من حسن إسلا م المرء تركه ما لا يعنيه
“Diantara tanda kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya ,”
Meninggalkan yang tidak bermanfaat diartikan sebagai meninggalkan hal-hal yang berlebihan. Tindakan ini mencakup perkataan, pandangan,pendengaran, cara berpikir,tindakan zahir maupun batin. Inilah yang dinamakan sebagai Wara’.
Dari riwayat At-tirmidzi disebutkan secara marfu’ bahwa Rasulullah saw bersabda, yang artinya ,” Wahai Abu Hurairah, jadilah engkau orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling banyak melakukan ibadah ,”.
Ruang lingkup wara' adalah juga ruang lingkup syubhat. Taqwa dan wara' pada diri seseorang bisa diketahui pada saat menghadapi perkara-perkara syubhat. Manakala ketaqwaan, kehati-hatian serta kewaspadaan itu berjalan secara kontinyu, maka saat itu pula sifat wara' pada diri seseorang semakin meningkat dan tinggi.
Wara' itu muncul pertama kalinya dalam dua persoalan; persoalan kepemimpinan dan persoalan harta.
Dalam sebuah hadits shahih dinyatakan Rasulullah bersabda, yang artinya ,"Tidaklah dua serigala lapar yang dilepas dalam kumpulan domba itu lebih merusak daripada ketamakan seseorang akan kedudukan dan harta terhadap agamanya." (Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir. No. 5620)
Rasulullah SAW mengkiaskan dua orang itu dengan dua serigala yang lapar, yang
1. tamak kepada kedudukan adalah serigala, dan
2. tamak kepada harta adalah serigala yang lain.
Dua serigala yang akan merusak agama dan sifat wara’ seorang hamba.
Selanjutnya , yang keluar dari hati seorang hamba adalah kecintaan terhadap kepemimpinan dan kedudukan. Banyak contoh hamba yang semula shalih yang terpeleset ke dalam kehinaan akibat mengikuti nafsu terhadap manisnya
kedudukan atau jabatan atau kepemimpinan.
Saudaraku, Wara' terhadap harta (emas atau perak ) terasa lebih ringan di banding wara' terhadap jabatan dan kedudukan. Karena harta ( emas-perak) baru merupakan alat yang dipergunakan untuk membeli atau jalan mencapai jabatan dan kedudukan .
Adapun syahwat yang tidak kalah kejamnya adalah syahwat keinginan untuk nampak menonjol, atau dihormati keberadannya di lingkungannya atau syahwat untuk memimpin.
Berapa banyak harta benda yang dibiayakan untuk mencapai ambisi kepemimpinan tersebut. Syahwat lainnya yang sering muncul dari hati seorang hamba adalah keinginannya untuk diakui , atau mendapat pengakuan statusnya , atau singkatnya menjadi terkenal di lingkungannya.
Secara bahasa wara' berasal dari bahasa Arab yang artinya saleh dan menjauhkan diri dari dosa. Menurut istilah tasawuf wara' berarti menjauhi atau meninggalkan sesuatu di dalamnya terdapat unsur subhat ( diragukan halal dan haramnya ) sebagai mana meninggalkan yang haram.
Menurut ulama salaf, wara' artinya menghindari yang diharamkan dan sikap wara' yang paling berat adalah wara' dalam memelihara lidah.
Adz Dhahabi menambahkan kita terkadang melihat seseorang nampak wara' dalam menjaga makanan, pakaian dan pergaulannya. Namun apabila berbicara ada hal yang seharusnya tidak patut disertakan dalam ucapannya namun ia sertakan juga.
Adakalanya seorang hamba berusaha jujur namun kejujurannya tidak sempurna. Terkadang ia betul-betul jujur, namun ada godaan untuk memperindah ucapannya sehingga ia medapat pengakuan bahkan pujian sebagai orang yang alim.
Dari riwayat Ahmad dalam musnadnya, bahwa Rasulullah Muhammad SAW , bersabda, yang artinya , "Barang siapa membeli pakaian dengan sepuluh dirham dan didalamnya ada satu dirham yang haram, Allah tidak akan menerima shalatnya selama sebagian kain itu ada padanya." (HR. Ahmad dalam Musnad)
Semoga kita mendapat hidayah Allah untuk menjadi hamba yang berhati-hati dalam bertindak, dan dijauhkan dari perbuatan yang kurang tidak bermanfaat.
Allahu a’lam
Sumber: Manaziluz Sairin, DR. Abdullah Azzam , Tarbiyah Jihadiyah
Allahu a’lam
Sumber: Manaziluz Sairin, DR. Abdullah Azzam , Tarbiyah Jihadiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar