Firman Allah, yang artinya ,” Dan hamba-hamba Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati ,” (Al-Furqan : 63).
Dalam shahih Muslim , diriwayatkan dari Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya ada kesombongan meskipun seberat zarrah ,” .
Kebalikan dari kesombongan adalah tawadhu. Dinamakan tawadhu bila seorang hamba mau menerima kebenaran dari orang yang disukainya maupun dari orang yang dibencinya,dia menerima kebenaran dari musuhnya seperti dia menerima kebenaran dari orang yang dihormatinya.
Ibnu timiyah mengatakan, bhw takabur lebih jahat dari syirik, karena merasa dirinya hebat untuk beribadah kepada Allah, sedang musyrik masih mau beribadah kepada Allah dan kepada selain-Nya.
Dalam Manazilus Sa’irin , tawadhu adalah jika hamba tunduk kepada kekuasaan Allah, menerima kekuasaan Allah dengan penuh ketundukan, kepatuhan serta masuk kedalam penghambaan kepada-Nya, menjadikan Allah sebagai penguasanya.
Saudaraku, kerendahan hati menunjukkan sikap lemah lembut bagi orang-orang mukmin, dan tidak diartikan sebagai merendahkan diri yang menjadikan pelakunya menjadi hina. Lemah lembut ini merupakan cerminan sebagai hmaba yang penurut. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah, yang a artinya ,” Orang mukmin itu seperti onta yang penurut, sedangkan orang munafik dan fasik itu hina. Empat hal yang menempel pada diri orang hina , yaitu pendusta, pengadu domba, bakhil dan semena-mena”.
Rasulullah sendiri mencotohkan sikap tawadhu kepada siapapun. Jika beliau melewati sekumpulan anak-anak kecil, maka beliau mengucapkan salam kepada mereka. Jika beliau dirumah, maka beliaumengerjakan tugas-tugas keluarganya. Beliau biasa menjahit sandalnya, menambal pakaian, memerah susu untuk keluarganya, member makan onta,makan bersama pelayan,berjalan bersama para janda miskin dan anak-anak yatim, selau mengucapkan salam terlebih dahulu,memenuhi undangan siapapun yang mengundangnya sekalipun untuk keperluan yang sangat ringan. Wajahnya yang selalu berseri dan masih banyak akhlak terpuji beliau yang seharusnya kita tiru.
Al Fudahil Iyadh berkata tentang makna tawadhu, bahwa ia artinya tunduk kepada kebenaran dan patuh kepadanya serta mau menerima kebenaran itu dari siapa pun yang mengucapkannya.
Ada pendapat lainnya, bawha tawadhu’ berarti tidak melihat dirinya sendiri memiliki nilai, siapa yang melihat dirinya memiliki nilai berarti tidak memiliki tawadhu’.
Saudaraku, dosa pertama yang menjadi kedurhakaan terhadap Allah adalah dua macam, yaitu
a. Takabur, sifat ini merupakan dosa iblis yang terlaknat.
b. Ambisi dan syahwat , ini adalah dosa bapak manusia ,Adam as.
Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah, yang artinya ,” Takabur itu penolakan terhadap kebenaran dan penghinaan terhadap manusia”.
Saudaraku, apa yang kita banggakan dari diri kita bila dibandingkan dengan luasnya alam semesta ciptaan Allah. Sungguh kecil tiada berarti kita ini.
Allahu a’lam
Sumber : Madarijus Salikin, pendakian menujua Allah, Ibn Qayyim AJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar