Ketika ditanya tentang keikhlasan, seorang ahli ibadah berkata, “Ikhlas artinya engkau tidak memanggil siapa pun selain Allah untuk menjadi saksi atas perbuatanmu.” Lalu apa sebenarnya pengertian ikhlas itu ?
Saudaraku, ikhlash tidak hanya sekedar menghadap kepada Allah dalam melakukan satu aktivitas saja, namun semua kegiatan yang dilakukan seorang hamba harus tertuju hanya kepada Allah semata.
Ikhlash adalah agama yang Allah turunkan kepada para Rasul dan Nabi, dan ikhlas adalah inti dakwah (agama) yang disampaikan seluruh Rasul.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya , “Lalu kami utus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (dan berkata), “ Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya) ?”. (Qs. Al-Mu’minun : 32).
Beberapa pemahaman tentang Ikhlas didalam Al-Qur’an.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya,maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorangpun (sesuatupun) dalam beribadah kepada Rabbnya , “ (Qs.Al-Kahfi : 110).
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Dan, siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlash menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan ? “, (Qs. An-Nisa ‘: 125).
Dalam hadits qudsi shahih disebutkan bahwa, Allah berfirman yang artinya ,” Aku adalah yang paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada. Barang siapa mengerjakan suatu amal, yang didalamnya ia menyekutukan selain –Ku, maka dia menjadi milik yang dia sekutukannya dan Aku terbebas darinya ,”
Sebuah hadith sahih menyatakan bahwa Nabi saw menuturkan, berdasarkan riwayat Jibril as, yang menuturkan tentang Allah SWT, bahawa Dia telah berfirman, yang artiny “Keikhlasan adalah rahasia yang diambil dari rahasia-rahasia-Ku. Aku telah menempatkannya sebagai amanat di hati hamba-hamba yang Ku-cintai.”
Banyak sekali definisi ulama tentang ikhlas, namun tujuannya sama, yaitu mengikhlaskan berbagai aktivitas dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah semata .
- Ar-Raghib dalam Dalil al-Falihin, menyatakan bahwa Ikhlas adalah meng-ikhlaskan niat hanya kepada Allah semata.
- Abul Qasim Al-Qusyairi dalam ar-Risalah a--Qusyairiyyah, mendifinisikan ikhlas sebagai meng-esa-kan Allah SWT dalam beribadah dengan niat, dalam melakukan ketaatan , hanya berharap kepada Allah saja. Tidak berpura-pura kepada makhluk dan tidak mengharapkan pujian atau supaya disayangi orang lain, atau dengan melakukan berbagai cara untuk mendekatkan diri kepada selain Allah.
- Izz bin ‘Abdussalam dalam Qawa’d al-Ahkam, bahwa ikhlas adalah bahwa seorang mukallaf melakukan ketaatan dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah semata, tidak mengharapkan penghargaan dari siapapun, tidak mengharapkan manfaat keagamaan dan tidak pula menolak mudharat duniawi.
- Al Harits al-Muhasibi dalam Ihya ‘ulum ad- Din , bahwa ikhlas adalah me-ngesampingkan makhluk dalam beribadah kepada Tuhan.
- Abu Ya’qub As-Susi menyatakan, “Apabila mereka melihat keikhlasan di dalam keikhlasan mereka, maka keikhlasan mereka itu memerlukan keikhlasan.”
- Dzun Nun menjelaskan, “Ada tiga tanda keikhlasan: manakala orang yang bersangkutan memandang pujian dan celaan manusia sama saja; apabila mengerjakan amal kebaikan dia tidak menyedari, bahawa dia sedang mengerjakan amal kebaikan; dan jika dia lupa akan haknya untuk memperoleh pahala di akhirat kerana amal baiknya.”
- Syeikh Abu Ali Ad-Daqqaq menyatakan, “Keikhlasan adalah menjaga diri dari [perhatian terhadap] pandangan manusia, dan sifat amanah berarti membersihkan diri dari kesedaran akan diri sendiri. Orang yang ikhlas tidaklah bersikap munafik dan orang yang amanah tidaklah sombong.”
- Abu Utsman Al-Maghribi menyatakan, “Keikhlasan adalah keadaan di mana nafsu tidak memperoleh kesenangan. Ini adalah ikhlasnya orang awam. Mengenai ikhlasnya manusia pilihan, keihlasan datang kepada mereka bukan dengan perbuatan mereka sendiri. Amal kebaikan lahir dari mereka, tetapi mereka terpisah dengannya. Mereka tidak menyedari perbuatan baik mereka, tidak pula mereka punya perhatian terhadapnya. Itulah keikhlasan kaum pilihan.”
- Abu Bakr Ad-Daqqaq menegaskan, “Cacat keikhlasan dari masing-masing orang yang dikatakan ikhlas adalah dari kesedarannya sendiri akan keikhlasan itu. Jika Allah mengkehendaki untuk memurnikan keikhlasannya, Dia akan menjadikannya tidak menyedari keikhlasannya sendiri, dan jadilah dia ikhlas [oleh Tuhan, mukhlash], bukan ikhlas [kerana dirinya sendiri, mukhlish].” Sahl berkata, “Hanya orang yang ikhlas (mukhlish) sajalah yang mengenal akrab kemunafikan.”
- Abu Sa’id Al-Kharraz menyatakan, ‘Kemunafikan kaum arifin adalah lebih baik dari ikhlasnya para murid.”
- Hudzaifah Al-Mar’asyi berpendapat, “Keikhlasan berarti bahawa perbuatan-perbuatan si hamba adalah sama, baik lahir mahupun batinnya.”
- Al-Fudhail menyatakan, “Menghentikan amal-amal baik kerana manusia adalah munafik, dan melaksana-kannya kerana manusia adalah musyrik. Ikhlas berarti Allah menyembuhkanmu dari dua penyakit ini.”
- Al-Junaid mengatakan, “Keikhlasan adalah rahasia antara Allah dengan si hamba. Bahkan malaikat pencatat tidak mengetahui sedikit pun mengenainya untuk dapat dituliskannya [dalam catatan amal seseorang]. Syaitan tidak mengetahuinya hingga dia tidak dapat merusakkannya, nafsu pun tidak menyedarinya sehingga ia tidak dapat mempengaruhinya.”
Saudaraku, keikhlasan adalah suatu perkara yang sangat berat ditunaikan oleh manusia. Namun demikian, kesulitan ini tidak begitu disadari oleh kita orang awam.
Namun bagi para ulama atau ahli ibadah merasakannya sangat berat dan sulit. Sebagaimana ungkapan ;
- 1.Sufyan Ats-Tsauri dalam Al-Majmu’ , berkata ,’Aku tidak pernah menghadapi sesuatu yang paling berat untuk diluruskan selain niatku, ia selalu berubah dan menyeretku ‘
- 2.Ditanyakan kepada Sahl bin Abdullah, ‘Apakah hal yang paling berat pada diri manusia?’ dijawabnya, “Keikhlasan, sebab diri manusia tidak punya bahagian di dalamnya.’
- 3.Yusuf bin Al-Husain berpendapat, “Milikku, yang paling beharga di atas dunia ini adalah keikhlasan. Betapa kerapnya aku telah berjuang untuk membebaskan hatiku dari kemunafikan, namun setiap kali aku berhasil, ia muncul lagi dalam selubung yang lain!”
Saudaraku, ada yang berpendapat bahwa ikhlas adalah membersihkan perbuatan-perbuatan kita dari perhatian makhluk.
Ikhlas memang mudah diucapkan , namun sangat sulit dilaksanakan. Akan tetapi bukan tidak mungkin untuk dicapai. Begitu beratnya perjuangan menggapai ikhlas, seorang ulama Yusuf bin al-Husain berkata , bahwa sesuatu yang paling mulia didunia adalah ikhlas. Berapa banyak aku mengenyahkan riya’ , namun seakan-akan ia selalu tumbuh dalam bentuk yang lain.
Semoga kita diberi hidayah dari Allah untum menjadi hamba yang ikhlas.
Allahu a’lam
Sumber : Ar-Risalah Imam Qusyairi , Dr Umar Sulaiman Abdullah dalam Al Ikhlas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar