Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Zuhudlah terhadap yang ada didunia , maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap yang ada disisi manusia, maka manusiapun akan mencintaimu.” (Hr Ibn Majah, Tabrani, Ibn Hibban dan al-Hakim).
Yahya Ibn Mu’adz berkata, ‘Seseorang akan mencapai zuhud yang sebenar-benarnya apabila dia punya sifat-sifat ini: berbuat tanpa disertai keterikatan, berbicara tanpa disertai nafsu, dan kemuliaan tanpa adanya kekuasaan ke atas orang lain.’
Lantas apa zuhud itu?
Abu Idris Al Khaulani berkata, bahwa zuhud terhadap dunia bukanlah mengharam-kan yang halal dan membuang harta. Zuhud disini adalah meyakini apa yang ada di sisi Allah daripada apa yanga da di tangan kita. Dan jika kita ditimpa musibah, maka kita berharap untuk mendapatkan pahala. Dan ketika musibah sedang menimpa kita, maka kita pun masih berharap menambah dan meyimpan pahala.
Zuhud bukan meninggalkan harta atau menolak segala kenikamatan kehidupan, dan mengharamkan yang halal. Namun pada saat yang sama kita jangan tertipu oleh dunia. Abu Bakar dalam doanya, berkata ‘Ya Allah, jadikanlah dunia ditangan kami, bukan di hati kami’.
Saudaraku, apakah kita bisa mencapai Zuhud ?
- Menurut Yahya bin Yazid, bahwa tanda zuhud adalah dermawan dengan yang ada.
- Sufyan ats Tsauri berkata bahwa zuhud adalah pendeknya angan-angan. ‘Zuhud terhadap dunia adalah mengurangi keinginan untuk memperoleh dunia, bukan memakan makanan kasar atau mengenakan jubah dari kain kasar.’
- Imam Al-Ghazali menyebutkan ada 3 tanda zuhud, yaitu :
a. tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena ada yang hilang (di genggamannya).
b. Sama saja disisinya orang yang mencelanya maupun yang memujinya (baik terkait dengan harta maupun kedudukan).
c. Senantiasa bersama Allah dan hatinya terikat dengan lezatnya ketaatan
Sebagian ulama mengatakan, ‘Apabila seorang hamba membelanjakan harta dalam kepatuhan, bersabar, dan tidak mengeluh kepada apa yang dilarang oleh syariah untuk dia lakukan dalam kesulitan hidup, maka adalah lebih baik baginya bersikap zuhud terhadap hal-hal yang dihalalkan.’
Sebagian yang lain berpendapat, “Adalah tepat bagi seorang hamba memutuskan untuk tidak bersikap zuhud dengan sengaja terhadap hal-hal yang halal, tidak pula berusaha memenuhi keperluan-keperluan secara berlebihan, kerana menyedari rezeki yang diberikan oleh Allah. Apabila Allah SWT menentukan dia berada pada batas hidup sederhana, maka dia hendaknya tidak memaksakan diri mencari kemewahan, kerana kesabaran merupakan sesuatu paling utama bagi pemilik harta yang halal.
Sebagaimana Firman Allah, yang artinya, “ Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian ini mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri”.(Qs. Al-Hadid: 22-23)
Junaid mengajarkan, ‘Zuhud adalah begini: Hati kosong dari sesuatu yang tangan tidak memilikinya.’
Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, ‘Zuhud adalah menjauhkan diri dari apa pun yang memalingkan anda dari Allah SWT.’
Abu Hafs mengatakan, ‘Tidak ada zuhud kecuali dalam hal-hal yang halal.’
Abu Utsman mengatakan, ‘Allah SWT memberi seorang zahid sesuatu lebih daripada yang dia inginkan, dan Dia memberikan sesuatu kepada hamba yang dicintai-Nya kurang dari yang dia inginkan, dan Dia memberi hamba yang takut sebanyak yang benar-benar diinginkan.’
Muhammad Ibn Al-Fadhl mengatakan, ‘Kedermawanan kaum pecinta adalah pada waktu mereka berkecukupan, dan kedermawanan kaum pembela adalah pada waktu yang sangat diperlukan.’
Dikatakan, ‘Manakala seorang hamba menjauhkan diri dari dunia, maka Allah SWT mempercayakan dirinya kepada malaikat yang menanamkan kebijaksaan di dalam hatinya.’
Ahmad Ibn Hanbal memberikan penjelasan, ‘Ada 3 macam zuhud: bersumpah menjauhi hal yang haram adalah zuhud kaum awam, bersumpah menjauhi berlebihan dalam hal-hal yang halal adalah zuhud kaum terpilih, dan bersumpah menjauhi apa pun yang mengalihkan sang hamba dari Allah SWT adalah zuhud kaum arif.’
Kaitan zuhud ada enam macam. Seorang hamba belum layak disebut zuhud kecuali menghindari enam macam, yaitu harta, rupa, kekuasaan, manusia , nafsu dan hal-hal lain selain Allah. Bukan maksudnya menolak hak milik. Nabi Sulaiman dan Nabi Daud adalah orang yang paling zuhu dizamannya, tetap dua nabi Allah ini memiliki harta, kekuasaan, istri-istri yang tidak dimiliki oleh orang selain mereka. Rasulullah Muhammad SAW adalah orang paling zuhud, tetapi beliau mempunyai sembilan istri. Para sahabat adalah orang-orang yang paling zuhud, banyak diantara mereka yang kaya raya
Saudaraku, dapat dikatakan zuhud, adalah menyeimbangkan keadaaan saat dia mendapatkan sesuatu dan saat meninggalkan sesuatu , atau yang dilakukannya dalam kedudukan yang sama.
Seorang hamba tetap zuhud saat mengambil keduniaan dan tetap zuhud saat meninggalkannya, sebab hasratnya untuk meraih ridha Allah lebih tinggi dari sekedar mengambil/ menerima dan meninggalkannya.
Allahu a'lam
Sumber : Ar-Risalah Imam Qusyairi, Madarijus Salikin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar