Dari riwayat Muslim dalam Az-Zuhd , Rasulullah bersabda, yang artinya, “ Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, yang kaya (mencukupkan apa adanya), dan yang beribadah secara khafi (sembunyi-sembunyi)" (HR Muslim )
Para sahabat , para salaf dalam setiap amal yang dilakukannya, selalu diniatkan hanya untuk keridhaan Allah. Mereka menyadari pentingnya ikhlas , berjuang keras untuk menyembunyikan beragam amalnya itu, getaran hati yang mengarah pada sum’ah dan riya dihindari jauh-jauh. Amal salih adalah rahasia antara mereka dengan Allah, dan berusaha tak ada seorang pun yang mengetahuinya . Karena ketersembunyian, ketertutupan dan kerahasiaan ini pulalah, sehingga para salik (pejalan Ilahi) sering disebut sebagai al-akhfiya (orang-orang tersembunyi).
Firman Allah, yang artinya "Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (Qs. Al-Bayyinah: 5).
Firman Allah , yang artinya "Berdoalah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas" (Qs Al-A'raf : 55).
Dalam riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Baihaqi, Nabi juga bersabda, yang artinya : "Sebaik-baik dzikir adalah dzikir khafi (diam-diam/tersembunyi), dan sebaik-baik rezeki adalah yang memberikan kecukupan."
Dalam Shahihut-Targhib wat-Tarhib , sebuah riwayat yang di-tahqiq oleh Al-Albani , dimana Rasulullah bersabda , yang artinya , "Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi itu memadamkan kemarahan Rabb (Allah) Tabaraka wa Ta'ala."
Saudaraku, dalam surat Al-A’raf diatas , disebutkan Kata "suara yang lembut" sebagai terjemahan dari kata "khufyah". Dalam arti bahasa harfiyah bermakna "tidak tampak" atau "tersembunyi".
Imam Qurthubi menulis dalam Al-Jami' li Ahkamil-Qur'an: makna 'khufyah' adalah (berdoa) secara sembunyi dalam nafs (jiwa/hati), agar terhindar dari sifat riya.
Allah memuji Zakariya AS, sebagaimana dalam firman-Nya , yang artinya , "Yaitu tatkala ia berdoa kepada Rabb-nya dengan khafiyya (suara yang lembut)" (QS Maryam : 3).
Seperti yang pernah dilakukan Nabi Zakariya dan orang-orang salih lainnya, para pejalan Ilahi pun seringkali menjalani laku spiritualnya dengan cara sembunyi-sembunyi. Beribadah dengan terang-terangan memang tidak dilarang, karena banyak ayat dan hadis pun membolehkannya bahkan menganjurkannya.
Banyak para ulama dalam kesendirian dan kerahasiaannya bersama Allah, dan banyak terminologi tasawuf yang merepresentasikan dan mengindikasikan hal itu, semisal khalwat, munajat, khafi, dzikr khafi, sirr, sirrul-asrar, dan banyak istilah lainnya.
Walid bin Sa'id Bahkum , dalam kitabnya Al-Akhfiya-al-Manhaj was-Suluk , menyatakan bahwa orang-orang yang beribadah secara sembunyi-sembunyi sebagai al-akhfiya, dimana orang-orang ini yang mengetahui bahwa salah satu syarat diterimanya amal adalah al-ikhlas lilllah.
Ulama sufi kelahiran Irak, Al-Junaid rahimahullah, menyatakan bahwa ikhlash sebagai : "Rahasia antara Allah dan seorang hamba yang tidak diketahui oleh malaikat sehingga mencatatnya, tidak diketahui oleh syaitan sehingga merusaknya, dan tidak bisa diendus oleh hawa nafsu sehingga memalingkannya."
Banyak riwayat yang menyebutkan kaum al-akhfiya , sebagai orang yang merahasiakan berbagai macam amal kebajikannya dari pandangan manusia, karena mereka takut dihinggapi sifat riya, sum'ah, dan 'uzub (arogan).
Abu Hamzah Ats-Tsumali meriwayatkan bahwa Ali bin Husain memanggul karung berisi roti di atas pundaknya pada malam hari, yang dibagi-bagikannya kepada orang-orang miskin dalam kegelapan.
Ia juga berujar: "Sedekah pada malam yang pekat memadamkan kemurkaan Allah." Muhammad bin Ishaq bercerita: "Penduduk Madinah bisa mengenyam penghidupan,
namun mereka tidak tahu dari mana sumber penghidupan mereka itu. Begitu Ali bin Husain meninggal, serta merta penghidupan mereka pun lenyap.
Rupanya, beliaulah yang membawanya pada malam hari."
Sementara Amr bin Tsabit bertutur: "Ketika Ali bin Husain meninggal, mereka mendapati bekas di punggungnya karena memikul karung pada malam hari ke rumah-rumah para janda."
Sungguh mulia mereka yang bersemangat dalam beribadah secara sembunyi-sembunyi ini bukan hanya menyangkut sedekah, tapi juga dalam banyak ibadah lainnya, seperti shalat, puasa, menangis, berdoa, membaca Alquran, atau aktivitas keilmuan.
Imam Syafi'I, menyatakan bahwa "Saya ingin sekali manusia mengetahui ilmu ini, dan tidak menisbahkannya sedikit pun pada saya selama-lamanya", "Agar aku diberi pahala karenanya, dan mereka tidak memuji aku."
Imam Syafi'i merasa takut bila puji-pujian manusia terhadap dirinya itu bisa mengurangi pahala dan mencoreng sifat khifa (ketersembunyian) yang menjadi tambatan orang-orang salih.
Sungguh, para Salafus Salih banyak yang menyembunyikan amalnya, mereka lakukan karena khawatir dihinggapi sifat riya dan sum'ah.
Seorang ulama Badiuzzaman Said Nursi, dalam Risalah an-Nur, menyatakan bahwa ‘Karena di dalam keikhlasan terdapat banyak kekuatan dan cahaya... kami tentu saja memaksa siapa pun untuk bekerja dengan segenap kekuatan untuk mencapai keikhlasan. Kita perlu menanamkan keikhlasan di dalam diri kita.
Jika tidak, apa yang kita capai selama ini dalam amal yang tersembunyi akan hilang sebagian dan tak akan kokoh; dan kita akan bertanggung jawab.’
Saudaraku , kita harus selalu waspada bahwa riya’ dan sum'ah dapat merusak keikhlasan. Karena itulah, secara berkala, kitaharus memeriksa niat dan membisikkan setiap kata, melakukan setiap tindakan murni hanya untuk menggapai ridha Allah.
Wallahu a'lam.
sumber : dari beberapa sumber bacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar