Saudaraku, kita bisa simak bagaimana bersihnya hati sahabat (Saad bin abi Waqas) sehingga ia menjadi topik pembicaraan Rasulullah. Anas bin Malik, bercerita, bahwa suatu ketika kami sedang bermajelis mendengarkan Rasulullah. Tiba-tiba beliau bersabda ,” Sebentar lagi, akan lewat ditengah-tengah kalian seorang penghuni surga”. Tak lama kemudian lewatlah dihadapan para sahabat seorang sahabat anshar. Kejadian itu terus terjadi hingga tiga hari.
Sahabat Abdullah bin Umar , merasa penasaran dengan orang itu. Apa sih amalannya? Sehingga ia memutuskan untuk menyelidik dengan menginap di rumah sahabat Anshar tadi.
Akhirnya Abdullah bin Umar , mendesak untuk bertanya tentang amalan apa yang menjadi unggulannya.Sahabat anshar menjawab,’saya tidak mempunyai kelebihan apa-apa selain yang engkau lihat. Hanya saja , tidak ada dalam hatiku rasa dendam dan tidak punya rasa iri terhadap sesuatu yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang lain’.
Hati yang bersih adalah hati yang bebas dari kotorang rasa dengki. Dimana kedengkian itu bermuara dari hubbud dunya (cinta berlebihan terhadap dunia). Bisa berupa tahta, atau ta’azzuz (merasa diri lebih terhormat). Ia akan merasa keberatan bila ada orang lain yang lebih dihormati atau lebih berprestasi darinya.
Kebersihan hati, juga diceritakan Allah dalam firman-Nya yang artinya ,” Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan, “ (Qs. Al-Hasyr : 9).
Para ahli tafsir menafsirkan ayat ini, dengan menjelaskan bahwa tidak terdapat iri dan dengki atas nikmat allah yang telah diberikan kepada kaum Muhajirin, berupa kedudukan, tingkatan dan penyebutan yang mendahulukan Muhajirin daripada penyebutan Anshar.
Rasulullah bersabda, yang artinya ,”Hindarilah oleh kalian hasad, karena hasad bisa memakan kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar , “ (Hr Abu Dawud).
Saudaraku, akibat dari kedengkian sungguh semakin parah ketika dia berambisi untuk melampiaskan kedengkiannya. Makin kuat kedengkian dan ambisi untuk melampiaskan maka makin besar bahaya dan dosa yang ditimbulkan.
Dosa pertama kali yang disandang iblis adalah karena kedengkian. Ia menganggap dirinya lebih layak mendapat penghormatan daripada Adam. Sehingga, iblis berani membangkang dari perintah Allah. Kedengkian iblis menyebabkan dirinya menjadi makhluk yang sangat hina dan terkutuk .
Dalam beberapa sumber bacaan, dengki dimasukkan dalam kategori al akhlaq al madzmumah, akhlak yang tercela. Motivasi yang timbul dari rasa dengki umumnya berbuah pada motivasi yang buruk dan pelampiasannya adalah kedzaliman.
Saudaraku, mari kita jauhi kedengkian. Karena seorang hamba yang sedang dilanda iri dengki, maka hatinya akan selalu risau dan larut dalam kebencian. Iri akan membuat mata menjadi gelap dan selalu memandang dengan su’udzan. Kebencian bisa juga ditularkan kepada orang lain.
Seorang ahli hikmah menyatakan bahwa orang yang iri ibarat sedang menantang Allah kenapa ? ;
1. Karena ia membenci nikmat-Nya yang diberikan kepada orang lain.
2. Karena merasa bahwa allah tidak adil dalam membagi karunia,
3. Karena dia menganggap bahwa Allah bakhil terhadap dirinya,
4. Karena ia menganggap hina hamba Allah yang lain dan menyanjung dirinya sendiri.
Saudaraku , tidak semua nikmat (menurut sudut pandang kita) dapat membuat seorang hamba bersyukur. Ada hamba yang lebih baik miskin daripada kaya. Sebab justru kemiskinan itu dapat membuatnya bersyukur. Kita ingat kisah Qarun, dia beriman saat dia miskin, namun ketika dia dikaruniai Allah nikmat kaya. Kekayaannya justru menjerumuskannnya kedalam lembah kehinaan.
Allahu a’lam
Sumber : abu Umar Abdillah, Ar-Risalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar