Dlm suatu riwayat, suatu ketika Ibn
Mas’ud memanjat pohon ara shg tampak betisnya yg kecil (kurus). Maka
tertawalah para sahabat melihatnya. Ibn Mas’ud adl lelaki yg ukuran
tubuhnya sebesar burung pipit, kurus dan pendek, hingga tinggi badannya tidak
berbeda dg orang lain saat duduk.
Melihat tawa itu, Rasulullah segera bersabda, yg artinya ,” Apakah kamu
menertawakan kecilnya betis Ibnu Mas’ud. Demi Allah yg diriku dalam
kekuasaan-Nya, bhw kedua betisnya itu timbangannya lebih berat daripada gunung
Uhud “ . (Hr Thayalisi dan Ahmad).
Sungguh Allah melarang memperolok orang lain. Sebab didlmnya ada unsur kesombongan walau tersembunyi dan penghinaan thd orang lain. Dalam keseharian , kita tak jarang berkelakar dg humor dg maksud untuk lebih mengakrabkan persahabatan. Namun seringkali kita terjebak dlm humor-humor dusta maupun humor dg penghinaan kpd orang lain yg walau dibalut dlm suasana canda.
Sungguh Allah melarang memperolok orang lain. Sebab didlmnya ada unsur kesombongan walau tersembunyi dan penghinaan thd orang lain. Dalam keseharian , kita tak jarang berkelakar dg humor dg maksud untuk lebih mengakrabkan persahabatan. Namun seringkali kita terjebak dlm humor-humor dusta maupun humor dg penghinaan kpd orang lain yg walau dibalut dlm suasana canda.
Padahal barang siapa yg memancing
suasana agar semua tertawa walaupun dg cara dusta, mk ia terkena ancaman
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bhw
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dg suatu
kalimat; tidak diucapkan kecuali untuk membuat orang lain tertawa, mk ia
terhempas ke dalam jurang jahanam sedalam antara langit dan bumi. Dan sungguh
terpelesetnya lisan, lebih berat daripada seseorang terpeleset kakinya”.(Shahih, riwayat Imam Muhammad at-Tibrizi dlm Miskatul- Mashaih, Mizah
(4835), (3/1360).)
Bercanda
dengan kedustaan menunjukkan kebodohan tentang neraca kebajikan di sisi Allah.
Sebagaimana
Allah berfirman, yang artinya ,” Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lain, (karena) boleh jadi
mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik daripada mereka (yang
memperolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan
lain, (sebab) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik daripada
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela satu sama lain, dan
janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasiq) setelah beriman. Dan barang siapa tidak
bertobat, mereka itulah orang-orang yang zalim..”.(Qs. Al Hujurat : 11)
Dari Bahz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ويْلٌ لِلَّذِ ي يُحَدِّ ثُ بِا لْحَدِ يْثِ لِيُضحِكَ بِهِ الْقَوْمَ فَيَكْذِبُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
Celakalah bagi seseorang yang bercerita dengan suatu cerita, agar orang lain tertawa maka ia berdusta, maka kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. [Shahîh, diriwayatkan Imam at-Tirmdzi dalam Sunan-nya (2315) dan Imam at-Tibrizi dalam Miskâtul- Mashâbih, Bab: Hifzul-Lisan (4834), dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albâni.]
Kebanyakan dalam pergaulan antar teman
karib perlu kalimat-kalimat yg segar untuk menciptakan suasana keakraban. Kadang pula sesuatu yang ada dalam diri sendiri atau kawan dijadikan
sebagai bahan canda untuk menciptakan suasana lebih hangat. Bahkan yang lebih
ekstrem kondisi kekurangan atau kelainan
orang lain , dijadikan bumbu bumbu penyedap pembicaraan untuk menggelitik
tawa.
Tidak bisa diingkari bhw kita
membutuhkan refresing dari kesibukan keseriusan bekerja dsb dengan suasana yang
bisa dinikmati melalui bercanda atau berkelakar bersama orang lain.
Berkelakar atau bercanda seakan menjadi hal lumrah dalam keseharian kita.
Bahkan, kadang menjadi semacam bumbu penghibur dalam setiap pembicaraan.
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa
Rasulullah sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda
gurau untuk mengambil hati serta membuat gembira. Namun canda beliau tidak
berlebihan, tetap ada batasnya. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi
hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang
benar.
Sebagaimana yang diriwayatkan dalam
beberapa hadits yang menceritakan seputar bercandanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Seperti hadits dari ‘Aisyah ra, “Aku belum pernah melihat
Rasullullah tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau
hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berbeda dengan candaan kita bersama
kawan, adakalanya kita terjebak dalam tindakan
yang berlebihan dalam bercanda dan tertawa. Padahal
setiap kalimat dari lisan kita pasti akan dihisab Allah Subahnahu wa Ta'ala
dengan mudah, dan tercatat secara akurat dalam catatan malaikat, sebagaimana
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [Qaaf :17-18]
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [Qaaf :17-18]
Ketika kita berbicara , maka kita hanya
mempunyai dua pilihan. Yaitu berbicara tentang suatu kebaikan yang mendatangkan
ridha Allah, atau diam karena takut terhadap murka Allah. Dan berbicara
mengenai apapun harus berdasarkan ilmu, karena setiap kalimat yang keluar dari
mulut kita pasti dimintai pertanggungjawabannya, sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggunganjawabnya. [Qs. al-Isra‘ :36].
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggunganjawabnya. [Qs. al-Isra‘ :36].
Sudah sepantasnyalah kita memperhatikan benar tema bahan obrolan , apakah berfaedah atau
justru sia-sia belaka. Padahal, termasuk tanda kebaikan Islam seseorang, yaitu
meninggalkan sesuatu yg tidak berguna dan tidak bermanfaat,
sebagaimana sabda
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan, yang artinya: Di antara
pertanda kebaikan Islam seseorang, ialah meninggalkan apa yang tidak penting
baginya.[ Shahîh, diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2317), Imam Ibnu
Majah dalam Sunannya (3976), dan Ibnu Hibban dalam Shahîh-nya (229)].
Mari kita hindari berbicara dusta dan bohong untuk
mengundang gelak tawa manusia, karena yg demikian itu merupakan perkataan yang hanya
menghasilkan kesia-siaan.
Sebagaimana riwayat Abu Hurairah ra berkata
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ تَغْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَشِيْرًا
Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. [Shahih, diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2313), dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albâni.]
لَوْ تَغْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَشِيْرًا
Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. [Shahih, diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2313), dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albâni.]
Beberapa tips agar kita bisa bercanda dengan aman :
1. Meluruskan tujuan yaitu bercanda untuk menghilangkan
kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang
dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh semangat baru dalam melakukan hal-hal
yang bermanfaat.
2. Tidak melewati batas. Sebagian orang sering berlebihan
dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Terlalu banyak juga bercanda akan
menjatuhkan wibawa seseorang.
3. Janganlah bercanda jangan mengandung asma Allah,
ayat-ayat-Nya, sunnah rasul-Nya , apalagi dengan maksud melecehkan Syariat. Sebagaimana
Allah berfirman tentang orang-orang yang memperolok-olok sahabat Nabi dalam al-Qur'an yang artinya: "dan jangan kamu tanyakan kpd mereka
(tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab, "sesungguh nya
kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." katakanlah,"
apakah dengan Allah, ayat0ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?" tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman." (Qs. At- taubah 65-66)
4. Janganlah mengandung dusta. Rasulullah SAW bersabda: "Celakalah
bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dangannya orang banyak jadi
tertawa. Celakalah baginya dan celakalah." (HR.Ahmad dan dinilai hasan
oleh Al-albani)
5. Tidak bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda.
Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda,
atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan persepsi
yang buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
6. Tidak bercanda dalam perkara-perkara yang serius. Seperti
dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim (pengadilan-ed), ketika
memberikan persaksian dan lain sebagainya.
7. Hindari bercanda dalam hal yang dilarang Allah Azza Wa
Jalla seperti menakut-nakuti orang lain, berdusta saat bercanda, melecehkan
orang lain, dan memfitnah dengan bercanda.
8. Hindari bercanda dengan aksi atau kata-kata yang
buruk. Allah telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).
Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya
setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. Al-Isra’: 53)
8. Tidak banyak tertawa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, “Janganlah kalian
banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR.
Ibnu Majah)
Semoga bermanfaat.
Allahu a’lam .
Sumber : Halal wal haram fil Islam, Yusuf Qaradhawi., majalah As-Sunnah Edisi 09/Th XI/1428H/ 2007M, Ustadz Abu Ahmad Zainal Abidin, almanhaj.or.id, Yusuf Mansur Network.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar