblat. Juga karena shalat itu adalah menghadap Allah. 11

6. Merenungi Setiap Gerakan Dan Dzikir-Dzikir Dalam Shalat
Imam Ibnul Qayyim pernah menyatakan:
"Ada satu hal yang ajaib, yang dapat diperoleh oleh orang yang merenungi makna-makna Al-Qur'an. Yaitu keajaiban-keajaiban Asma dan Sifat Allah. Itu terjadi, tatkala orang tadi menuangkan segala curahan iman dalam hatinya, sehingga ia dapat memahami bahwa setiap Asma dan Sifat Allah itu memiliki tempat (bukan
dibaca) di setiap gerakan shalat.

Artinya bersesuaian. Tatkala ia tegak berdiri, ia dapat menyadari ke-Maha Terjagaan Allah, dan apabila ia bertakbir, ia ingat akan ke-Maha Agung-an Allah." 12

7 Memelihara Tuma'ninah (Ketenangan), Tidak Terburu-buru Dalam Shalat
Allah berfirman:
"Dan apabila kamu sudah tenang, maka dirikanlah shalat..." (An- Nisa': 103)
Ayat di atas jelas mengisyaratkan bahwa ketenangan, adalah faktor vital dalam shalat yang harus diperhatikan. Sehingga "keharusan" shalat bagi seorang mukmin di saat-saat berperang dengan orang-orang kafir, dilakukan kala ia sudah kembali tenang.
Hal ini juga terpahami jelas dari hadits tentang "Shalat orang yang asal- asalan", yang lalu dikoreksi oleh Nabi.
Bahkan orang itu disuruh mengulangi shalatnya dengan sabda beliau, yang artinya:
"...dan ruku'lah sehingga kamu tuma'ninah dalam ruku' itu. Lalu tegaklah berdiri sampai kamu tuma'ninah dalam berdiri...dst" 13

8 . Semangat Dalam Melakukannya
Ini satu hal yang lumrah. Karena tatkala seseorang shalat dengan seenaknya, malas dan tidak bersemangat; jelas tak akan dapat diharapkan kehusyu'annya.
Oleh sebab itu, dalam hadits yang diceritakan Anas bin Malik disebutkan bahwa Rasulullah pernah memasuki masjid. Tiba-tiba beliau melihat ada tali yang
direntangkan antara dua tiang masjid tersebut. Beliau lantas bertanya: "Untuk apa tali ini?"
Para shahabat menjawab: "Itu punyanya Zainab. Kalau dia lagi lemas waktu shalat, itu dijadikan tempat berpegangan."
Beliau bersabda, : "Lepaskan tali itu. setiap kamu itu hendaknya shalat dengan bersemangat. Kalau dia memang merasa capek, ya istirahat dulu." 14
Rasulullah juga bersabda,"Apabila salah seorang di antara kamu mengantuk, sedangkan ia tengah melalukan shalat; hendaknya ia tidur terlebih dahulu sehinga hilang rasa mengantuknya. Karena kalau ia shalat terus, jangan jangan, ia ingin beristighfar malah mencaci dirinya sendiri" 15

Berkenaan dengan hal itu, Imam An-Nawawi menyatakan: "Hadits tersebut mengandung anjuran agar seorang hamba itu shalat dengan konsentrasi penuh, khusyu', terfokus _kirannya kepada Allah dan dengan semangat. Hadits tersebut juga menyuruh orang yang mengantuk selagi shalat itu untuk tidur dulu, atau melakukan hal lain yang dapat menghilangkan rasa kantuknya." 16

Kesalahan sebagian kaum Muslimin yang menganggap shalat yang khusyu' itu cenderung harus dilakukan dengan lemah gemulai dan tak bertenaga. Kalau kita tilik kembali tata cara shalat yang diajarkan Nabi akan kita dapati bahwa seluruh gerakan shalat secara kolektif ternyata harus dilakukan dengan bersemangat, bukan dengan melemas-lemaskan tubuh.

Ambil contoh misalnya:

  • ruku'. Di saat melakukan ruku', orang yang shalat diperintahkan untuk meluruskan punggung. Namun disamping itu ia juga diperintahkan untuk membengkokkan sedikit kedua tangannya. Konsekuensinya,ia harus melakukan gerakan itu dengan perhatian penuh.
  • kala bersujud. Di saat bersujud, seorang mukmin harus meluruskan punggungnya, meluruskan pahanya, meletakkan dengan tepat tujuh anggota sujud, menekankan kening ke bumi, bertumpu pada kedua belah telapak tangan, merapatkan kedua telapak kaki, mengarahkan dengan penuh jari-jari kaki kearah kiblat, merenggangkan kedua lengan, menjauhkan perut dengan bumi; disamping juga berdzikir, memanjangkan sujud dan lain-lain.
    Semuanya itu, hanya bisa dilakukan dengan penuh perhatian dan semangat .

9. Memilih Tempat Shalat Yang Sesuai
Artinya yang memenuhi syarat agar bisa membuat shalat kita menjadi khusyu'. Tempat tadi paling tidak harus memenuhi beberapa kriteria berikut:

  • Tenang, dan jauh dari keributan yang ditimbulkan -mungkin- oleh penuh sesaknya orang-orang yang shalat, sehingga membikin suara yang mangganggu. Sesungguhnya Nabi pernah marah ketika dalam shalat beliau mendengar suara ribut di belakangnnya.
  • Hadirnya para malaikat. Artinya, kita menghindari hal-hal/sesuatu yang meng halangi malaikat (rahmat) untuk memasuki tempat kita menunaikan shalat. misalnya, lukisan benda bernyawa, atau anjing. Karena Nabi bersabda: "Para malaikat tidak akan memasuki satu rumah yang didalamnya ada lukisan benda bernyawa, atau anjing." 17

Imam al-Khitabi menjelaskan: "Yang dimaksud di situ adalah para malaikat yang datang membawa rahmat dan berkah, bukan para malaikat yang mencatat amalan
seorang hamba. Karena mereka (yang kedua) itu tak pernah berpisah dengan manusia." 18
Di antaranya lagi, suara- suara musik. Juga termasuk di antaranya suara lonceng. Nabi bersabda: "Sesungguhnya lonceng itu adalah seruling-seruling setan." 19

10. Menghindari Segala Yang Menyibukkan Dan Mengganggu Sahalat
termasuk dalam lingkaran larangan itu, shalat di kala makanan sudah dihidangkan; atau shalat di kala sedang menahan buang air kecil atau besar.
Nabi bersabda yang artinya: Janganlah salah seorang di antara kamu shalat, kala makanan dihidangkan, atau kala menahan buang air." 20

Diriwayatkan hadits al-Bukhari dan Muslim: 558, Ibnu Umar pernah dihidangi makanan; saat itu adzan berkumandang, namun beliau terus saja makan sampai selesai. Padahal beliau sudah mendengar suara bacaan imam. Di antaranya yang lain: shalat di bawah terik matahari.
'Dalam hal ini Rasulullah bersabda, yang artinya: "Apabila matahari bersinar terik / panas sekali, tundalah waktu shalat hingga cuaca dingin. Karena sesungguhnya panas yang terik itu berasal dari uap Narr Jahannam."
Yang lainnya lagi: memandang (ketika shalat) sesuatu yang merusak konsentrasi.
Dari Anas , bahwa Aisyah memiliki kain korden berhias yang menutupi sebagian tembok rumahnya. Maka Rasulullah bersabda: "Singkirkan korden itu,Sesungguhnya gambar-gambarnya itu terus terbayang dalam diriku di waktu shalat." 21
Imam Ash-Shan'ani berkata : "Sesungguhnya hadits itu mengandung larangan terhadap segala hal yang dapat mengganggu shalat. Baik itu ukiran-ukiran, hiasan-hiasan dan lain-lain.

11. Memanjangkan Bacaan
Memanjangkan bacaan surat dalam shalat, seringkali membantu proses khusyu', terutama bagi yang mengerti kandungan makna bacaan itu, atau bagi orang yang dianugerahi Allah kelembutan jiwa.
Rasulullah pernah ditanya: "Shalat bagaimana yang paling utama?"
Beliau menjawab: "Yang panjang qunut/kekhusu'an nya." 22
Imam Ibnul `Arabi berkata: "Aku mencoba menyelidiki sumber kekhusyu'an; lalu kudapati ada sepuluh perkara:

  • 1. Ketaa'atan,
  • 2. ibadah,
  • 3. kesinambungan melakukan amal shalih,
  • 4. shalat,
  • 5. bangun malam,
  • 6. berdiri panjang (dalam shalat),
  • 7. berdoa,
  • 8. ketundukan,
  • 9. diam tenang, dan
  • 10. tidak menoleh-noleh.

Kesemuanya adalah alternatif yang saling terkait. Namun yang paling berpengaruh adalah: ketundukan, berdiam diri dan bangun malam." 23

12. Hendaknya kita shalat, seperti shalatnya orang yang akan bepergian jauh
Rasulullah pernah menegaskan: "Apabila engkau melakukan shalat, maka shalatlah kamu, dengan shalatnya orang yang akan meninggalkan alam fana..." 24
Yang dimaksud, agar kita shalat dengan shalatnya orang yang rindu untuk berjumpa Allah.Masih banyak kiat khusyu' lainnya dalam shalat. Ini untuk memacu diri agar memperbaiki kualitas shalat kita.

Kita berdoa kepada Allah agar kita dijauhkan dari mereka yang disebutkan dalam firman Allah: "Maka sungguh satu kecelakan yang besar bagi meraka yang telah mambatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata:" (az-Zumar: 22)

sumber : Fauzan Ahmad az-Zumari, http://www.vbaitullah.or.id, As-Sunnah07/III/1424H hal 38 - 44.
1Diriwayatkan oleh Abu Dawud: 5156, Ibnu Majah: 2689, Ahmad: 1/78 dan al-Baihaqi: VIII/11, dari hadits Ali 414.
2Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam "Khalqu Af'ali al-'Ibad" hal. 62, Ath-Thabrani dalam "Al Mu'jam Al-Kabir": 7183, An-Nasa'i dalam "As-Sunan al-Kubra": 5909 dan lain-lain dari Syaddad, bin `Aus.
3Lihat Mu'jamu Maqasiyisi al-Lughah: II/152, Bashairu dzawi At-Tamyiz: II/541- 543, Tafsir al Baghwi: III/ 301, Tafsir Abi As-Su'ud: V1/123 dan Fathul Bari: II/225.
4Lihat "Al-Khusyu' _ Ash-Shalah" oleh Ibnu Rajab al-Hambali.
5Lihat Al-Khusyu' karya Al-Hilali.
6Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 531, Muslim: syarah Nawawi: 5/40-41, An-Nasa'i: 1/163, 11/52-53 dll.
7Lihat Syarhu Shahih Muslim V/40-41.
8Lihat Al-Hilyah - oleh Abu Nu'aim: V111/59, Tafsir al-Baghwi: 1V/369, Zadul Masir: 1V/79.
9Diriwayatkan oleh Muslim: 832 dan Ahmad: IV/ 112-385, dari hadits Amru bin Abasah.
10Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 571, Abu Dawud: 910, Tirmidzi: 589, an-Nasa'i: III/7 dan lain-lain.
11Lihat Subulu as-Salam I/ 309-310.
12Lihat Ash-Shalah karya Ibnul Qayyim.
13Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 757, 793, 6251 dan lain-lain, Muslim: 397, Abu Dawud: 956 dsb.
14Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 1150, Muslim: 784 dan lain-lain.
15Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 212, Muslim: 786, Abu Dawud: 1310, At-Tirmidzi: 388, an-Nasa'i: 11215 - 216, Ibnu Majah: 1370, Ahmad: VI/ 56, 202, 259, ad-Darimi: 1373 dan Malik dalam Al Muwattha': 31/118, dari hadits Aisyah.)
16Lihat Syarhu an-Nawawi VI/74.
17Diriwayatkan oleh al-Bukhari: 4225, 3322, 4002, 5949, Muslim: 2106, Tirmidzi: 2804, an-Nasa'i: 7/185 -186, dan yang lainnya.
18Lihat "Hasyiah as-Sindi `ala Ibnu Majah": 11/386.
19Diriwayatkan oleh Imam Muslim: 2114, an-Nasa'i dalam as-Sunan al-Kubra: 8812, Abu Dawud: 2556, Ahmad, dalam Musnadnya: 11/366-3720, al-Baihaqi dalam "as-Sunan al-Kubra": 5/253.
20Diriwayatkan oleh Muslim: 560, Ibnu Hibban: 195 dan al-Baghwi dalam "Syarhu as- Sunnah": 801.
21HR. Al-Bukhari: 374 dan Ahmad: III/151 - 283.
22HR. Muslim: 756, Tirmidzi: 387, Ibnu Majah: 1421 dan al-Baghwi dalam Syarhu as Sunnah: 559-560.
3Lihat "Al-'Aridhah".
24Dikeluarkan oleh Ibnu Majah: 4171, Ahmad: 5/412 dan dihasankan oleh al-Albani dalam "Shahih aljami' ash-Shaghir": 1/265.



1 komentar:

Anonim mengatakan...

assalamualaikum
tadi saya minta tulisannya untuk materi mentoring. jazakallah