Ketiga hal ini adalah salah satu penyebab kesempitan hati kita. Rasulullah saw selalu memohon perlindungan kepada Allah dari delapan penyakit yang berpasang-pasangan. Termasuk kesedihan dan kecemasan. Sedih seakan kerikil tajam yang menggerus keimanan. Tidak sebagai penguat iman dan bukan pula energi bagi orang yang berjuang meniti jalan meuju Allah. Maka Allah tidak memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan itu.
Saudaraku, ayat-ayat yang menerangkan larangan untuk bersedih dan cemas terbilang banyak. Allah tidak pernah memerintahkan setiap perbuatan yang tiada memberi manfaat.Mengapa dilarang?
Karena rasa sedih dan cemas, sama sekali tidak memberikan manfaat ataupun menolak mudharat.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Janganlah kamu bersikap lemah , dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajadnya), jika kamu orang-orang yang beriman,” (Qs. Ali-‘imran : 139).
Sebagaimana firman Allah, yang artinya, “………, di waktu dia (Muhammad) berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita (bersedih) , sesungguhnya Allah beserta kita." (Qs. At-taubah : 40).
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Janganlah kamu bersedih dengan perkataan mereka ,” (Qs. Yunus : 65).
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” (Kami jelaskan apa yang demikian itu) supaya kamu jangan bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu “, (Qs. Al-Hadid : 23).
Rasulullah pun berdoa , yang artinya ,”Ya Allah, hamba berlindung pada-Mu dari kecemasan, kesedihan, lemah jiwa, kemalasan, kebodohan, kikir, banyak hutang dan dari genggaman orang lain “ (Sahhih Bukhari).2.
Saudaraku, rasa sedih-cemas bisa muncul pada saat kita lalai dari kewajiban kita kepada Allah. Atau kurang optimal dalam beribadah kepada Rabb kita. Bisa juga berlebihan dalam melakukan kesalahan, maksiat atau menyia-nyiakan waktu. Kondisi ini terpantau apabila sehatnya iman dalam hati. Jika hati kita sakit, maka tentu tidak menyadari penyakit yang menjangkiti diri. Ini merupakan rasa cemas dan sedih yang timbul sebagai ujian ketaatan kita dalam beragama.
Berkat kesedihan dan kecemasan jenis ini, maka dosa-dosa dan kesalahan akan berguguran. Sebagaimana sabda Rasulullah, yang artinya ,” Tidaklah seorang mukmin dilanda keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, rasa sakit dan kegalauan , (bahkan) sampai duri yang menusuknya, melainkan allah akan mengampuni sebagian dari kesalahan dan dosa dengan semua yang melandanya (itu) “, (Abu Sa’is dan Abu Hurairah ra)..3.
Saudaraku,kesedihan dan kecemasan juga dapat timbul karena ujian dunia. Misalnya takut miskin, kematian, kelaparan, usaha seret dan persoalan dunia lainnya. Apabila hal itu menimpa seorang hamba, maka ini sama sekali tidak menghapuskan dosa dan kesalahannya, kecuali bagi hamba-hamba yang bersabar.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadmu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan’inna lillahi wa inna ilaihi raji’un ,” (Qs. Al-Baqarah : 155-156).
Sebagaimana riwayat oleh Abu Yahya Shuhaib ibn Sinan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” sungguh sangat menakjubkan bagi seorang hamba mukmin. Seluruh uruan membawa kebikan b aginya. Dan hal ini tidak dirasakan kecuali bagi hamba mukmin. Jika ia mendapat kebahagiaan , ia bersyukur. Dan ini lebih baik bagi dirinya. Dan jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar. Dan ini lebih baik bagi dirinya, “ .(Hr Muslim)4.
Saudaraku, dengan sabar dan mengharap karunia Allah dengan mengingat-Nya, hati menjadi lapang, karena ujian adalah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Kesedihan dan kecemasan adalah beban berat yang harus dipikul hamba Alllah yang meniti jalan Illahi. 5.
Allahu a'lam
Sumber : Adh Dhiq, abdullah ibn Husain ibn ahmad syuqail
Sebagaimana riwayat oleh Abu Yahya Shuhaib ibn Sinan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” sungguh sangat menakjubkan bagi seorang hamba mukmin. Seluruh uruan membawa kebikan b aginya. Dan hal ini tidak dirasakan kecuali bagi hamba mukmin. Jika ia mendapat kebahagiaan , ia bersyukur. Dan ini lebih baik bagi dirinya. Dan jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar. Dan ini lebih baik bagi dirinya, “ .(Hr Muslim)4.
Saudaraku, dengan sabar dan mengharap karunia Allah dengan mengingat-Nya, hati menjadi lapang, karena ujian adalah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Kesedihan dan kecemasan adalah beban berat yang harus dipikul hamba Alllah yang meniti jalan Illahi. 5.
Allahu a'lam
Sumber : Adh Dhiq, abdullah ibn Husain ibn ahmad syuqail
Catatan :
- 1. Ibn al Qayyim dalam al-Fawaid , 36
- 2. Hr Bukhari dari Anas Ibn Malik ra, Jihad wa as-sair jilid 3/1059
- 3. Hr Muttafaq ‘alaih (Bukhari, j.IV/1807, Al-Mardha bab Ma fa’a fi kaffarah al-maradh, dan Muslim j.IV/1993, al-Birr wa ash Shillah wa al-Adab, bab tsawah al-mu’min fi ma yushibubu min maradhin au nahwu dzalika hatta asy syaukah yusyakuba).
- 4. Hr Muslim j.4/2295, az-Zuhd wa ar-raqa’iq bab al-mu’min amruhu kulluhu khairun
- 5. Ibn Qayyim, zad al ma’ad fi hadyi khair al ‘ibad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar