Rasa lapar akan membuat seseorang mempersiapkan diri untuk membenahi posisinya sehingga ketika makanan tiba ia tinggal menikmatinya. Kesulitan yang kita alami ini, sebelum datangnya kemudahan bagaikan datangnya rasa lapar sebelum datangnya makanan. Bagaikan menahan lapar dan haus saat puasa sambil menunggu datangnya saat berbuka. Dimana saat berbuka pasti datang.
Benarlah bila dikatakan apa yang kita sukai saat ini belum tentu baik untuk masa depan. Umumnya manusia membagi peristiwa yang menimpanya menjadi dua kelompok besar, yaitu peristiwa baik dan peristiwa buruk. Pembagian ini juga bergantung pada susut pandang orang itu berdasar budaya, lingkungan atau keyakinan yang dianut.
Memang seringkali kita memandang atau menganalisa terlalu cepat sebuah situasi persoalan yang menimpa. Sehingga ada perasaan menyalahkan pihak lain sebagai penyebab kemalangan kita.
Bahkan sering kita mempertanyakan kepada Tuhan.
Dan mengeluh ‘ “Ya Allah , ya Tuhan-ku kenapa hal ini bisa terjadi pada saya ? “
“Saya ini orang yang taat menjalankan perintah-Mu, tetapi kenapa hal ini menimpa padaku ?”
Apakah anda berpikir , semakin anda taat , anda dijamin akan tidak kena musibah ?
Firman Allah , “ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya ; “Bilakah datangnya pertolongan Allah ?” Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Qs. Al-Baqarah : 214).
Kita disini mencoba memandang kondisi ini dari kaidah Islam . Yang menjadi patokan keyakinan kita adalah bahwa hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita.
Dari hadits riwayat Bukhari ,
bahwa Saad Bin Waqqash berkata, “ Aku pernah bertanya ,” Wahai Rasulullah ! Siapakah orang yang paling berat cobaanya ?”
Beliau menjawab ,” Para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berturut-turut menurut tingkat keshalihannya . Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankannya cobaan baginya . Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun”.
Kata Imam Junaid Al Baghdadi, bahwa ,’ Bencana merupakan penerang bagi orang-orang bijak, gerakan kebangkitan bagi orang-orang yang mencari ridha Allah , kebajikan buat orang yang mukmin (beriman), dan kebinasaan bagi orang-orang yang lalai (lupa akan Dzat-Nya). Bukankah tak ada seorang mukmin-pun yang mampu merasakan manisnya iman kecuali dia memperoleh timpahan bencana, keudian ia ridha dan bersabar ,’ (Imam Ghazali , Mukasyafatul Qulub),
Manusia hanya bisa melihat tampilan luar suatu peristiwa dan hanya mampu bersandar pada kemapuan inderanya. Allah menyatakan kepada kita bahwa suatu peristiwa yang dianggap baik oleh manusia, pada suatu saat terbukti bahwa sebenarnya merugikan manusia itu sendiri.
Firman Allah, “ Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu , Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui “. (Qs. Al-Baqarah : 216).
Dengan meyakini hal ini, kita akan memiliki pandangan lebih luas dan lebih baik. Kita akan merasa bersyukur atas segala yang terjadi pada diri kita. Akibatnya kita, akan berupaya untuk melihat kebaikan dalam segala sesuatu yang kita alami.
Dalam Mukasyafatul Qulub), Imam Ghazali menyatakan bahwa Rasulullah bersabda dengan membawa firman Allah Ta’ala, yang artinya ,” Tidak seorang hamba yang terkena musibah dan masih berpegang teguh kepada-Ku (Allah), kecuali Aku (Allah) akan memberikannya sebelum ia meminta. Dan tidak ada seorang hamba yang kena musibah , lalu ia bergantung kepada selain dari-Ku, kecuali Aku selalu menutup pintu-pintu langit ,”.
Sungguh beruntung bagi hamba-hamba beriman yang selalu bersyukur, sebagaimana diterangkan dalam Firman-Nya, yang artinya ,” Apakah Allah akan menjatuhkan siksa terhadap kamu bila kamu bersyukur dan beriman !” Dan Allah adalah Maha Mensyukuri * lagi Maha Mengetahui “, (Qs. An Nisa’ : 147).
*) Allah mensyukuri hamba-hamba-Nya ; memberi pahala terhadap amal-amal hamba-hamba-Nya, memaafkan kesalahannya dan menambah nikmat-Nya .
Allahu a’lam.
Sumber : Hendra Setiawan , Agar selalu ditolong Allah , .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar