Firman-Nya , yg artinya ,” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. al-Anfaal : 27).
Ada tiga hal dalam amanah :
a. Amanah dalam menunaikan hak Allah SWT,
seperti mentauhidkan Allah dengan ibadah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan tersebut dilakukan semata-mata mengharap ridha Allah, baik dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan. Dan ini adalah amanah kubra, bentuk amanah yang wajib ditunaikan setiap hamba Allah. Karena dari amanah ini akan muncul amanah-amanah yang lain.
b. Amanah terhadap nikmat dan anugerah Allah SWT,
seperti panca indera, harta , jabatan, keluarga dst. Maka sudah menjadi kewajiban setiap hamba untuk mempergunakan semua nikmat tersebut untuk merealisasikan tujuan Allah dalam menciptakannya didunia, yaitu beribadah kepada-Nya.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ,” Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. “, (Qs. Adz-Dzariyat : 56).
Disaat seorang hamba mempergunakan semua nikmat dan anugerah Allah SWT untuk tujuan mendekatkan diri kepada-Nya (dalam makna yang luas) , maka ketika itu sesungguhnya ia benar-benar telah memelihara amanah dan memnunaikan sebagaimana mestinya. Jika seorang hamba menjaha amanah , maka sesungguhnya Allah pun akan akan menjaganya dan memelihara nikmat-nikmat tersebut bahkan akan melipatgandakan.
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya,” Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah , niscaya engkau mendapati Allah selalu dihadapanmu (membantumu/ menolongmu),” (Hr. At Tirmidzi ,2706, ia berkata ini hasan shahih).
c. Amanah dalam menunaikan atau menyampaikan hak manusia,
seperti titipan barang, harta, rahasia, kehormatan, anak, keluarga dst.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ,” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, .. “(Qs. An-Nisa’ : 58).
Ibnu Katsir berkata dalam tafsir ayat ini, “Allah Ta’ala memberitakan bahwasanya Dia memerintahkan untuk menunaikan amanah-amanah kepada ahlinya.
Di dalam hadits yang hasan dari
Samurah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya,
“ Tunaikan amanah kepada orang yang
memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu menghianati orang yang
mengkhianatimu” (Hr Imam Ahmad dan Ahlussunnan]
Dan ini mencakup semua bentuk amanah-amanah yang wajib atas manusia mulai dari
hak-hak Allah Azza wa Jalla, sampai kepada hak-hak sesama hamba,
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya,” Jika kamu dalam perjalanan (dan bermua-malah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyem-bunyikan persaksian. Dan barangsiapa yg menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yg berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Baqarah : 283).
Seorang hamba akan menjadi mulia dan bermartabat kehidupannya bila ia tegak dalam menjalankan amanahnya dan tadhhiyah (mau berkorban). Al-Qur’an telah menegaskan kepada manusia agar tidak berkhianat terhadap amanah yang ia emban. Meninggalkan atau mengkhianati amanat yang telah diemban, maka akan menimbulkan keburukan. Merebaknya maksiat dan kejahatan adalah karena telah melakukan diabaikannya amanat atau telah berkhianat terhadap amanat yang diemban.
Prof. Wahbah Az-Zuhaili dalam At Tafsir Al Munir, IX,297, bahwa Penyebab khianat menurut sebagian ulama adalah ta’thiil faraaidh ad din ( menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban agama), mengabaikan hukum-hukumnya, menyia-nyiakan hak-hak orang lain.
Secara individu dikatakan bahwa mengabaikan amanat akan merusak keimanan orang tsb , karena khianat terhadap amanat akan menumbuhkan sifat-sifat munafik.
Sebagaimana riwayat Anas bin Malik ra, bahwa ia berkata Nabi tidak pernah menceramahi kami kecuali beliau bersabda, yang artinya ,” Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menempati janji,” (Hr. Ahmad, 13543 ,12718 ,12903 ,13903).
Mengabaikan
bahkan menyia-nyiakan amanah, memiliki
implikasi buruk pada keadaan seseorang dan dapat menjadi sebab utama kerusakan
masyarakat.
Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tanda orang munafik itu ada tiga , apabila ia berbicara ia berdusta, apabila ia berjanji ia melanggarnya, apabila diamanahi (diberi amanah) ia khianat “, (Muttafaqun ‘Alaih , Hr Bukhari , 33 , Muslim, 107).
Dalam riwayat lain ada tambahan, “ Meskipun ia puasa, shalat dan mengaku bahwa ia muslim “, (Hr Muslim, 222).
Dalam suatu riwayat , bahwa Umar bin Khaththab ra berkata, ketika perang khaibar datanglah sekelompok orang dari sahabat Nabi SAW berteriak ,’ Fulan telah (mati) syahid, Fulan telah syahid, hingga mereka melewati seseorang lalau berkata ,’Fulan telah syahid’.
Dalam saat itu Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya aku melihat orang itu ada di neraka disebabkan sebuah baju jubah yang dikorupsinya,” (Hr. Muslim, 323).
Dalam suatu riwayat , di zaman Rasulullah saw ada seorang penggembala. Melihat keluhuran budi pekerti Rasulullah saw dan keagungan akhlak beliau, akhirnya penggembala itu masuk Islam tanpa sepengetahuan majikannya. Setelah ia mengikrarkan keislamannya, ia pun mengajukan usul yang menurutnya akan menguntungkan kaum muslimin. Iapun berniat untuk dapat memberikan kontribusi bagi kaum muslimin.
Penggembala
itupun berkata kepada Rasulullah saw, "Saya
adalah penggembala yang mengurus ratusan domba kepunyaan orang musyrik yang
membenci dan memusuhi risalahmu."
"Lalu?" Rasulullah saw. meminta penjelasan lebih lanjut.
"Saya yakin umat Islam kini sedang membutuhkan dana untuk persiapan
peperangan," jelasnya lagi.
"Lalu?" tanya beliau lagi.
"Majikan saya belum tahu bahwa saya telah memeluk Islam.
Aku berpikir bagaimana kalau domba yang ia percayakan kepadaku diberikan untuk
kepentingan kaum muslimin sebagai tambahan modal untuk berperang melawan
mereka?"
Rasulullah saw tersenyum mendengar usul tersebut. Namun Beliau menolak dengan tegas namun halus atas usul itu , serta memberi nasihat kepada
penggembala itu, "Seorang muslim haruslah bersikap amanah. Jadi, kau harus
melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadamu. Artinya, kau harus mengembalikan
seluruh domba kepada pemiliknya dalam jumlah dan kondisi yang sama tidak kurang
suatu apa pun."
Saudaraku,
diantara bentuk ketakwaan seorang hamba kepada Allah adalah dengan menjalankan dan menjaga amanah
yang dipikulnya. Baik amanah yang berkaitan dengan kewajiban kepada Allah ,
maupun yang berkaitan dengan kewajiban kepada sesama manusia. Sehingga
seseorang perlu memahami bahwa amanah itu sangat luas cakupannya. Dan amanah
yang diemban oleh setiap orang tidak selalu sama dengan yang lainnya. Namun
semuanya akan dipertanggungjawabannya di hadapan Allah , atas pelaksanaan amanah yang dipikulnya. Siapa
yang memiliki kesempurnaan sifatamanah , maka ia telah menyempurnakan agamanya,
dan siapa yang tidak memilikinya maka ia telah membuang agamanya,
Sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis yang hasan, bersabda, yang
artinya , “Berilah jaminan kepadaku enam perkara, niscaya aku jamin bagi kalian
surga; apabila salah seorang kalian berbicara maka jangan berdusta, apabila
berjanji jangan mengingkari, apabila diberiamanah jangan berkhianat, dan tundukkanlah pandangan
kalian, peliharalah kemaluan kalian serta jagalah tangan-tangan kalian.” (Hr. Ahmad).
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ketika
Nabi di suatu majelis berbicara kepada orang-orang, datanglah seorang Arab
badui lantas berkata. ‘Kapan terjadinya Kiamat? Rasulullah terus berbicara,
sebagian orang berkata, ‘Beliau mendengar apa yang dikatakannya dan beliau
membencinya’, sebagian lain mengatakan, ‘Bahkan ia tidak mendengar’, sehingga
tatkala beliau menyelesaikan pembicaraannya beliau berkata, ‘Mana orang yang
bertanya tentang hari Kiamat?’ Ia berkata, ‘Ini aku wahai Rasulullah’, Rasul
bersaba, ‘Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari Kiamat’. Ia
bertanya lagi, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Beliau menjawab, ‘Apabila
diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah hari Kiamat” (Hr. Diriwayatkan
Al-Bukhari)
Dari Abu Hurairah, ia berkata, ‘Rasulullah telah bersabda, “Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu” (Hr. Abu Dawud 3535 dan At-Tirmidzi 1264, ia berkata, “ini adalah hadits hasan gharib”. Lihat, As-Silsilah Ash-Shahihah oleh Al-Albani 424)
Setiap kita mendapat amanah yang dititipkan , kita wajib menunaikannya sebagaimana mestinya dan jangan berkhianat walaupun orang lain mengkhianati kita.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, ‘Rasulullah telah bersabda, “Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu” (Hr. Abu Dawud 3535 dan At-Tirmidzi 1264, ia berkata, “ini adalah hadits hasan gharib”. Lihat, As-Silsilah Ash-Shahihah oleh Al-Albani 424)
Setiap kita mendapat amanah yang dititipkan , kita wajib menunaikannya sebagaimana mestinya dan jangan berkhianat walaupun orang lain mengkhianati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar