Firman Allah Ta’ala yang artinya, “ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas “, (Qs Azzumar : 10).
Sabar adalah ridha menerima ketetepan Allah. Yaitu orang yang ridha adalah tidak mengharapkan yang melebihi kedudukannya.
Nabi Daud as pernah berkata kepada Sulaiman as,” Ketakwaan seorang mukmin bisa dilihat dari tiga indikasi , (1) bagus tawakalnya menyangkut apa yang belum diperolehnya , (2) bagus ridhanya terhadap apa yang sudah diterimanya, (3) dan bagus sabarnya terhadap apa yang luput darinya”.
Sabar itu ada dua jenis,
Dalam sabar kondisi ini , disebut sebagai :
- Iffah, bila dilakukan dalam menghadapi nafsu perut dan kemaluan.
- Sabar , bila dia dilakukan terhadap musibah. Kebalikannya adalah jaza’ atau hala’ yaitu sikap berkeluh kesah terhadap sesuatu yang dirasakan kurang menyenangkan baginya.
- dhabtun nafsi , atau pengendalian diri, yang merupakan ketahanan terhadap harta kekayaan. Kebalikannya disebtu sebagai bathar atau bersikap congkak.
- Jika sabar itu berkaitan dengan pertempuran , maka ia disebut syaj’ah (berani), kebalikannya adalah jabn (pengecut).
- Hilm atau penyantun, jika sabar itu berkait dengan meredam kemarahan atau emosi. Kebalikannya adalah Tadzammur (suka menggerutu).
- Sa’atush shadri (lapang dada), jika sabar itu terkait dengan waktu yang menjemukan, kebalikannya adalah adh dhajru (bosan), Tabarrum (jemu), dhiqush shadri (sempit dada).
- Kitmanus sirri (menyimpan rahasia), jika sabar itu berkaitan dengan penyembunyian perkataan , sedangkan pelakuknya disebut sebagai Kartum (orang yang pandai menyimpan rahasia).
- Zuhud , jika sabar itu dikaitkan dengan kehidupan yang berkelebihan). Kebalikannya adalah Hirsh (tamak akan dunia).
- Qana’ah atau nrimo , jika sabar dalam menerima bagian yang sedikit, kebalikannya adalah syarah (rakus).
Seluruh klasifikasi ini , terhimpun oleh Allah SWT menjadi satu yang disebut-Nya dengan nama sabar. Firman Allah SWT yang artinya ,” Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan (yaitu dalam musibah), penderitaan (yaitu kemiskinan) dan dalam pertempuran. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) ; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa “. (Qs. Al-Baqarah : 177).
Sebenarnya inilah pembagian sabar menurut perbedaan apa yang terkait dengannya. Orang yang mengambil makna dari nama-nama akan menyangka bahwa kondisi-kondisi diatas, hakikat dan substansinya berbeda, karena ia melihat perbedaan nama-namanya.
Akan tetapi , orang yang menempuh jalan lurus dan memandang dengan cahaya Allah, akan menemukan makna-makna lebih dahulu, memahami hakikat-hakikatnya, kemudian baru memperhatikan nama-nama, karena nama-nama itu dibuat untuk menunjukkan makna-makna.
Jadi yang pokok adalah makna-makna, sedangkan kata-kata yang digunakan untuk memberi nama adalah tambahan pengetahuan saja (embel-embel saja).
Allahu a’lam
Sumber : Idrus H Alkaf, Mengungkap rahasia sabar dan syukur, terjemahan dari Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al Ghazali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar