Salah satu cabang ilmu dari ‘Ulumul Hadits adalah pengetahuan tentang Asbabul Wurud (sebab munculnya suatu hadits), seperti asbabu nuzul dalam ilmu al-Qur’an.
السب Sabab menurut ahli bahasa artinya adalah tali, (bahasa kabilah Hudzail), dan sabab adalah segala sesuatu yang dijadikan perantara untuk selainnya. Ahli ‘Urf memakainya untuk segala sesuatu yang yang bisa menyampaikan kepada sesuatu yang diingingkan.
Menurur Ahli Syari’at sebab adalah ibarat untuk segala sesuatu yang yang bisa dijadikan jalan untuk sampai kepada hukum, tanpa memberikan pengaruh di dalam hukum tersebut. Adapun kata الورود artinya adalah air yang didatangi (mata air).
Adapun Sababul Wurud menurut istilah tidak ada riwayat khusus dari mereka tentang definisinya, mungkin karena mereka beranggapan bahwa hal itu cukup jelas bagi mereka, atau karena dekatnya mereka dengan hal yang disebutkan oleh ulama Syari’at.
Sebagian ulama kontemporer memberikan definisi sbb:
Menurut Dr.Abu Syahbah, Ilmu yang di dalamnya membahas tentang sebab-sebab yang mendorong Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk mengutarakan suatu hadits pada permulaannya. Sabab ini kadang kala berupa soal (pertanyaan), kejadian, dan kadang kala berupa kisah lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dikarenakan pertanyaan atau kejadian tersebut.
Dr. Yahya Ismail memberikan definisi: Sesuatu yang bisa menjadi perantara untuk menentukan maksud dari hadits, seperti umum khusus, mutlak muqayyad atau naskh dan lain-lain atau sababu nuzul adalah apa-apa yang menyebabkan munculnya hadits.
Ibnul Mulaqin rahimahullah , dalam Syarh al-‘Umdah :”Sesungguhnya sebagian ulama kontemporer dari kalangan ahli hadits telah memulai menulis Asbabul Hadits, seperti yang dinisbatkan oleh syaikh ‘Izzuddin kepada sebagian ulama kontemporer. Dan aku mendengar dari orang yang menyebutkan bahwa Abdul Ghani bin Sa’id al-Hafizh menulis dalam masalah ini sebuah tulisan seukuran (kitab) al-‘Umdah.”
Adapun pondasi dasar ilmu ini diletakkan pada zaman Sahabat radhiyallahu'anhum dan Tabi’iin rahimahumullah.
Dalam kitab al-Burhan fii ‘Ulumil Qur’an., tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya," Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah makan dahulu, … (QS. al-Maaidah: 93)
Penulis kitab tersebut berkata:”Diriwayatkan dari ‘Utsman bin Mazh’un dan ‘Amr bin Ma’diyakrib:’Bahwasanya keduanya dahulu berkata bahwa khamr (minuman keras) adalah boleh (halal), dan keduanya berdalil dengan ayat ini, dan keduanya tidak mengetahui sababu nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut, maka hal itu (tidak mengetahui sababu Nuzul) menghalangi keduanya dari mengetahui keharaman minuman keras.
Itulah yang dikatakan oleh al-Hasan dan selainnya:”Ketika turun ayat yang mengharamkan khamr, mereka (para Sahabat) berkata:’Bagaimana dengan saudara-saudara kami yang mereka telah meninggal dunia sedangkan khamr ada dalam perut-perut mereka,
dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengabarkan bahwa khamr itu kotor?’ Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firman-Nya: , yang artiny ”Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah makan dahulu, … (QS. QS.al-Maaidah: 93)
Macam-macam Asbabul Wurud
Berdasarkan Sababul Wurufnya hadits terbagi menjadi dua macam:
1. Hadits yang memiliki Sababul Wurud
2. Hadits yang tidak memiliki Sababul Wurud
Untuk jenis yang pertama, maka ada beberapa macam:
Kadang kala berbentuk ayat al-Qur’an, hal itu berupa turunnya ayat al-Qur’an dengan bentuk kalimat umum lalu datang kepada ayat itu sesuatu yang mengkhususkan,
seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya , " ”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)
Sebagian Sahabat memahami dari ayat ini bahwa maksud dari kezaliman dalam tindakan semena-mena dan melampui batas, oleh sebab itu mereka datang mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan kepada mereka bahwa yang dimaksud kezhaliman dalam ayat tersebut adalah kesyirikan.
Telah datang riwayat dari Ibnu Mas’ud ra ketika turun ayat:, yang artinya , "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)
Maka berat hati para Sahabat dengan hal itu, dan mereka berkata:”Siapa di antara kita yang tidak mencampuradukkan keimanannya dengan keshaliman?” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda., yang artinya, " ”Sesungguhnya hal itu tidak demikian (tidak sebagaimana kezhaliman yang kalian maksud), apakah kalian tidak mendengar perkataan Luqman kepada anaknya:’Sesungguhnya kesyirikan adalah keshaliman yang paling besar.’”
Kadang kala berbentuk hadits, hal itu ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan sebuah hadits dan sulit dipahami oleh sebagian Sahabat, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menucapkan hadits lain untuk menghilangkan kesulitan ini.
Kadang kala sebab itu berupa perkara yang berkaitan dengan Sahabat yang mendengar hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hal itu seperti perkara Asy-Syarid yang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada Fathul Mekah, dia berkata kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam:”Sesungguhnya aku telah bernadzar, apabila Allah memberi kemenangan kepadamu aku akan shalat di Baitul Maqdis.”Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berabda kepadanya:”(shalat) Di sini lebih utama.” L
Llu beliau melanjutkan sabdanya: ”Demi Yang jiwaku di tangan-Nya seandainya engkau shalat di sini (masjidil Haram) maka hal itu sudah cukup.”
Lalu beliau bersabda lagi, yang artinya " ”Shalat di masjid ini (masjidil Haram) lebih utama 100.000 kali di bandingkan masjid lainnya.”
Contoh
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ذلك صريح الإيمان".
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:’Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Itulah iman yang sebenarnya.”’
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Datang beberapa orang dari Sahabat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mereka bertanya kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam:”Kami mendapati dalam diri kami sesuatu yang kami merasa berat (sukar) untuk mengucapkannya (karena menganggap hal itu adalah sesuatu yang besar)?” Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Kalian telah mendapatkannya?” Mereka menjawab:”Benar.” Beliau bersabda:”Itulah iman yang sebenarnya.”
Contoh yang kedua:
عن عمران بن حصين قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "كان الله ولم يكن شيء قبله، وكان عرشه على الماء، ثم خلق السموات والأرض وكتب في الذكر كل شيء"
Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Allah ada, dan tidak ada sesuatupun sebelum Dia. Dan Arsy (singgasana) Allah berada di atas air, kemudian Dia menciptakan langit dan bumi dan menulis segala sesuatu di dalam adz-Dzikr (lauhul mahfuzh).”(HR. al-Bukhari, dan at-Tirmidzi)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Sesungguhnya beberapa orang dari Bani Tamim mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Nabi bersabda:”Terimalah oleh kalian kabar gembira wahai Bani Tamim.”Mereka menjawab:”Kami terima wahai Rasulullah”kemudian mereka berkata:”Kami datang untuk mendalami agama ini, dan untuk bertanya kepadamu tentang permulaan dari perkara ini, apa dahulunya?”Beliau bersabda:”Allah ada dan tidak ada sesuatu pun sebelum Dia.”
Contoh yang ketiga:
عن أنس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:" إنكم لن تزالوا في صلاة ما انتظرتم الصلاة".
Dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya kalian senantiasa berada dalam shalat (seperti yang sedang shalat) selama kalian menunggu shalat.”(HR. al-Bukhari di kitabul Mawaqit ash-Shalat, Muslim di kitab al-Masajid wa Mawadhi’ ash-Shalat)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Anas radhiyallahu 'anhu berkata:”Pada suatu malam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengakhirkan shalat ‘Isya hingga tengah malam, kemudian beliau menghadapkan wajahnya kepada kami, dan bersabda:’Sesungguhnya orang-orang sudah halat dan sudah tidur, dan sesungguhnya kalian tetap senantiasa dalam shalat…..(al-hadits)
Contoh yang keempat:
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إني لأبصر من ورائي كما أبصر من بين يدي"
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya aku benra-benar melihat dari arah belakangku, sebagaimana aku melihat dari depan.”(HR. Muslim kitab ash-Shalat)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat pada suatu hari, lalu beliau pergi, maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Wahai Fulan, kenapa engkau tidak membaguskan shalatmu? Apakah seseorang ketika hendak shalat tidak memperhatikan bagaimana shalatnya, karena sesungguhnya dia shalat untuk dirinya sendiri, sungguh aku benar-benar melihat dari arah belakangku.”
Contoh yang kelima:
عن معاوية بن الحكم السلمي رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن هذه الصلاة لا يصلح فيها شيء من كلام الناس، إنما هي التسبيح والتكبير وقراءة القرآن"
Dari Mu’awiyah bin al-Hakam as-Sulami radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya shalat ini tidak diperbolehkan di dalamnya sesuatu pun dari ucapan orang, sesungguhnya dia (shalat) hanyalah berisi tasbih, takbir dan Qira’atul Qur’an (membaca al-Qur’an).”(HR. Muslim di kitab al-Masaji wa Mawadhi’ ash-Shalat)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Mua’wiyah radhiyallahu 'anhu berkata:”Ketika aku sedang shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada seorang laki-laki yang bersin, maka aku berkata:’Yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu) Maka orang-orang menatapku tajam, maka aku berkata:”Alangkah celakanya, kenapa kalian memandangku?”Lalu mereka memukul paha-paha mereka, ketika aku melihat mereka menyuruhku diam aku pun diam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai sholat, Beliau berkata kepadaku :“Sesungguhnya Shalat ini tidak pantas di dalamnya terdapat percakapan manusia. Sesungguhnya shalat itu isinya adalah tasbih, takbir, dan bacaan al-Qur’an."(HR. Muslim).
Contoh yang keenam:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن هذه القبور مملوءة ظلمة على أهلها، وإن الله ينوّرها بصلاتي عليهم"
”Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan bagi penghuninya. Dan sesungguhnya Allah memberinya cahaya dikarenakan shalatku atas mereka.”(HR. Muslim kitab al-Janaaiz)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Sesungguhnya ada seorang wanita Saudaa’ (hitam) –atau seorang pemuda- yang biasa menyapu masjid, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kehilangan dia, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menanyakan tentangnya, lalu mereka berkata:”Dia telah meninggal”Nabi bersabda:”Kenapa kalian tidak memberi tahuku?” Maka seolah-olah mereka menanggap urusan dia adalah hal sepele. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya”Lalu mereka pun menunjukkan kuburnya dan mereka menyalatinya (shalat jenazah di kuburan), kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan …….”(HR. Muslim kitab al-Janaaiz)
Contoh yang ketujuh:
عن عبد الله بن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم أمر أصحابه يوم قدموا مكة أن يرملوا ثلاثة أشواط ويمشوا بين الركنين ليرى المشركون جَلدَهم
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan para Sahabatnya pada hari ketika mereka datang ke Mekah, supaya berjalan cepat tiga putaran dan berjalan biasa antara dua rukun (tiang Ka’bah), agar kaum Musyrikin melihat kekuatan kaum Muslimin.(HR. al-Bukhari kitab al-Hajj dan Muslim kitabb al-Hajj)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Mekkah dan kaum Muslimin telah tertimpa kelemahan disebabkan demam kota Yatsrib (Madinah), lalu orang-orang Musyrik berkata:”Sesunguhnya besok akan datang kepada kalian, suatu kaum yang telah dilemahkan oleh demam Yatsrib dan mereka menghadapi kesusahan, lalu mereka duduk di sebelah Hajar aswad, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh mereka untuk berjalan cepat tiga putaran dan berjalan biasa antara dua rukun (tiang Ka’bah), agar kaum Musyrikin melihat kekuatan kaum Muslimin.
Contoh yang kedelapan:
عن عمرو بن عوف قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "أبشروا وأملوا ما يسركم، فوالله ما الفقر أخشى عليكم، ولكني أخشى أن تبسط الدنيا عليكم كما بسطت على من كان قبلكم، فتنافسوها كما تنافسوها، وتهلككم كما أهلكتهم" (7).
’Amr bin ‘Auf radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Bergembiralah dan berharaplah dengan apa-apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kemiskinan yang paling aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi aku yang aku takutkan adalahdihamparkan kepada kalian kekayaan dunia, sebagaimana telah dihamparkankepada umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba mendapatkannya hingga kalian binasa sebagaimana mereka binasa.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Sababul Wurud (sebab munculnya sabda Nabi tersebut):
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Abu ‘Ubaidah al-Jarah radhiyallahu 'anhu ke Bahrain untuk mengambil Jizyah, dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah membuat perjanjian dengan panduduk Bahrain dan menjadikan pemimpinnya adalah al-‘Allaa’ bin al-Khadhrami. Maka datanglah Abu ‘Ubaidah dengan membawa harta dari Bahrain, lalu orang-orang Anshar mendengar perihal kedatangan Abu ‘Ubaidah maka mereka shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selsai dari shalat, mereka menampakkan diri dihadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Nabi pun tersenyum ketika melihat mereka, kemudian beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Aku Shallallahu 'alaihi wasallam mengira kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah datang membawa sesuatu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari Bahrain? Maka bergembiralah dan berharaplah….(al-hadits)
FAIDAH MENGETAHUI ASBABUL WURUD
Ilmu (pengetahuan) terhadap asbabul wurudterhadap hadits Nabi yang mulia memberikan faidah bagi orang-orang yang menggeluti ilmu hadits dan fiqhnya sekaligus, dan yang termasuk faidah yang paling jelas yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hikmah pensyari’atan suatu hukum dan pengetahuan terhadap maqashid syari’at (maksud-maksud syari’at)
Sababul wurud termasuk salah satu hal yang bisa memberikan penjelasan kepada kita tentang kondisi yang karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan suatu hadits, dan ini sangat bermanfaat sekali dalam masalah Ijtihad dan penerapan hukum terhadap suatu peristiwa baru (yang belum pernah terjadi dizaman Nabi), dan membantu dalam masalah qiyas serta menggabungkan sesuatu yang serupa dangan yang semisalnya.
2. Mamahami hadits secara benar dan selamatnya cara beristinbath (pengambilan hukum dari hadits)
Al-Wahidy rahimahullah berkata tentang Asbabun Nuzul:”Karena dia (asbabun nuzul) adalah yang paling wajib untuk dicermati dan paling pertama dan utama untuk diberikan perhatian, karena tidak mungkin menafsirkan ayat secara benar tanpa mencermati kisah turunnya dan penjelasan turunnya ayat tersebut.”(Asbabun Nuzul karya Abu Hasan bin Ahmad al-Wahidy an-Naisaburi hal. 4)
Ibnu Daqiqil ‘Ied:”Penjeasan Sababu Nuzul merupakan cara yang paling kuat untuk memahami makna-makna al-Qur’an.”(Disebutkan oleh penulis al-Itqon Fii ‘Ulumil Qur’an, Jalaludin as-Suyuthi 1/84)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:”Dan pengetahuan sababu nuzul membantu dalam memahami ayat, karena sesungguhnya pengetahuan tentang sabab memberikan ilmu tentang musabab ”(Majmu’ Fatawa, syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang dikumpulkan oleh Abdurrahman Qosim 13/339)
Dan ini tidak jauh berbeda antara asbabu wurudil hadits dengan asbabu nuzulil Qur’an. Maka seorang ahli fiqh dan mujtahid sangat butuh untuk melihat kepada sababu wurudil hadits, saupaya tidak terjadi kesalahan dalam memahami nash (dalil) dan supaya tidak menerapkan dalil tidak pada tempatnya. Para ulama ahli ushul membahas tentang apakah boleh menggunakan sababul wurud dalam menguatkan suatu pendapat dari dua nash yang bertentangan, dalam kategori penguat-penguat matan, (lihat kaidah-kaidah tarjih ketika terjadi pertentangan nash menurut ulama ahli ushul)
Mungkin untuk lebih jelasnya saya akan memberikan satu contoh berikut ini:
عن جابر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ليس من البر الصوم في السفر" (5 أخرجه البخاري (1946)، ومسلم (1115.)
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Bukan termasuk kebajikan, berpuasa pada waktu safar (perjalanan)”(HR. al-Bukhari 1946 dan Muslim 1115)
Dan ini membingungkan karena ada hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau berpuasa pada waktu safar, akan tetapi kebingungan ini akan hilang apabila diketahui sabab wurud hadits tersebut, yaitu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah safar (perjalanan) lalu baliau shallallahu 'alaihi wasallam melihat keramaian dan seorang laki-laki tlah dinaungi dari panas, maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Apa ini?”Maka mereka berkata:”Orang berpuasa.”Maka beliau bersabda:
"ليس من البر الصوم في السفر".
”Bukan termasuk kebajikan, berpuasa pada waktu safar (perjalanan)” (HR. al-Bukhari 1946 dan Muslim 1115)
Maka pengetahuan tentang sababu wurudil hadits membantu memahami hadits secara benar dan selamatnya cara beristinbath (mengambil hukum dari dalil), dan bahwasanya puasa pada waktu safar tidak termasuk kebajikan apabila menimbulkan kesulitan dan kesusahan seperti yang terjadi pada laki-laki yang disebutkan dalam hadits di atas.
3. Mengkhususkan dalil yang umum
4. Menentukan/memastikan sesuatu yang mubham (belum jelas) dalam sebuah nash/dalil.
dan yang termasuk contohnya adalah riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"إن من عباد الله من لو أقسم على الله لأبره" متفق عليه رواه البخاري (2703)، ومسلم (1903).
”Sesungguhnya ada salah seorang hamba Allah yang apabila dia bersumpah maka akan dipenuhi (sumpahnya).”(muttafaq ‘alaihi, HR. Al-Bukhari 2703 dan Muslim 1903)
Ketidak jelasan salah seorang hamba dalam hadits itu telah dijelaskan oleh sababul wurud hadits ini, yaitu dalam perkataan Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu:
Rabi’ –bibi Anas bin Malik- mematahkan gigi taring salah seorang budak dari kalangan kaum Anshor, lalu mereka (kaum Anshor) mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk meminta qishah, maka beliau memerintahkan untuk mengqishosh (menghukum balas terhadap Rabi’). Maka berkatalah Anas bin an-Nadhar, paman Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu:
لا والله لا تكسر ثنيتها يا رسول الله، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "
”Tidak, Demi Allah jangan kau patahkan gigi taringnya (Rabi’) wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إن من عباد الله من لو أقسم على الله لأبره.
”Sesungguhnya ada salah seorang hamba Allah yang apabila dia bersumpah maka akan dipenuhi (sumpahnya).”(muttafaq ‘alaihi, HR. Al-Bukhari 2703 dan Muslim 1903)
Kitab-kitab (Buku) yang membahas tentang masalah ini.
Dan kitab yang terkenal menulis dalam pembahasan ini adalah:
1. Asbabu wurudil hadits atau al-Luma’ fii asbaabil hadits karya al-Hafizh as-Suyuthi rahimahullah (wafat tahun 911H), dan urutan kitab ini berdasarkan bab-bab dan dicetak dalam satu jilid dengan tahqiq (diteliti) oleh Yahya Ismail.
2. Al-Bayaan wa at-Ta’rif fii asbaabi wurudil hadits, karya Ibnu Hamzah al-Husaini ad-Dimasyq (wafat tahun 1120H), dan urutannya berdasarkan huruf , dankitab ini lebih luas dan lebih menyeluruh cakupannya dan dicetak dalam 3 jilid.
Sumber: Asbabu wurud al-hadits, Fawaaid Ma’rifat Asbabul Wurud, diterjemahkan oleh Abu Yusuf Sujono , http://www.alssunnah.com , Iftikhor Ahmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar