*****Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yg sabar.(Qs.Al-Baqarah 2 : 155).*****Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga , padahal (cobaan) belum datang kepadamu seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yg beriman bersamanya , berkata, 'kapankah datang pertolongan Allah?' Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.(Qs.Al-Baqarah 2 : 214). *****Dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan , agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.(Qs.Al-An'am 6 : 42). *****Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yg baik-baik dan (bencana) yg buruk-buruk, agar mereka kembali (kepda kebenaran). (Qs. Al-A'raf 7 : 168). *****Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yg apabila disebut nama Allah gemetar hatinya , dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yg melaksanakan shalat dan yg menginfakkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yg benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yg mulia. (Qs.An-anfal 8 : 2-4). *****Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yg berjihad diantara kamu dan tidak mengambil teman yg setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yg kamu kerjakan. (Qs. At-Taubah 9 : 16) *****Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yg sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiya 21 : 35). *****Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh , Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yg dusta. (Qs. Al-'Ankabut 29 : 2-3)

Selasa, 05 Oktober 2010

Syukur

Syukur adalah gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan. Syukur menurut bahasa adalah sanjungan kepada pihak yang telah berbuat baik kepada kita. Syukur arti kata asalnya adalah tampak atau nyata. Adapun kata syakur adalah bentuk dari mubalaghah dari kata syukur yang merupakan salah satu nama Allah, sedangkan syakur yang digunakan untuk hamba Allah artinya mereka yang sungguh-sungguh bersyukur kepda Tuhannya dengan mentaati segala perintah-Nya dan menunaikan kewajiban beribadah kepada-Nya. Jadi makna syukur yang sebenarnya adalah bahwa sykur merupakan pekerjaan hati, lidah dan anggota badan. Hamba yang bersyukur adalah hamba yang mengetahui nikmat yang telah diberikan, sipa yang memberinya, cinta kepada yang memberi, ridha bahwa Allah sebagai Tuhannya, serta menggunakan nikmat itu di jalan yang Allah sukai.
Firman Allah, yang artinya ,"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan ," Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) , maka pasti azab-Ku sangat pedih ", (Qs. Ibrahim : 7).

Firman Allah, yang artinya ," .. Barang siapa bersyukur , maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia ," (Qs. An-Naml : 40).
Firman Allah, yang artinya ," Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan ( dengan bersyukur) ," (Qs. Ad Duha : 11).
Nabi Muhammad Saw. pun bersabda, yang artinya , " Allah senang melihat bekas (bukti) nikmat-Nya dalam penampilan hamba-Nya ," (Hr . At-Tirmidzi).

Manfaat bersyukur :
1. Ditambah Nikmat
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
“Bersyukur atas nikmat Allah akan melestarikan nikmat tersebut.” (HR. Ad Dailami)
Secara umum bahwa kesejahteraan, kedamaian dan keberkahan merupakan hasil dari syukur kepada Allah sedangkan kesempitan, kegersangan dan kemiskinan akibat dari kufur kepada Allah. (QS. An-Nahl 112)
Nikmat (an ni'mah) diartikan sebagai karunia , kebaikan, kedermawanan atau kemurahan hati, kemurahan rizki, harta dst. Atau bisa juga diartikan kebahagiaan atyau kegembiraan.

2. Untuk Kebaikan Diri Sendiri
Sebagaimana firman-Nya , yang artinya ," Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Mahamulia," (Qs An-Naml : 40)

3. Tidak Disiksa
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa’ : 147)

4. Mendapat Balasan dari Allah
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran:145)

Ibnu `Abbas menceritakan, Rasulullah bersabda,yang artinya , “Orang pertama yang akan dipanggil untuk masuk surga adalah orang-orang yang senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah, yaitu orang-orang yang senantiasa memuji Allah dalam keadaan lapang dan dalam keadaan sempit” (Tanbihul Ghafilin 197)

Rasulullah bersabda, yang artinya “Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah adalah orang yang suka memanjatkan puji dan syukur kepada Allah” (Riyadhus Shalihin 27)

Cara Bersyukur
Mengucapkan Hamdalah
Firman-Nya , yang artinya ,“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: `Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?` Tentu mereka akan menjawab: `Allah.`Katakanlah : `Segala puji bagi Allah`; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. ” (Qs Luqman : 25)

Segala aktivitas manusia
hendaknya merupakan manifestasi dari syukurnya. Syukur dengan lidah dituntut saat seseorang merasakan adanya nikmat Ilahi. Itu sebabnya Nabi Saw. tidak bosan mengucapkan, "Alhamdulillah" pada setiap situasi dan kondisi.

Saat bangun tidur beliau mengucapkan,
Yang artinya ," Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan (membangunkan) kami, setelah mematikan (menidurkan) kami dan kepada-Nya-lah (kelak) kebangkitan" .
Atau membaca,
Yang artinya ," Segala puji bagi Allah yang mengembalikan kepadaku ruhku, memberi afiat kepada badanku, dan mengizinkan aku mengingat-Nya."

Ketika bangun untuk ber-tahajjud beliau membaca,
Yang artinya ," Wahai Allah, bagimu segala pujian. Engkau adalah pengatur langit dan bumi dan segala isinya. Bagimu segala puji, Engkau adalah pemilik kerajaan langit dan bumi dan segala isinya "...

Ketika berpakaian beliau membaca,
Yang artinya ," Segala puji bagi Allah yang menyandangiku dengan (pakaian) ini, menganugerahkannya kepadaku tanpa kemampuan dan kekuatan (dari diriku)".

Sesudah makan beliau mengucapkan,
Yang artinya ," Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan dan memberi kami minum dan menjadikan kami (kaum) Muslim."

Ketika akan tidur, beliau berdoa,
Yang artinya ," Dengan namamu Ya Allah aku hidup dan mati. Wahai Allah, bafli-Mu segala puji, Engkau Pemelihara langit dan bumi".
Demikian seterusnya pada setiap saat, dalam berbagai situasi dan kondisi.

Shalat dan Ibadah Lainnya
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (Qs. Al Kautsar : 1-2)
Ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam beribadah hingga kaki beliau bengkak-
Sayidah Aisyah istrinya berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau beribadah sampai seperti itu, bukankah Allah telah mengampuni segala dosamu?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah engkau suka aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?”

Sujud Syukur
“Bahwasanya Nabi SAW, apabila datang kepadanya suatu perkara yang menggembirakan atau mendapatkan kabar gembira, beliau langsung bersyukur
sujud, bersyukur kepada Allah SWT.” (HR Abu Dawud)

Menyebut-nyebutnya
Firman Allah, yang artinya ," Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebut ", (QS Adh-Dhuha : ll).

Ditampilkan
Allah senang melihat bekas (bukti) nikmat-Nya dalam penampilan hamba-Nya (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Bekerja
Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur! (QS Saba :3).

Berterima kasih kepada Manusia
“Siapa yang tidak berterimakasi kepada manusia, berarti tidak berterimakasih
kepada Allah” (HR Abu Daud)

Rukun Syukur
1. Mengakui
Surat Ar-Rahman menyebutkan berbagai macam kenikmatan itu dan mengingatkan kepada manusia akan nikmat tersebut dengan berulang-ulang sebanyak 31 kali, “Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”
2. Menyebutkan
Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebut (QS Adh-Dhuha : ll).
3. Taat
Berkata Aisyah r.a., ”Engkau melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang.” Berkata Rasulullah saw., “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?“ (Muslim)

Objek Bersyukur
1. Kehidupan dan kematian
Bagaimana kamu mengkufuri (tidak mensyukuri nikmat) Allah, padahal tadinya kamu tiada, lalu kamu dihidupkan, kemudian kamu dimatikan, lalu dihidupkan kembali. (QS Al Baqarah : 28).
2. Hidayat Allah
Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS Al-Baqarah : 185).
3. Pengampunan-Nya, antara lain dalam firman-Nya.
Kemudian setelah itu Kami maafkan kesalahanmu agar kamu bersyukur (QS Al-
Baqarah : 52)
4 Pancaindera dan akal.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kamu bersyukur (QS An-Nahl : 78).
5. Rezeki
Dan diberinya kamu rezeki yang baik-baik agar kamu bersyukur (QS Al-Anfal : 26).
6. Sarana dan prasarana antara lain
Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan aging (ikan) yang segar darinya, dan kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari keuntungan) dan karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur (QS An-Nahl : 14) .
7. Kemerdekaan
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka (bebas dari penindasan Fir'aun) (QS Al-Maidah : 20)

Tidak ada alasan tidak bersyukur
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.An-Nahl:18).
Segala jenis nikmat yang terbentang di alam semesta ini sebagai bahan perenungan akan kekuasaan Allah swt yang tidak terhingga, sehingga hal ini akan menambah rasa syukurnya kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Allah swt berfirman yang artinya , “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur”. (QS. Saba’:19). Ayat yang senada dengan redaksi yang sama diulang pada tiga tempat, yaitu surah Ibrahim: 5, Luqman: 31, dan surah Asy- Syura’: 33..

Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir, tafsir AL Qurthubi dengan tahqiq dari Mahmud Syakir dan Tafsir Ibnu Sa'di menjelaskan tentang makna Qs Ali Imran 144 -145 , diman aallah berfirman , yang artinya ," Dan Allah akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan Kami akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur ," . bahwa Allah akan membalas hamba-Nya dengan karunia-Nya di dunia dan akhirat, sesuai dengan sikap syukur dan amal shalih mereka. Balasan terbaik untuk hamba yang bersyukur adalah keridhaan Allah dan ampunan-Nya.

Semoga Allah memberi hidayah kepada kita, sehingga kita bisa menjadi hamba-Nya yang bersyukur.

sumber : Rahmat www.motivasi-islami.com

Senin, 04 Oktober 2010

Kegagalan , justru menambah pengetahuan

Allah berfirman, yang artinya, " Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan dirinya beriman sedangkan mereka tidak diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orangyang berdusta ", (Qs. Al-ankabut : 2-3).
Novelis Pearl S Buck berkali-kali mengirim naskah tulisan tetapi ditolak penerbit, karena dianggap tidak layak jual. Kemudian dia memperbaiki naskah tersebut dan mengirimkannya ke penerbit lainhya. Hal ini berlangsung hingga 14 kali. Setiap kegagalan dia pahami dengan melakukan perbaikan-perbaikan dan mengirimkan lagi naskah itu ke penerbit. Akhirnya naskah The Good Earth mendapat penghargaan tertinggi di jurnalistik AS (Pulitzer Prize) tahun 1931 dan terjual lebih dari dua juta eksemplar. Setiap kegagalan dia gunakan untuk mengetahui letak kesalahan, dgn itu melakukan perbaikan.
Saat kita kecewa bahkan berkata , mengapa Allah membiarkan persoalan ini menimpaku? Katakanhlah pada diri, bahwa karena Allah Maha Megetahui bahwa anda akan menjadi orang yang lebih kuat.
Bila kita mengeluh dan berkata, megapa persoalan tak berhenti mendera diriku? Katakanlah pada diri, karena Allah sedang mendidik anda dengan cara itu, bertahanlah dan tunggulah saat datangnya pertolongan Allah.

Yakinlah dengan firman-Nya ,yang artinya ," … Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman ", (Qs. Ar-Rum : 47).

Orang yang beriman adalah hamba yang spesial di diahdapan Allah. Karena iman dan keyakinan , maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya dengan memudahkan jalan kita untuk menuju ridha-Nya.

Sebagaimana firman-Nya , yang artinya ," Hai orang-orang yanag beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu ", (Qs. Muhammad : 7).

Sebagaimana firman-Nya , yang artinya ," Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar--benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa ," (Qs. Al-Hajj : 40).

Sebagaiman afirman-Nya, yang artinya ," Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya jalan kemudahan dalam urusannya ," (Qs. Ath-Thalaq : 4).

Kalau kita berpikir demikian , maka tidak ada alasan bagi kita untuk takut gagal. Bahkan boleh jadi kita akan rela mendapati kegagalan bila ia datang.
Daiantara kita ada yang menggunakan kegagalan justru untuk memiskinkan pengetahuannya. Menutup diri untuk memperoleh pengetahuan dari kegagalan itu dan akhirnya benar-benar gagal.

Seorang ulaman dan sastrawan Buya Hamka, menyatakan bahwa jangan takut jatuh, karena orang yang tidak memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal , karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk untuk mencari jalan yang lebih benar di langkah kedua.

Kedatangan kegagalan , selayaknya kita hargai, karena kedatangannya bukan untuk meng-ganggu kita. Justru membantu kita untuk membantu kesadaran kita sehingga lebih banyak memperoleh pengalaman kebijakan kehidupan.

Dengan kegagalan, kita dilatih untuk mempraktekkan kesabaran. Bukankah kesabaran begitu besar artinya dihadapan Allah, hingga Allah memberikan bonus khusus tanpa batas. Tanpa batas berarti tidak terhitung banyaknya.
Sebagaimana firman-Nya , yang artinya ," Sesungguhnya hanya orang-orang sabar yang dipenuhi pahalanya tanpa batas ", (Qs. Az-Zumar : 10).

Sambutlah kegagalan kita selayaknya tamu kehormatan, karena tamu itu anda bukan orang sembarangan. Anda adalah spesial. Untuk itulah tamu kehormatan memilih rumah anda untuk dikunjungi , salamilah dia. Dengan meyalami kegagalan, berarti kesempatan untuk memperbaiki diri menjadi lebih terbuka. Sungguh Allah memberikan kegagalan bagi kita , karena Dia Maha Pengasih dan Penyayang. Kegagalan menumbuhkan kesabaran, dan keberhasilan seringlai justru menumbuhkan kesombongan.

Sebagaimana firman-Nya, " Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar ", (Qs. Al-Baqarah : 155).

Dalam mengadapi musibah, kegagalan , Rasulullah mengajarkan kita dengan doa, yang artinya ," Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya, Ya Allah berilah kami pahala dalam musibahku ini dan berilah pengganti yang lebih baik , " (Hr Muslim).

Semoga Allah tetap menganugerahkan kepada kita kemampuan untuk bersikap sabar. Sabar ketika harus dicaci maki, sabar ketika harus menemui kegagaglan dst. Karena dengan musibah , kegagaln itu, kita diberikan hiadayah Allah untuk belajar bersikap sabar. Dan kesabaran membuka pintu pertolongan Allah. Sabar untuk tetap berada di jalan yang diridhai-Nya. Bukankah Allah memberikan pahala-Nya tanpa batas karena kita belajar kesabaran.

Sumber : Yusran Poran, gagal itu indah.

ASBABUL WURUD

Salah satu cabang ilmu dari ‘Ulumul Hadits adalah pengetahuan tentang Asbabul Wurud (sebab munculnya suatu hadits), seperti asbabu nuzul dalam ilmu al-Qur’an.
السب Sabab menurut ahli bahasa artinya adalah tali, (bahasa kabilah Hudzail), dan sabab adalah segala sesuatu yang dijadikan perantara untuk selainnya. Ahli ‘Urf memakainya untuk segala sesuatu yang yang bisa menyampaikan kepada sesuatu yang diingingkan.
Menurur Ahli Syari’at sebab adalah ibarat untuk segala sesuatu yang yang bisa dijadikan jalan untuk sampai kepada hukum, tanpa memberikan pengaruh di dalam hukum tersebut. Adapun kata الورود artinya adalah air yang didatangi (mata air).
Adapun Sababul Wurud menurut istilah tidak ada riwayat khusus dari mereka tentang definisinya, mungkin karena mereka beranggapan bahwa hal itu cukup jelas bagi mereka, atau karena dekatnya mereka dengan hal yang disebutkan oleh ulama Syari’at.
Sebagian ulama kontemporer memberikan definisi sbb:
Menurut Dr.Abu Syahbah, Ilmu yang di dalamnya membahas tentang sebab-sebab yang mendorong Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk mengutarakan suatu hadits pada permulaannya. Sabab ini kadang kala berupa soal (pertanyaan), kejadian, dan kadang kala berupa kisah lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dikarenakan pertanyaan atau kejadian tersebut.
Dr. Yahya Ismail memberikan definisi: Sesuatu yang bisa menjadi perantara untuk menentukan maksud dari hadits, seperti umum khusus, mutlak muqayyad atau naskh dan lain-lain atau sababu nuzul adalah apa-apa yang menyebabkan munculnya hadits.

Ibnul Mulaqin rahimahullah , dalam Syarh al-‘Umdah :”Sesungguhnya sebagian ulama kontemporer dari kalangan ahli hadits telah memulai menulis Asbabul Hadits, seperti yang dinisbatkan oleh syaikh ‘Izzuddin kepada sebagian ulama kontemporer. Dan aku mendengar dari orang yang menyebutkan bahwa Abdul Ghani bin Sa’id al-Hafizh menulis dalam masalah ini sebuah tulisan seukuran (kitab) al-‘Umdah.”

Adapun pondasi dasar ilmu ini diletakkan pada zaman Sahabat radhiyallahu'anhum dan Tabi’iin rahimahumullah.

Dalam kitab al-Burhan fii ‘Ulumil Qur’an., tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya," Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah makan dahulu, … (QS. al-Maaidah: 93)

Penulis kitab tersebut berkata:”Diriwayatkan dari ‘Utsman bin Mazh’un dan ‘Amr bin Ma’diyakrib:’Bahwasanya keduanya dahulu berkata bahwa khamr (minuman keras) adalah boleh (halal), dan keduanya berdalil dengan ayat ini, dan keduanya tidak mengetahui sababu nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut, maka hal itu (tidak mengetahui sababu Nuzul) menghalangi keduanya dari mengetahui keharaman minuman keras.

Itulah yang dikatakan oleh al-Hasan dan selainnya:”Ketika turun ayat yang mengharamkan khamr, mereka (para Sahabat) berkata:’Bagaimana dengan saudara-saudara kami yang mereka telah meninggal dunia sedangkan khamr ada dalam perut-perut mereka,

dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengabarkan bahwa khamr itu kotor?’ Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firman-Nya: , yang artiny ”Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah makan dahulu, … (QS. QS.al-Maaidah: 93)

Macam-macam Asbabul Wurud
Berdasarkan Sababul Wurufnya hadits terbagi menjadi dua macam:
1. Hadits yang memiliki Sababul Wurud
2. Hadits yang tidak memiliki Sababul Wurud

Untuk jenis yang pertama, maka ada beberapa macam:

Kadang kala berbentuk ayat al-Qur’an, hal itu berupa turunnya ayat al-Qur’an dengan bentuk kalimat umum lalu datang kepada ayat itu sesuatu yang mengkhususkan,
seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya , " ”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)

Sebagian Sahabat memahami dari ayat ini bahwa maksud dari kezaliman dalam tindakan semena-mena dan melampui batas, oleh sebab itu mereka datang mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan kepada mereka bahwa yang dimaksud kezhaliman dalam ayat tersebut adalah kesyirikan.

Telah datang riwayat dari Ibnu Mas’ud ra ketika turun ayat:, yang artinya , "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)

Maka berat hati para Sahabat dengan hal itu, dan mereka berkata:”Siapa di antara kita yang tidak mencampuradukkan keimanannya dengan keshaliman?” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda., yang artinya, " ”Sesungguhnya hal itu tidak demikian (tidak sebagaimana kezhaliman yang kalian maksud), apakah kalian tidak mendengar perkataan Luqman kepada anaknya:’Sesungguhnya kesyirikan adalah keshaliman yang paling besar.’”

Kadang kala berbentuk hadits, hal itu ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan sebuah hadits dan sulit dipahami oleh sebagian Sahabat, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menucapkan hadits lain untuk menghilangkan kesulitan ini.
Kadang kala sebab itu berupa perkara yang berkaitan dengan Sahabat yang mendengar hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hal itu seperti perkara Asy-Syarid yang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada Fathul Mekah, dia berkata kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam:”Sesungguhnya aku telah bernadzar, apabila Allah memberi kemenangan kepadamu aku akan shalat di Baitul Maqdis.”Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berabda kepadanya:”(shalat) Di sini lebih utama.” L
Llu beliau melanjutkan sabdanya: ”Demi Yang jiwaku di tangan-Nya seandainya engkau shalat di sini (masjidil Haram) maka hal itu sudah cukup.”
Lalu beliau bersabda lagi, yang artinya " ”Shalat di masjid ini (masjidil Haram) lebih utama 100.000 kali di bandingkan masjid lainnya.”



Contoh

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ذلك صريح الإيمان".
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:’Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Itulah iman yang sebenarnya.”’
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Datang beberapa orang dari Sahabat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mereka bertanya kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam:”Kami mendapati dalam diri kami sesuatu yang kami merasa berat (sukar) untuk mengucapkannya (karena menganggap hal itu adalah sesuatu yang besar)?” Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Kalian telah mendapatkannya?” Mereka menjawab:”Benar.” Beliau bersabda:”Itulah iman yang sebenarnya.”
Contoh yang kedua:

عن عمران بن حصين قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "كان الله ولم يكن شيء قبله، وكان عرشه على الماء، ثم خلق السموات والأرض وكتب في الذكر كل شيء"
Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Allah ada, dan tidak ada sesuatupun sebelum Dia. Dan Arsy (singgasana) Allah berada di atas air, kemudian Dia menciptakan langit dan bumi dan menulis segala sesuatu di dalam adz-Dzikr (lauhul mahfuzh).”(HR. al-Bukhari, dan at-Tirmidzi)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Sesungguhnya beberapa orang dari Bani Tamim mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Nabi bersabda:”Terimalah oleh kalian kabar gembira wahai Bani Tamim.”Mereka menjawab:”Kami terima wahai Rasulullah”kemudian mereka berkata:”Kami datang untuk mendalami agama ini, dan untuk bertanya kepadamu tentang permulaan dari perkara ini, apa dahulunya?”Beliau bersabda:”Allah ada dan tidak ada sesuatu pun sebelum Dia.”
Contoh yang ketiga:

عن أنس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:" إنكم لن تزالوا في صلاة ما انتظرتم الصلاة".
Dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya kalian senantiasa berada dalam shalat (seperti yang sedang shalat) selama kalian menunggu shalat.”(HR. al-Bukhari di kitabul Mawaqit ash-Shalat, Muslim di kitab al-Masajid wa Mawadhi’ ash-Shalat)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Anas radhiyallahu 'anhu berkata:”Pada suatu malam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengakhirkan shalat ‘Isya hingga tengah malam, kemudian beliau menghadapkan wajahnya kepada kami, dan bersabda:’Sesungguhnya orang-orang sudah halat dan sudah tidur, dan sesungguhnya kalian tetap senantiasa dalam shalat…..(al-hadits)
Contoh yang keempat:

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إني لأبصر من ورائي كما أبصر من بين يدي"
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya aku benra-benar melihat dari arah belakangku, sebagaimana aku melihat dari depan.”(HR. Muslim kitab ash-Shalat)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat pada suatu hari, lalu beliau pergi, maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Wahai Fulan, kenapa engkau tidak membaguskan shalatmu? Apakah seseorang ketika hendak shalat tidak memperhatikan bagaimana shalatnya, karena sesungguhnya dia shalat untuk dirinya sendiri, sungguh aku benar-benar melihat dari arah belakangku.”
Contoh yang kelima:

عن معاوية بن الحكم السلمي رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن هذه الصلاة لا يصلح فيها شيء من كلام الناس، إنما هي التسبيح والتكبير وقراءة القرآن"

Dari Mu’awiyah bin al-Hakam as-Sulami radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya shalat ini tidak diperbolehkan di dalamnya sesuatu pun dari ucapan orang, sesungguhnya dia (shalat) hanyalah berisi tasbih, takbir dan Qira’atul Qur’an (membaca al-Qur’an).”(HR. Muslim di kitab al-Masaji wa Mawadhi’ ash-Shalat)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Mua’wiyah radhiyallahu 'anhu berkata:”Ketika aku sedang shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada seorang laki-laki yang bersin, maka aku berkata:’Yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu) Maka orang-orang menatapku tajam, maka aku berkata:”Alangkah celakanya, kenapa kalian memandangku?”Lalu mereka memukul paha-paha mereka, ketika aku melihat mereka menyuruhku diam aku pun diam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai sholat, Beliau berkata kepadaku :“Sesungguhnya Shalat ini tidak pantas di dalamnya terdapat percakapan manusia. Sesungguhnya shalat itu isinya adalah tasbih, takbir, dan bacaan al-Qur’an."(HR. Muslim).
Contoh yang keenam:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن هذه القبور مملوءة ظلمة على أهلها، وإن الله ينوّرها بصلاتي عليهم"

”Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan bagi penghuninya. Dan sesungguhnya Allah memberinya cahaya dikarenakan shalatku atas mereka.”(HR. Muslim kitab al-Janaaiz)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Sesungguhnya ada seorang wanita Saudaa’ (hitam) –atau seorang pemuda- yang biasa menyapu masjid, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kehilangan dia, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menanyakan tentangnya, lalu mereka berkata:”Dia telah meninggal”Nabi bersabda:”Kenapa kalian tidak memberi tahuku?” Maka seolah-olah mereka menanggap urusan dia adalah hal sepele. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya”Lalu mereka pun menunjukkan kuburnya dan mereka menyalatinya (shalat jenazah di kuburan), kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan …….”(HR. Muslim kitab al-Janaaiz)
Contoh yang ketujuh:

عن عبد الله بن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم أمر أصحابه يوم قدموا مكة أن يرملوا ثلاثة أشواط ويمشوا بين الركنين ليرى المشركون جَلدَهم

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan para Sahabatnya pada hari ketika mereka datang ke Mekah, supaya berjalan cepat tiga putaran dan berjalan biasa antara dua rukun (tiang Ka’bah), agar kaum Musyrikin melihat kekuatan kaum Muslimin.(HR. al-Bukhari kitab al-Hajj dan Muslim kitabb al-Hajj)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Mekkah dan kaum Muslimin telah tertimpa kelemahan disebabkan demam kota Yatsrib (Madinah), lalu orang-orang Musyrik berkata:”Sesunguhnya besok akan datang kepada kalian, suatu kaum yang telah dilemahkan oleh demam Yatsrib dan mereka menghadapi kesusahan, lalu mereka duduk di sebelah Hajar aswad, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh mereka untuk berjalan cepat tiga putaran dan berjalan biasa antara dua rukun (tiang Ka’bah), agar kaum Musyrikin melihat kekuatan kaum Muslimin.
Contoh yang kedelapan:

عن عمرو بن عوف قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "أبشروا وأملوا ما يسركم، فوالله ما الفقر أخشى عليكم، ولكني أخشى أن تبسط الدنيا عليكم كما بسطت على من كان قبلكم، فتنافسوها كما تنافسوها، وتهلككم كما أهلكتهم" (7).
’Amr bin ‘Auf radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Bergembiralah dan berharaplah dengan apa-apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kemiskinan yang paling aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi aku yang aku takutkan adalahdihamparkan kepada kalian kekayaan dunia, sebagaimana telah dihamparkankepada umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba mendapatkannya hingga kalian binasa sebagaimana mereka binasa.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Abu ‘Ubaidah al-Jarah radhiyallahu 'anhu ke Bahrain untuk mengambil Jizyah, dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah membuat perjanjian dengan panduduk Bahrain dan menjadikan pemimpinnya adalah al-‘Allaa’ bin al-Khadhrami. Maka datanglah Abu ‘Ubaidah dengan membawa harta dari Bahrain, lalu orang-orang Anshar mendengar perihal kedatangan Abu ‘Ubaidah maka mereka shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selsai dari shalat, mereka menampakkan diri dihadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Nabi pun tersenyum ketika melihat mereka, kemudian beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Aku Shallallahu 'alaihi wasallam mengira kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah datang membawa sesuatu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari Bahrain? Maka bergembiralah dan berharaplah….(al-hadits)

FAIDAH MENGETAHUI ASBABUL WURUD
Ilmu (pengetahuan) terhadap asbabul wurudterhadap hadits Nabi yang mulia memberikan faidah bagi orang-orang yang menggeluti ilmu hadits dan fiqhnya sekaligus, dan yang termasuk faidah yang paling jelas yang didapatkan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hikmah pensyari’atan suatu hukum dan pengetahuan terhadap maqashid syari’at (maksud-maksud syari’at)
Sababul wurud termasuk salah satu hal yang bisa memberikan penjelasan kepada kita tentang kondisi yang karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan suatu hadits, dan ini sangat bermanfaat sekali dalam masalah Ijtihad dan penerapan hukum terhadap suatu peristiwa baru (yang belum pernah terjadi dizaman Nabi), dan membantu dalam masalah qiyas serta menggabungkan sesuatu yang serupa dangan yang semisalnya.

2. Mamahami hadits secara benar dan selamatnya cara beristinbath (pengambilan hukum dari hadits)
Al-Wahidy rahimahullah berkata tentang Asbabun Nuzul:”Karena dia (asbabun nuzul) adalah yang paling wajib untuk dicermati dan paling pertama dan utama untuk diberikan perhatian, karena tidak mungkin menafsirkan ayat secara benar tanpa mencermati kisah turunnya dan penjelasan turunnya ayat tersebut.”(Asbabun Nuzul karya Abu Hasan bin Ahmad al-Wahidy an-Naisaburi hal. 4)
Ibnu Daqiqil ‘Ied:”Penjeasan Sababu Nuzul merupakan cara yang paling kuat untuk memahami makna-makna al-Qur’an.”(Disebutkan oleh penulis al-Itqon Fii ‘Ulumil Qur’an, Jalaludin as-Suyuthi 1/84)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:”Dan pengetahuan sababu nuzul membantu dalam memahami ayat, karena sesungguhnya pengetahuan tentang sabab memberikan ilmu tentang musabab ”(Majmu’ Fatawa, syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang dikumpulkan oleh Abdurrahman Qosim 13/339)
Dan ini tidak jauh berbeda antara asbabu wurudil hadits dengan asbabu nuzulil Qur’an. Maka seorang ahli fiqh dan mujtahid sangat butuh untuk melihat kepada sababu wurudil hadits, saupaya tidak terjadi kesalahan dalam memahami nash (dalil) dan supaya tidak menerapkan dalil tidak pada tempatnya. Para ulama ahli ushul membahas tentang apakah boleh menggunakan sababul wurud dalam menguatkan suatu pendapat dari dua nash yang bertentangan, dalam kategori penguat-penguat matan, (lihat kaidah-kaidah tarjih ketika terjadi pertentangan nash menurut ulama ahli ushul)
Mungkin untuk lebih jelasnya saya akan memberikan satu contoh berikut ini:

عن جابر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ليس من البر الصوم في السفر" (5 أخرجه البخاري (1946)، ومسلم (1115.)

Dari Jabir radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Bukan termasuk kebajikan, berpuasa pada waktu safar (perjalanan)”(HR. al-Bukhari 1946 dan Muslim 1115)
Dan ini membingungkan karena ada hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau berpuasa pada waktu safar, akan tetapi kebingungan ini akan hilang apabila diketahui sabab wurud hadits tersebut, yaitu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah safar (perjalanan) lalu baliau shallallahu 'alaihi wasallam melihat keramaian dan seorang laki-laki tlah dinaungi dari panas, maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Apa ini?”Maka mereka berkata:”Orang berpuasa.”Maka beliau bersabda:

"ليس من البر الصوم في السفر".
”Bukan termasuk kebajikan, berpuasa pada waktu safar (perjalanan)” (HR. al-Bukhari 1946 dan Muslim 1115)
Maka pengetahuan tentang sababu wurudil hadits membantu memahami hadits secara benar dan selamatnya cara beristinbath (mengambil hukum dari dalil), dan bahwasanya puasa pada waktu safar tidak termasuk kebajikan apabila menimbulkan kesulitan dan kesusahan seperti yang terjadi pada laki-laki yang disebutkan dalam hadits di atas.

3. Mengkhususkan dalil yang umum

4. Menentukan/memastikan sesuatu yang mubham (belum jelas) dalam sebuah nash/dalil.
dan yang termasuk contohnya adalah riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"إن من عباد الله من لو أقسم على الله لأبره" متفق عليه رواه البخاري (2703)، ومسلم (1903).
”Sesungguhnya ada salah seorang hamba Allah yang apabila dia bersumpah maka akan dipenuhi (sumpahnya).”(muttafaq ‘alaihi, HR. Al-Bukhari 2703 dan Muslim 1903)
Ketidak jelasan salah seorang hamba dalam hadits itu telah dijelaskan oleh sababul wurud hadits ini, yaitu dalam perkataan Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu:
Rabi’ –bibi Anas bin Malik- mematahkan gigi taring salah seorang budak dari kalangan kaum Anshor, lalu mereka (kaum Anshor) mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk meminta qishah, maka beliau memerintahkan untuk mengqishosh (menghukum balas terhadap Rabi’). Maka berkatalah Anas bin an-Nadhar, paman Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu:

لا والله لا تكسر ثنيتها يا رسول الله، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "
”Tidak, Demi Allah jangan kau patahkan gigi taringnya (Rabi’) wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إن من عباد الله من لو أقسم على الله لأبره.
”Sesungguhnya ada salah seorang hamba Allah yang apabila dia bersumpah maka akan dipenuhi (sumpahnya).”(muttafaq ‘alaihi, HR. Al-Bukhari 2703 dan Muslim 1903)

Kitab-kitab (Buku) yang membahas tentang masalah ini.
Dan kitab yang terkenal menulis dalam pembahasan ini adalah:
1. Asbabu wurudil hadits atau al-Luma’ fii asbaabil hadits karya al-Hafizh as-Suyuthi rahimahullah (wafat tahun 911H), dan urutan kitab ini berdasarkan bab-bab dan dicetak dalam satu jilid dengan tahqiq (diteliti) oleh Yahya Ismail.
2. Al-Bayaan wa at-Ta’rif fii asbaabi wurudil hadits, karya Ibnu Hamzah al-Husaini ad-Dimasyq (wafat tahun 1120H), dan urutannya berdasarkan huruf , dankitab ini lebih luas dan lebih menyeluruh cakupannya dan dicetak dalam 3 jilid.

Sumber: Asbabu wurud al-hadits, Fawaaid Ma’rifat Asbabul Wurud, diterjemahkan oleh Abu Yusuf Sujono , http://www.alssunnah.com , Iftikhor Ahmad

Minggu, 03 Oktober 2010

Rijaalul Fajri

RIJAALUL FAJRI, hamba yang menghidupkan waktu pagi. Waktu pagi, menyimpan banyak keutamaan dan rahasia. Salah satunya adalah keutamaan zikir pagi yang dianjurkan untuk memperoleh banyak rahmat Allah SWT. “Dan sebarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang untuk mengharapkan keridhaan-Nya” (Qs. Al-Kahfi: 28).
Waktu pagi juga waktu pergantian tugas malaikat malam dan siang. Rasulullah SAW menjelaskan dalam haditsnya bahwa waktu shubuh adalah masa di mana para malaikat malam naik ke langit digantikan dengan malaikat siang. Sungguh terasa indah jika saat-saat pergantian shift malaikat itu, kita sedang berada dalam kondisi taat kepada Allah Swt.
Saudaraku , marilah kita songsong kemualiaan waktu fajar dengan ketaqwaan. Sungguh indah bangun malam sebelum fajar, shalat malam, berdoa, tilawah Al-Qur'an, selanjutnya dilanjutkan dengan sholat sunnah sebelum subuh dan shalat subuh berjamaah di masjid.


Pagi adalah bagian dari waktu-waktu Allah yang terus berputar. Begitu banyak makna positif yang memberi spirit dan optimisme dalam hidup, yang datang m-nyertai pagi. Allah bahkan memuji waktu subuh, sebagaimana firman-Nya, yang artinya, “Dan demi Subuh apabila fajar-nya mulai menyingsing.” (QS At Takwir: 18), yang mungkin belum dapat kita singkap karena keterbatasan ilmu kita.

Beberapa hadist atau ucapan salafus solih yang sempat barangkali bisa menjadi penyemangat kita untuk memuliakan waktu fajar.

“Waktu fajar merupakan lembar kelahiran semua bentuk kebaikan”. Maka, perang jaman Nabi pun sering dilakukan pada waktu fajar .

“Waktu fajar adalah lambang kemenangan” . Jika ingin sukses, bangunlah dui waktu fajar dan jangan tidur lagi.

“Fajar adalah lambang kehidupan, lambang masa muda, tanda aktivitas, ciri kebenaran dan keadilan, dan waktu ini paling strategis karena hawa masih segar dan Allah membagi rizkiNya di waktu fajar”

“Sholat subuh merupakan tanda iman seseorang dan bebas dari sifat nifaq, karena waktu ini berat bagi orang yang belum terbiasa” .

Rasulullah SAW melarang tidur usai sholat subuh. Rasul pernah melihat Fatimah tidur setelah sholat subuh lalu segera dibangunkan.

“Sesungguhnya sholat yang paling berat atas orang munafik adalah sholat Isya dan subuh” (HR Bukhari Muslim)

Ibnul Qayyim, 'Waktu memiliki tiga makna dan dilandaskan pada tiga derajat. Di antara makna-makna itu adalah saat mampu dan benar, karena melihat cahaya karunia yang ditarik kebersihan harapan, atau karena ada perlindungan yang ditarik kebenaran ketakutan, atau karena kobaran rindu yang ditarik cinta.' (Madarijus Salikin)

Rasulullah saw yang selalu mengajak umatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan shalat sunnah dan shalat Shubuh berjamaah, bukan tanpa alasan. Di sana, di balik heningnya suasana pagi, ada banyak hikmah yg mendalam. Diantaranya; berlimpahnya pahala dari Allah, kesegaran udara subuh yang menyegarkan fisik, konsentrasi pikiran dan daya ingat yang kuat untuk menyambut datangnya hikmah dan ilmu-ilmu Allah SWT.

Konsentrasi dan kemampuan memahami di waktu subuh yang tenang, adalah suasana yang tidak pernah dilewatkan oleh para ulama. Mereka mendalami suatu ilmu, menggali dan merenungi hikmah dari banyak peristiwa yang mereka saksikan, sehingga benar-benar paham dan menguasai banyak ilmu.

Saudaraku, kunci keberkahan dimulai dari membiasakan diri mendirikan shalat Shubuh berjamaah di masjid. Dan bisa dibayangkan, jika setiap Muslim melakukan shalat Shubuh berjamaah di masjid dan mereka rajin melakukan zikir, keberkahan akan muncul. MArilah kita songsong keberkahan dan kemenangan di waktu pagi, dan hindarilah tidur di saat itu, karena sebenarnya kebiasaan itu hanya akan menjauhkan kita dari rezki Allah SWT.

Salah seorang murid Ibnu Jarir, Abu Bakar Asy Syajari mengisahkan, “Setelah selesai sarapan pagi, Ibnu Jarir Ath Thabari tidur sebentar dengan pakaian berlengan pendek. Setelah bangun, ia mengerjakan shalat Dhuhur. Lalu menulis hingga waktu Ashar tiba, kemudian keluar untuk shalat Ashar. Selanjutnya, ia duduk di majelis bersama orang-orang untuk mengajar sampai datang waktu maghrib. Setelah itu, mengajar fiqh serta pelajaran-pelajaran lain sampai masuk shalat Isya. Kemudian pulang ke rumah dan istirahat. Tengah malam ia bangun shalat malam dan menadalami ilmu-ilmunya.”

Kemuliaan pagi serta mudahnya akal menyerap ilmu di saat itu, pernah pula diingatkan Lukman Al Hakim kepada putranya, “Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas daripada dirimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit.” (Tafsir AlQ urthubi)

Waktu-waktu shubuh di pagi hari adalah waktu yang oleh para ulama dianggap sebagai waktu terbaik untuk mendalami suatu ilmu. Suasana pagi yang tenang membuat konsentrasi dan kemampuan memahami meningkat.

Ibnu Jarir Ath Thabari, yang mampu menulis 40 halaman setiap hari selama 40 tahun, melakukan murajaah akan ilmu dan ide-ide yang akan dituangkan dalam tulisannya di awal-awal shubuh.

Fatimah ra, putri Rasulullah saw pernah bercerita, “Ayahku lewat di sampingku, sedang aku masih berbaring di waktu pagi. Lalu beliau menggerakkan badanku dengan kakinya dan berkata, “Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai karena Allah membagikan rezki kepada hamba-Nya, antara terbi tfajar dengan terbit matahari.”" (HR Ahmad dan Baihaqi)

Aisyah ra berkata, “Rasulullah bersabda, “Berpagi-pagilah mencari rezeki karena sesungguhnya berpagi-pagi itu membawa berkah dan menghasilkan kemenangan.”


Lukman Al-Hakim pun mengingatkan anaknya tentang kemuliaan pagi dan mudahnya akal menyerap ilmu dengan mengatakan, “Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas darimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit.”
Keberkahan subuh bukan hanya pada rezki. Rasulullah saw jika ingin mengirimkan tentaranya ke medan perang, dilepaskannya pada waktu pagi. Ketika berhijrah ke Madinah pun, beliau berangkat pada waktu pagi.

Shakhar, salah seorang sahabat beliau yang meriwayatkan hadits di atas, adalah seorang saudagar. Jika dia ingin mengirimkan barang-barang dagangannya, selalu dia lakukan pada pagi hari, dan itulah puncaknya Allah memberikan banyak kekayaan kepadanya.

Semoga kita selalu mendapat hidayah dari Allah SWT, untuk selalu memanfaat waktu fajar dengan ketaqwaan.

Sumber : Mukti Amini , Tarbawi Edisi 103 Th. 6/Muharram 1426 H/3 Maret 2005 M hal 11-14