Rutinitas membaca koran dst seakan menjadi sesuatu yg
tak bisa ditinggalkan. Media ini hampir
selalu tersedia di rumah, kantor, warung bahkan ada
yg menyempatkan diri membacanya di toilet. Namun apakah semangat seperti itu
juga tertuju untuk membaca bacaan paling mulia yaitu Kitabullah Al-Qur’an ?
Sa’id Hawa dlm Mudzakkirat fi Manazil
Al-Shiddiqin wa Al-Rabbaniyyin ,
menyatakan bhw, Rasulullah pernah bersabda, yg artinya ,” Allah Yang Maha
Tinggi berfirman, ” Barang siapa disibukkan oleh bacaan Al-Qur’an dari meminta
kepada-Ku, maka Aku akan memberinya sesuatu yg lebih utama dari apa yang Aku
berikan kpd orang-orang yg meminta”. Hr. Al-Tirmidzi , ia menilai hadits ini
gharib juga dalam al-Targhib 2/246, Abu Sa’d memarfu’kannya).
Telah diketahui bahwa doa adl
ibadah. Sedangkan membaca Al-Qur’an
menjadikan seseorang diberi karunia yg lebih utama daripada apa yg dikaruniakan
kpd orang-orang yg memohon, mk hal ini menunjukkan bhw tiada sesuatu yg lebih
tinggi daripada membaca Al-Qur’an. Tentu membaca disini berarti juga mengkaji
isi bacaan tsb.
Sungguh Allah Azza wa Jalla
telah menyediakan bacaan terbaik bagi orang-orang yang beriman. Bacaan yang
sangat berkualitas, berisi hidayah yang menunjukkan hal-hal terbaik bagi
mereka. Membacanya adalah ibadah yang berbuah pahala, bahkan pada setiap huruf
dihitung satu pahala. Setiap orang akan
paham bahwa seluruh isi Al-Qur’an adalah kebaikan , tidak ada satu pun sisi negatif
disana.
Sedangkan berita media, kita juga mengetahui bahwa lebih banyak atau
bahkan mayoritas membahas hal-hal yang
negatif. Hal-hal negatif ini akan menyebabkan pikiran kita menjadi pikiran
negatif cepat atau lambat akan merusak hidup kita, mengganggu kesehatan kita
dan akan menjauhkan sukacita dari kehidupan kita.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim adalah satu huruf, tetapi alif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf"
Al-Qur'an adalah bacaan yang tidak ada kebohongan dan kebatilan di dalamnya, dari depan maupun dari belakang. Sebuah bacaan yang akan mendatangkan ketenangan jiwa dan kekhusyukan hati. Itulah al-Qur’anul Karim, Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya yang terakhir, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dari ‘Uqbah bin Amir , dia memarfu’kan, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Siapa diantara kalian yang suka berangkat pagi ke Baththan ’Aqiq dan kembali darinya dengan membawa dua untu yang memikul barang berharga tanpa berdosa dan tanpa memutus silaturahmi?”
Sahabat menjawab,’
Wahai Rasulullah , kami menyukai itu’.
Beliau bersabda, yang
artinya ,”Apakah kalian tidak berangkat ke masjid di pagi hari dan membaca dua ayat
Al-Qur’an itu lebih baik bagi kalian, daripada dua ekor unta”.
“ dan tiga ayat itu lebih
baik daripada tiga ekor unta, dan empat ayat itu, lebib baik daripada empat
ekor untua, demikian seterusnya”. Hr. Abu Dawud dan Muslim , redaksi milik
Muslim).
Bahkan Allah berfirman : yang artinya "Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri". (Qs. Fathir: 29-30)
Dan Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan kita supaya membacanya dengan tartil dan sungguh-sungguh.
Dan Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan kita supaya membacanya dengan tartil dan sungguh-sungguh.
Sebagaimana firman-Nya, yang
artinya ,” Dan bacalah al-Qur'ân itu dengan tartil (perlahan-lahan)". (Qs.
al-Muzammil :4).
Sebagaimana firman-Nya, yang
artinya ,” Orang-orang yang telah Kami berikan al kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenar-benarnya". (Qs. al-Baqarah :121).
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga sangat menganjurkan kita untuk senantiasa membaca, mentadabburi, mempelajari, mengajarkan dan memperhatikannya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,” Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur'ân dan mengajarkannya".
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,” Orang yang mahir membaca al-Qur'ân akan bersama rombongan Malaikat yang mulia lagi terpuji. Dan orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapatkan dua pahala".
Disamping itu, al-Qur'an juga akan menjadi pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,” Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi pembacanya".
Setiap kali membaca al-Qur'ân, seorang Mukmin akan naik derajatnya satu tingkatan. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,” Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat seraya berkata, “Wahai Rabbku, hiasilah ia (penghafal al-Qur’ân).” Maka iapun dipakaikan mahkota kemuliaan. Lalu al-Qur'ân berkata, “Wahai Rabbku, tambahkanlah untuknya.” Maka iapun dipakaikan jubah kemuliaan. Lalu al-Qur'ân berkata, “Wahai Rabbku, ridhailah ia.” Maka Allâh pun meridhainya. Kemudian dikatakan kepadanya (penghafal al-Qur’an), “Bacalah dan naiklah, untuk tiap-tiap ayat akan ditambahkan bagimu satu pahala.".
Dan masih banyak lagi keutamaan yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang keutamaan membaca al-Qur'an. Lalu pantaskah kita ganti yang lebih utama ini dengan sesuatu yang rendah dan lebih banyak keburukannya ?
Bukankah menyibukkan diri dengan tilâwah al-Qur'an dan menghafalnya lebih utama daripada menyibukkan diri membaca koran ?
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga sangat menganjurkan kita untuk senantiasa membaca, mentadabburi, mempelajari, mengajarkan dan memperhatikannya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,” Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur'ân dan mengajarkannya".
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,” Orang yang mahir membaca al-Qur'ân akan bersama rombongan Malaikat yang mulia lagi terpuji. Dan orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapatkan dua pahala".
Disamping itu, al-Qur'an juga akan menjadi pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,” Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi pembacanya".
Setiap kali membaca al-Qur'ân, seorang Mukmin akan naik derajatnya satu tingkatan. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,” Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat seraya berkata, “Wahai Rabbku, hiasilah ia (penghafal al-Qur’ân).” Maka iapun dipakaikan mahkota kemuliaan. Lalu al-Qur'ân berkata, “Wahai Rabbku, tambahkanlah untuknya.” Maka iapun dipakaikan jubah kemuliaan. Lalu al-Qur'ân berkata, “Wahai Rabbku, ridhailah ia.” Maka Allâh pun meridhainya. Kemudian dikatakan kepadanya (penghafal al-Qur’an), “Bacalah dan naiklah, untuk tiap-tiap ayat akan ditambahkan bagimu satu pahala.".
Dan masih banyak lagi keutamaan yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang keutamaan membaca al-Qur'an. Lalu pantaskah kita ganti yang lebih utama ini dengan sesuatu yang rendah dan lebih banyak keburukannya ?
Bukankah menyibukkan diri dengan tilâwah al-Qur'an dan menghafalnya lebih utama daripada menyibukkan diri membaca koran ?
·
Janganlah kita menomorduakan mengkaji al-Qur'an dan justru lebih banyak menelaah majalah, koran
dan tabloid.
·
Janganlah kita penuhi pikiran kita
dengan mengkonsumsi berita-berita
negatif dari media.
Ini merupakan bahaya besar yang dapat menerkam setiap orang jahil yang tidak punya
Ini merupakan bahaya besar yang dapat menerkam setiap orang jahil yang tidak punya
·
Janganlah mengikuti pendapat sebagian
orang yang menyatakan bahwa sumber keilmuan atau orang yang merasa berilmu adalah berasal dari kesibukannya membaca koran
sehingga mengetahui fiqhul waqi’,
mengetahui perkembangan terkini. Ini sungguh pendapat yang memyesatkan.
Abu Nu'aim rahimahullah meriwayatkan dalam kitab al-Hilyah dengan sanadnya dari seorang lelaki dari Bani Asyja' ia berkata, "Orang-orang mendengar berita kedatangan Salman al-Farisi di masjid. Merekapun ramai-ramai mendatangi beliau dan berkumpul di hadapannya, jumlah yang hadir ketika itu mencapai ribuan orang.
Ia melanjutkan, "Salman pun bangkit dan berkata, "Duduklah, duduklah! Setelah semua hadirin duduk, beliau Radhiyallahu 'anhu membuka majelis dengan membacakan surat Yusuf. Seketika saja mereka bubar dan meninggalkan majelis hingga hanya sekitar seratusan saja yang tersisa. Melihat itu Salman ra, sehingga beliau berkata, "Apakah kata-kata manis penuh tipuan yang kalian inginkan ? Aku bacakan ayat-ayat Allah kepada kalian lalu kalian bubar?!"
Saudaraku, kitab suci Al-Qur’an
adalah jalan hidup bagi orang beriman. Sebagai kalamullah, Al-Qur’an memiliki
otoritas tertinggi sebagai dasar penentuan hukum dan tatacara berperilaku
sehari-hari. Didalamnya termuat seluruh
kebenaran yangmengatur segala aspek kehidupan manusia. Al-Qur’an adalah
buku panduan kehidupan yang dikeluarkan oleh Sang Maha Kreator , Allah.
Allahu a’lam
sumber bacaan : majalah As-Sunnah Edisi, 04-05/Tahun XIV, Mudzakkirat fi Manazil Al-Shiddiqin wa Al-Rabbaniyyin, Ibn Qayyim dam Thibbun Nabawi,
sumber bacaan : majalah As-Sunnah Edisi, 04-05/Tahun XIV, Mudzakkirat fi Manazil Al-Shiddiqin wa Al-Rabbaniyyin, Ibn Qayyim dam Thibbun Nabawi,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar