Syaikhul Islam
Ahmad bin ‘Abdul Halim Ibn
Taimiyyah lahir pd tgl 10 Rabi’ul Awwal 661 H di distrik Harran, dipulau Ibn
Amr antara sungai Tigris dan Euprat , suatu wilayah di tenggara
negeri Syam (Syiria). Ia berada dlm keluarga religius. Ayahnya Syihabuddin bin
Taimiyah adl syaikh, hakim, dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan
Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adl ulama yg alim dlm fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan hafidz Al
Qur'an. Saat kaum Tartar menginvasi negeri itu, orang tuanya membawanya ke
Damaskus. Salah satu kakeknya menulis kitab Muntaqa al-khyar min ahadits
al-Akhyar , yg disyarahi Imam
Syaukani dalam kitabnya Nail al
Authar(Menggapai cita-cita).
Rabu, 11 September 2013
Sabtu, 07 September 2013
Efek berantai dari maksiat
Maksiat
atau perbuatan dosa , akan menumbuhkan perbuatan maksiat yg serupa dan satu
sama lainnya saling mendukung shg melahirkan melahirkan maksiat-maksiat bentuk
baru. Shg seorang hamba akan terus terbeenggu dari satu maksiat ke maksiat baru
yg lebih besar , dan akhirnya ia tak bisa lagi melepaskan diri dari lingkaran
keburukan maksiat itu.
Disisi
lain , para ulama salaf berkata, bhw sesungguhnya hukuman dari perbuatan buruk
adl munculnya perbuatan buruk
sesudahnya. Sementara pahala dari perbuatan baik adl perbuatan baik
selanjutnya. Ketika seorang hamba melakukan kebaikan, mk kebaikan yg lain akan
berkata ,’kerjakan aku juga’. Apabila hamba itu melakukan kebaikan kedua, mk
kebaikan ketiga akan mengatakan hal serupa dan demikian seterusnya. Shg
akhirnya semakin bertambahlah keuntungan , juga motivasi utk melakukan kebaikan
selanjutnta dan semakin bertumpuklah aset kebaikannya.
Tentang Pikiran
Dr
Ibrahim elFiky dalam Quwwat al Tafkir, mengilustrasikan
bahwa apabila para dokter bedah melakukan operasi dan mengeluarkan semua
pikiran kita, lalu apa yang terjadi ? Apakah kita masih akan menghadapi
masalah?. Beliau menjawab tentu saja tidak. Karena masalah hanya ada dalam
pikiran. Situasi kantor yang mengecewakan, teman yang menyebalkan dan semua
masalah yang menghimpit kita, hanya ada dalam pikiran. Masalah yang kita hadapi
, kegagalan masa lalu hanya ada dalam pikiran. Kesimpulannya , segala sesuatu
masih akan tetap ada dalam pikiran , meskipun sudah terjadi sekian lama atau
yang diperkirakan akan terjadi dimasa datang, selama kita masih memikirkan
tentang hal itu. Sesuatu itu adalah pikiran. Pikiran inilah yang 75% diyakini
menyebabkan penyakit jiwa atau fisik.
Bergantung pd amal mengurangi sifat raja’
Hamba
beriman dituntut utk selalu meningkatkan amalan (ibadah) guna meraih ridha
Allah, dan pada saat yg sama ia tidak boleh bersandar kpd prestasi amalannya
itu. Hal ini supaya ia bisa melakukan pendakian menuju ridha Allah,
sebab sebesar apapun hebatnya ia beramal, sebenarnya hamba itu tidak dpt
sanggup menunaikan hak Allah dan tidak dpt sanggup melaksanakan kewajiban utk
mensyukuri-Nya. Sebagaimana firman-Nya,
yg artinya,” Sekali-kali jangan ;
manusia itu belum melaksanakan apa yg diperintahkan Allah kpdnya”, (Qs. ‘Abasa
: 23). “ Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yg kamu
mohonkan kpd-Nya. Dan jk kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dpt
menghitungnya. Sungguh manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat
Allah),” (Qs. Ibrahim : 34).
Atas
dasar itu ,seorang hamba dilarang bergantung pd amalnya. Sebagaimana Rasulullah
bersabda, yg artinya ,” Ber-amallah kamu sebenar dan sedekat mungkin.
Ketahuilah, amal salah seorang dari kalian tidak akan memasukkannya ke dlm
surga”.
Mereka
bertanya,’ Engkaupun tidak ya Rasulullah?’
Beliau bersabda , yg artinya ,” Aku pun
tidak, kecuali jk Allah meliputiku dg ampunan dan rahmat-Nya “, (Hr enam imam,
Sa’id Hawa dlm Mudzakkirat fi Manazil al-Shiddiqin wa al-Rabbaniyyin).
Langganan:
Postingan (Atom)