Selasa, 28 Juli 2009
Bagai menunggu berbuka saat puasa
Benarlah bila dikatakan apa yang kita sukai saat ini belum tentu baik untuk masa depan. Umumnya manusia membagi peristiwa yang menimpanya menjadi dua kelompok besar, yaitu peristiwa baik dan peristiwa buruk. Pembagian ini juga bergantung pada susut pandang orang itu berdasar budaya, lingkungan atau keyakinan yang dianut.
Memang seringkali kita memandang atau menganalisa terlalu cepat sebuah situasi persoalan yang menimpa. Sehingga ada perasaan menyalahkan pihak lain sebagai penyebab kemalangan kita.
Bahkan sering kita mempertanyakan kepada Tuhan.
Dan mengeluh ‘ “Ya Allah , ya Tuhan-ku kenapa hal ini bisa terjadi pada saya ? “
“Saya ini orang yang taat menjalankan perintah-Mu, tetapi kenapa hal ini menimpa padaku ?”
Apakah anda berpikir , semakin anda taat , anda dijamin akan tidak kena musibah ?
Firman Allah , “ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya ; “Bilakah datangnya pertolongan Allah ?” Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Qs. Al-Baqarah : 214).
Kita disini mencoba memandang kondisi ini dari kaidah Islam . Yang menjadi patokan keyakinan kita adalah bahwa hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita.
Dari hadits riwayat Bukhari ,
bahwa Saad Bin Waqqash berkata, “ Aku pernah bertanya ,” Wahai Rasulullah ! Siapakah orang yang paling berat cobaanya ?”
Beliau menjawab ,” Para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berturut-turut menurut tingkat keshalihannya . Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankannya cobaan baginya . Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun”.
Kata Imam Junaid Al Baghdadi, bahwa ,’ Bencana merupakan penerang bagi orang-orang bijak, gerakan kebangkitan bagi orang-orang yang mencari ridha Allah , kebajikan buat orang yang mukmin (beriman), dan kebinasaan bagi orang-orang yang lalai (lupa akan Dzat-Nya). Bukankah tak ada seorang mukmin-pun yang mampu merasakan manisnya iman kecuali dia memperoleh timpahan bencana, keudian ia ridha dan bersabar ,’ (Imam Ghazali , Mukasyafatul Qulub),
Manusia hanya bisa melihat tampilan luar suatu peristiwa dan hanya mampu bersandar pada kemapuan inderanya. Allah menyatakan kepada kita bahwa suatu peristiwa yang dianggap baik oleh manusia, pada suatu saat terbukti bahwa sebenarnya merugikan manusia itu sendiri.
Firman Allah, “ Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu , Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui “. (Qs. Al-Baqarah : 216).
Dengan meyakini hal ini, kita akan memiliki pandangan lebih luas dan lebih baik. Kita akan merasa bersyukur atas segala yang terjadi pada diri kita. Akibatnya kita, akan berupaya untuk melihat kebaikan dalam segala sesuatu yang kita alami.
Dalam Mukasyafatul Qulub), Imam Ghazali menyatakan bahwa Rasulullah bersabda dengan membawa firman Allah Ta’ala, yang artinya ,” Tidak seorang hamba yang terkena musibah dan masih berpegang teguh kepada-Ku (Allah), kecuali Aku (Allah) akan memberikannya sebelum ia meminta. Dan tidak ada seorang hamba yang kena musibah , lalu ia bergantung kepada selain dari-Ku, kecuali Aku selalu menutup pintu-pintu langit ,”.
Sungguh beruntung bagi hamba-hamba beriman yang selalu bersyukur, sebagaimana diterangkan dalam Firman-Nya, yang artinya ,” Apakah Allah akan menjatuhkan siksa terhadap kamu bila kamu bersyukur dan beriman !” Dan Allah adalah Maha Mensyukuri * lagi Maha Mengetahui “, (Qs. An Nisa’ : 147).
*) Allah mensyukuri hamba-hamba-Nya ; memberi pahala terhadap amal-amal hamba-hamba-Nya, memaafkan kesalahannya dan menambah nikmat-Nya .
Allahu a’lam.
Sumber : Hendra Setiawan , Agar selalu ditolong Allah , .
Senin, 27 Juli 2009
Mencemaskan masa depan
Saudaraku, manusia tak mungkin menikmati ketentraman dan ketenangan sebelum merasa bahwa dirinya aman, percaya dan yakin terhadap sumber rizkinya. Dan menyakini bahwa tiada seorangpun yang bisa menjamin dan memberikan semua itu selain hanya Allah , Tuhan yang Maha Kaya.
Apakah melakukan perencanaan untuk masa depan, merupakan sesuatu yang buruk, atau merupakan bukti pengingkaran terhadap rasa tawakal ?
Keyakinan terhadap Allah ini merupakan rahasia keunggulan bagi hamba yang beriman. Dan inilah bentuk kepercayaan yang tulus kepada Allah dan tawakal seorang hamba kepada-Nya.
Rasulullah tak pernah sekalipun merasa cemas terhadap masa depan. Sebagaimana sabda Rasulullah, “ Andaikata aku memiliki emas sebanyak gunung Uhud, tak akan kubiarkan berada dalam genggamanku lebih dari tiga malam. Aku hanya mengambil sedikti darinya, untuk membayar hutang “, (Hr. Bukhari,6443).
Lalu apakah melakukan perencanaan untuk masa depan, merupakan sesuatu yang buruk, atau merupakan bukti pengingkaran terhadap rasa tawakal ?
Ada beberapa hal yang menyebabkan situasi kecemasan akan masa depan ini terjadi. Diantaranya :
1. Lemahnya keimanan kita terhdap allah SWT
2. Menurunnya rasa tawakal kepda Allah
3. Terlalu memikirkan (berharap) akan kejayaan (kemakmuran) masa depan
4. Terlalu memikirkan kemungkinan yang akan menimpa dimasa depan dengan pola pikir dan cara pandang yang negative.
5. Kurangnya pemahaman tentang tujuan dari penciptaan manusia.
6. Terlalu menggantungkan diri sendiri dan orang lain dalam urusan rizki,
7. sehingga terlupakan menggantungkan hidupnya kepada Allah , Tuhan yang telah menciptakan manusia dan pemberi rizki.
8. Dst.
Saudaraku , persoalan rizki memang sudah menjadi ketentuan Allah, Dia telah men-jamin rizki semua makhluk-Nya. Seorang hamba yang beriman harus meyakini hal ini, berbaik sangka kepada-Nya, serta janganlah terlalu membebani diri dan menghabis-kan waktu untuk mencemasakan masa depan.
Namun demikian , semua ini bukan berarti , seorang hamba beriman harus menyerah-kan semua urusannya kepada Allah dan hanya menunggu apa saja yang bakal terjadi tanpa berupaya dan berusaha sedikitpun. Karena bagaimanapun , langit tak pernah menurunkan hujan emas atau perak.
Kita ambil teladan, sahabat Abu Bakar bisa memiliki uang sejumlah 6.000 dinar dan yang 4.000 dinar ia sumbangkan untuk perjuangan agama. Jika dia tidak termasuk manusia yang menbuat perencanaan masa depannya, maka bagaimana mungkin dia mempunyai harta 6.000 dinar.
Karena rasa keimanan dan keyakinan bahwa Allah temah menjamin rizki semua makhluk-Nya , maka mereka tidak merisaukan masa depannya. Sehingga bernai menafkahkan semua hartanya dijalan Allah tanpa ragu dan takut sedikitpun.
Namun hal ini bukan berarti kita tidak mempersiapkan dan membuat perencanaan masa depan untuk bisa hidup damai dimasa depan. Dan ini bukan berarti kita menafikan pentingnya tawakal kepada Allah. KArena apa yang kita rencanakan dan usahakan tersebut merupakan bagian dari menjalani sarana yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan.
Saudaraku, dalam hidup ini , kita selalu dituntut untuk memilih dengan baik apa yangpenting dan sangat dibutuhkan oleh masa depan kita. Kita harus memilih dengan baik apa pekerjaan dan jenisnya, calon pendamping hidup yang baik untuk kita. Dst.
Sebagaimana, ditunjukkan Rasulullah pada saat member pengarahan kepada Sa’ad bin Waqas agar mempersiapkan masa depan dan tidak membiarkan anak keturunannya menjadai peminta-minta yang selalu menghiba kepada manusia lain.
Allah juga menunjukkan pentingnya perencanaan untuk masa depan, sebagaimana dalam Firman-Nya , yang artinya ,” Yusuf berkata ,”Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa ; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur “, (Qs. Yusuf : 47 -49).
Firman Allah, yang artinya ,” Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhan-nya pun menghendaki agar supaya mereka sampai pada kedewasaanya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Tuhan-mu ,” (Qs. Al-Kaffi : 82).
Tentang ayat diatas, Dr. Shalah al-Khalidi dalam Ma’a Lashashi al Sabiqin fi Al –Quran (227) , menyatakan ayat ini mengadung dalil diperbolehkannya menyimpan harta, menabung dan menyisihkannya dan digunakan pada saat dibutuhkan. Bahkan sebaiknya seorang hamba beriman menabung sebagian hartanya untuk menghadapi kebutuhan yang mendesak dan tak terduga. Semua ini tentu tidak bertentangan dengan prinsip tawakal kepada Allah SWT.
Dr Wahbah al Zuhaili, dalam tafsir Al Munir (12/278), juga menyatakan pentingnya melakukan perencanaan sebagaimana firman Allah dalam kisah Yusuf diatas. Dimana diterangkan bahwa Yusuf (berkat wahyu dan ilham dari Allah), menyarankan kepada raja untuk melakukan tindakan-tindakan strategis untuk mengadapi masa depan demi tercapainya kebaikan negeri dan umat.
Teladan alin tentang pentingnya perencanaan dan cermatnya pengaturan adalah sebagaimana dipraktekkan oleh beberapa sahabat Rasulullah saw, meskipun kebutuhan mereka sangat banyak, mereka tetap berupaya menabung atau menyimpan sebagian harta untuk persiapan hidup mereka dan keturunannya. Zubair ibn Awwam ra mewariskan kepada empat istrinya masing-masing sebesar 1.100.000 dirham. Dst.
Prof Salman al-audah menyatakan mengantisipasi msa depan bukan berate ingin lari dari masa kini dan menghidari sunatullah, melainkan sebagai upaya untuk mendorong agar bekerja lebih semangat. (harian Al-Jazirah,1423, ed.10951)
Sumber : Li madza al Khauf min al-Mustaqbal, Abdelaziz ibn Abdullah al Husaini.
Kesembuhan dengan sedekah
Dari Al-Aswad bin Yazid meriwayatkan dari Abdullah, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “ Obatilah orang-orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah, bentengilah harta kalian dengan zakat, dan siapkanlah doa untuk menghadapi musibah ,”.1.
Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya, “ Bersihkanlah harta kalian dengan membayar zakat, dan sembuhkanlah penyakit-penyakit kalian dengan bersedekah, dan sambutlah gelombang-gelombang musibah dengan doa “, (At Targhib).
Diantara sifat-sifat orang beriman adalah bersegera menjalankan perintah Allah. Sementara bersedekah termasuk hal yang diperintahkan Allah.
Saudaraku, hadits ini menyebutkan bahwa sedekah merupakan salah satu media pengobatan dan penyembuhan atas izin Allah. Sedekah bisa menghilangkan penyakit setelah terjangkit dan akan mencegahnya sebelum terjangkit.
Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah, yang artinya ,”Obatilah orang-orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah “,
Ibnu Al-Qayyim, dalam Zad Al-Ma’ad , menyatakan bahwa setiap dokter yang tidak mengobati pasiennya dengan memeriksa hati, kebaikan, kekuatan ruhani dan tidak menguatkan itu semua dengan sedekah, berbuat kebaikan dan kebajikan serta kembali kepada Allah dan hari akhir, berarti ia bukan dokter sejati.
Bahkan dalam kitab Kanzul- ‘Ummal , menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya,” Obatilah orang-orang sakit diantara kalian dengan bersedekah, karena sedekah dapat menghilangkan kehinaan dan obat segala penyakit, juga dapat melipat-gandakan kebaikan, serta menambah umur ,”.
Saudaraku, masihkah kita ragu akan kebenaran sabda Rasulullah ?
Namun disamping itu seorang hamba haruslah membangun keyakinan diri yang kuat , kepercayaan dan tawakal yang benar serta berupaya selalu berbaik sangka kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam suatu hadits qudsi, yang artinya ,” aku berada pada sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku”..
Saudaraku, secara etimologi, sedekah adalah kata benda yang dipakai untuk suatu hal yang disedekahkan. KAta tersebut berasal dari unsure-unsur huruf seperti Shad, Dal, dan Qaf serta unsure kata ash-shidq (benar, jujur). Sedekah juga merupakan sarana untuk menunjukkan ciri penghambaan seorang hamba beriman. Dan tentu saja harta yang kita sedekahkan haruslah bersumber dari harta (penghasilan) yang halal dan baik
Al Jurjani dalam At Ta’rifat , menyatakan bahwa sedekah adalah sebuah pemberian yang diberikan karena hanya mengharap pahala (ridha) dari Allah. Sementara Ar-Raghib dalam Al-Mufradat , menyatakan bahwa sedekah ialah harta yang dikeluarkan seorang hamba dengan maksud ibadah (seperti zakat). Hanya saja sedekah disyariatkan untuk suatu hal yang disunahkan, sedangkan zakat untuk hal yang diwajibakan.
Saudaraku , mari kita berupaya untuk memperbanyak sedekah dan jangan terlalu dihitung. Yakinlah Allah akan menyimpannya untuk kita. Sebagaimana disabdakan Rasulullah, yang artinya ,” Perbanyaklah membelanjakan harta dan jangan dihitung-hitung (sedkit) dan jangan disimpan, nanti Allah SWT akan menyimpannya darimu (tidak memberimu). Belanjakanlah semampumu “. (Misykat).
Yakinkan diri bahwa bersedekah berarti memberika pinjaman kepada Allah. Dan ini adalah investasi yang tiada mengenal rugi. Sebagaimana janji Allah dalam firman-Nya , yang artinya ,” Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan ,” (Qs. Al-Baqarah : 125).
Saudaraku, bukankan kesembuhan dan kesehatan adalah salah satu rizki yang baik buat kita. Kembalian dari Allah bisa berupa ampunan, hidayah, kesehatan, kesembuhan, pahala , atau bahkan diberikan meudahan jalan ketika mengalami kesulitan. Apapun namanya memberikan pinjaman yang baik kepada Allah merupakan investasi yang besar nilainya.
An-Nawawi dalam Syarah Muslim , menyatakan bahwa dinamakan sedekah karena ia membuktikan kejujuran pelakunya dan kebenaran imannya secara lahir batin. Dengan demikian, sedekah itu merupakan kejujuran dan kebenaran iman orang yang bersangkutan.
Bukankah itu berarti, biaya yang kita keluarkan untuk sedekah, masih sangat jauh lebih murah daripada hasil yang kita terima dari Allah. Subhanallah.
Allahu a’lam
Sumber : Hasan bin Ahmad Hammam, At Tadawi bil istighfar, bis shdaqati, bid du’ai, bil Qur’ani, bis shalati, bis shaumi.
Catatan
1. Hr Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra III/382, ia berkata , “Abu Abdullah mengatakan bahwa Nusa bin Umair sendiri yang meriwayatkannya,”. Asy-Syaikh berkata,”Matan riwayat ini diketahui oleh Al-Hassan al Bashri dari Nabi secara mursal dan Al-albani menilainya sebagai hadits hasan dalam al-Jami’ Ash-shagir “, Lihat Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdhad XIII/20 dan Ismail bin Muhammad Al-Ajluni, Kasyf al-Khafa I/144.
Rabu, 22 Juli 2009
Pikiran tak kenal batas waktu
Lalu apa yang bisa kita dapatkan dari semua ini, adakah pelajaran positif yang kita bisa ambil ?
Saudaraku, pikiran kita bisa aktif kapan saja, siang atau malam atau pagi atau sore. Ketika anda sedang bekerja di kantor, atau dimedan kerja mana saja. Tiba-tiba saja anda bisa teringat , terbayang kejadian-kejadian tadi pagi ketika mau berangkat kerja. Pikiran kita bisa melayang terbang ke peristiwa tadi pagi, kemarin sore atu bahkan lainnya.
Peristiwa tidak mengenakkan yang telah terjadi kemarin sakan terbanyang saat ini, padahal saat ini kita sedang bergurau dengan kawan-kawan. Suasana hangat ini seakan runtuh, akibat peristiwa menyedihkan waktu sebelumnya.
Keadaan ini oleh ahli kejiwaan , dinamakan sebagai waktu psikologis.
Yaitu suatu waktu ketika seseorang bisa berada di waktu yang berbeda dari yang sedang terjadi sekarang ini. Yang deimikian ini bisa menjadi penyebab kesegsaraan, kesedihan amupun kebahagiaan.
Atau contoh lain, ketika di siang hari kita terlibat perselisihan dengan atasan kkerja di kantor, lalu malam harinya kita tidak bisa tidur karena teringat (terkenang) pada kasus dengan pimpinan di tempat kerja tadi.
Setiap kita tentunya pernah mengalami hal seperti ini, karena kita memiliki waktu psikologis yang bisa memutar kembali peristiwa atau sesuatu yang telah terjadi atau bahkan belum pernah terjadi.
Kemampuan ini membuat kita merasakan hal yang sama (mirip) seperti saat kita sedang menjalani peristiwa itu. PAdahal kita tahu, bahwa waktu yang kita jalani saat ini benar-benar berbeda dengan waktu terjadinya peristiwa itu. Pikiran ini bisa muncul kapan saja dan dimana saja.
Kemampuan dan kekuatan pikiran bisa membawa kita ke waktu kapanpun yang kita inginkan.
Saudaraku, kita hendaknya bijaksana dalam mensikapi penggunaan waktu psikologis ini kearah yang bermanfaat dan positif.
Misalnya saja, setiap hari sebelum berangkat itdur, kita tuliskan beberapa hal positif yang kita lakukan hari itu. Mulailah dari hal-hal sederhana, sepertimembangunkan anak-anak untuhk shalat subuh, tersenyum dengan orang lain, menyapa orang lain, mendengarkan keluahan orang lain, mengerjakan shalat sunnah dst. Atau hal-hal positif lainnya. Tulislah kapan waktu terjadinya.
Berhentilah sejenak, lalu pergunakan waktu psikologis anda. Layangkan pikiran anda ke waktu-waktu itu, rasakan peristiwa itu seakan terjadi lagi berputar lagi didepan kita. Anda akan segera merasakan perasaan positif menghinggapi diri. Lalu kita ucapkan ,”Alhamdulillah”. Berdoalah , lalu tidur.
Dengan cara-cara seperti ini, kita bisa mengambil maanfaat dari kekuatan pikiran dan waktu psikologis dalam diri kita , daripada kita harus mengenang hal-hal negatif, yang akan berpengaruh buruk terhadap diri kita sendiri.
Dr Ibrahim Elfiky, dalam Quwaat al-Tahakkum fi al-Dzat , menyatakan bahwa hari ini anda tergantung pada pikiran yang datang saat ini. Sedangkan waktu besok anda ditentukan oleh kemana pikiran membawa anda. Perasaan dan perbuatan kita dimulai dari pikiran. Pikiran jua yang menjadi pendorong setiap perbuatan dan dampaknya. Pikiran juga yang menentukan kondisi jiwa, tubuh , kepribadian dan kepercayaan diri kita.
Allahu a'lam
Sumber : Dr Ibrahim Elfiky, Quwwat al-Takir.
Selasa, 21 Juli 2009
Tips Facebook di ponsel
Karena kepraktisan dan kemudahannya kini fasilitas ini ekspansi ke dunia seluler. Bahkan demam ponsel Facebook dinilai sudah makin merambah . Dengan segala kepraktisannya itu , bahkan produsen lokal pun mulai melirik untuk terjun di pasar ini. Anda tidak perlu membeli ponsel mahal untuk dapat ber-Facebook ria.
Apalagi pasar Indonesia sangat menjanjikan , dengan potensi penduduk diatas 200 juta dan wilayah hamper seluas . Tentu banyak vendor ponsel terkenal mengincarnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin mudah, maka Facebook pun bisa digunakan lewat posel, yang tentunya akan membuat anda bisa menggunakannya kapan saja. Anda bisa dimana saja berinteraksi dengan kawan-kawan di dunia maya.
Berikut ini trik menggunakan FB di ponsel Symbian anda :
- Pastikan ponsel anda sudah mendukung untuk fungsi akses internet, dan sudah aktif GPRS-nya. Apabila belum aktif, andapun bisa mengaktifkan lebih duahulu.
Jika sudah aktif segaera anda download aplikasi Facebook di www.phone3-online.com. Selanjutnya install aplikasi ini ke ponsel anda. - Bila anda sudah berhasil melakukan installing , sekarang anda coba jalankan
- Jika sudah masuk ke aplikasi Facebook, maka akan muncul tampilan yang mengharsukan anda untuk mengisi , sehingga anda bisa log in.
- Jika anda sudah punya password di Facebook, maka ketik password anda dan klik log in.
- Apabila anda belum mempunyai password. Regristasi password juga gak sulit-sulit amat. Ikuti petunjukknya, mulai dari pengisian table registrasi.
- Dalam Facebook ini tentunya nada bisa meilhat-lihat foto. Disamping tentu saja anda bisa mengirimkan wall kepada kawan-kawan anda.
Lalu bagaimana mengakses Facebook di ponsel anda ? berikut langkah-langkah mudah untuk anda , semoga bermanfaat ;
- Pastikan ponsel anda sudah mendukung fungsi akses internet. Dan suda teraktifkan GPRS-nya. Jika sudah, anda gunakan browser yang ada di ponsel, biasanya ada di LAYANAN atau SERVICE atau jika anda sudah menggunakan aplikasi tambahan, bisa anda gunakan Opera Mini.
- Ketikkan alamat http://m.facebook.com/
- Jika sudah, ketik password anda dan klik log in
- Jika anda belum menuliskan password, bisa juga regristasi di langkah ini, ikuti saja panduannya. Mudah kan.
Semoga bermanfaat
Allahu a'lam
Sumber : Tips symbian S60 Phone3
Senin, 20 Juli 2009
12 orang yg Didoakan malaikat
Malaikat selalu bertasbih malam dan siang tanpa henti. Malaikat selalu patuh terhadap perintah Allah. Mereka tidak diciptakan untuk membangkang kepada Allah.
Dengan sifat-sifat itu, tentu saja doa para malaikat pastilah dikabulkan Allah. Apakah kita termasuk dalam golongan manusia yang didoakan malaikat? Siapakah mereka? Bisakah kita?
Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati kerana takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' : 26-28)
Sesungguhnya makhluk mulia ini (malaikat) selalu beristighfar untuk memohon ampunan kepda Allah untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. Agar Allah mengampuni kesalahan – kesalahan dan dosa-dosa mereka. Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Rabb) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Rabb-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi, bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang , “ (Qs. Asy-Syura : 5 ).
Saudaraku, sungguh beruntung bagi kita , apabila kita termasuk dalam golongan orang-orang yang didoakan makhluk mulia (malaikat) ini.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” (Malaikat-malaikat) yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada disekelilingnya bertasbih memuji Rabb-nya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (serta mengucapkan ) ,” Ya Rabb kami , rahmat dan ilmu engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala ,” (Qs. Al-Mukmin : 7).
Saudaraku ,sungguh jangan kita menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Semoga Allah memberi hidayah-Nya kepada kita agar kita bisa termasuk orang-orang yang didoakan malaikat..
Insya Allah berikut inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :
- Orang yang tidur dalam keadaan bersuci . Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”. (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
- Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat .Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” (Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
- Orang yang berada di shaf terdepan di dalam shalat berjamaah . Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
- Orang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf) . Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf” (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
- Malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika Imam selesai membaca Al Fatihah . Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”. (Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
- Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat . Rasulullah SAW bersabda, ” Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
- Orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah . Rasulullah SAW bersabda, ” Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
- Orang yang mendoakan saudaranya tanpa diketahui orang yang didoakan itu . Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)
- Orang - orang yang berinfak . Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’” (Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
- Orang yang sedang makan sahur . Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang - orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah” (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
- Orang yang sedang menjenguk orang sakit . Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh” (Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)
- Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain . Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Sumber: Hasan bin ahmad Hamman, At tadawi bil Istigfari bis Shadaqati, bid du’ai bil Qur’ani bis shalati bis shaumi. Syaikh Dr. Fadhl Ilahi (Orang -orang yang Didoakan Malaikat, Pustaka Ibnu Katsir Bogor, http://duwex.wordpress.com
Rabu, 15 Juli 2009
Kesehatan, raja yg tersembunyi
Kesehatan merupakan nikmat yang terbesar dan terindah. Dari riwayat Ibn Abbas ra, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Ada dua nikmat yang membuat rugi kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang ,” (Hr Bukhari).1.
Saudaraku, nikmat ini sungguh luar-biasa nikmatnya, namun bila kita tidak bersyukur , maka dapat menyebabkan kerugian yang fatal. Seorang hamba yang menggunakan waktu luangnya dan kesehatannya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah ,berarti telah menjadi orang yang beruntung. Dan barang siapa yang menggunakan waktu luang dan kesehatannya untuk maksiat maka sungguh celakalah ia.
Ulama Wahab Bin Munabba , menyatakan bahwa’ Dalam hikmah keluarga Dawud tertulis, ”Kesehatan adalah raja yang tersebunyi “. 2.
Ibnu Al-Jauzi , menyatakan bahawa ,’Seringkali orang dalam keadaan sehat, namun ia tidak mempunyai (banyak) waktu luang karena kesibukannya mencari penghidupan. Namun disisi lain saat ia kaya , namun tidak sehat. Jika kesehatan dan waktu luang ini berkumpul, sedangkan hamba tersebut menjadi malas untuk berbuat taat maka ia sungguh dalam kerugian besar.
Karena kesehatan adalah nikmat terindah, maka kesehatan adalah nikmat pertama yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Sebagaimana riwayat Abu Hrairah ra menyatakan bahwa , Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Sesungguhnya yang paling pertama ditanyakan kepada hamba pada hari kiamat adalah dengan perkataan ,” Bukankah telah Kami sehatkan tubuhmu dan Kami limpahkan engkau dengan air sejuk !”, (Hr Turmudzi).3.
Rasulullah juga menganjurkan agar memanfaatkan waktu sehat untuk berbuat taat dan berbuat kebajikan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam berkata kepada seorang laki-laki ketika beliau sedang menasihatinya, yang artinya ,” Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara ; masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu dan hidupmu sebelum matimu ,” (Hr. Hakim). 4.
Saudaraku, diantara hal yang terbaik yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap nikmat kesehatan dan juga nikmat-nikmat yang lain, adalah memperbanyak tahmid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat-nikmat tersebut. Diriwayatkan bahwa Anas ra berkata, bahwa bersabda Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallah, yang artinya ,“ Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala member nikmat kepada seorang hamba lalu ia berkata ,”Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah), melainkan apa yang ia berikan (ucapkan) itu lebih baik daripada apa yang telah ia terima “,.5.
Dalam riwayat lain dikatakan, “ Tidaklah Allah member nikmat kepada seorang hamba pada keluarga, harta dan anak , lalu ia berkata ,” Alhamdu lillahi rabbi al-‘aalamin “, (segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam) melainkan apa yang ia berikan (ucapkan) itu lebih baik daripada yang ia terima ,” .6.
Dari hadit diatas , terdapat kalimat ‘Illa kana al ladzi a’tha’ (melainkan apa yang ia berikan) yaitu apa yang dilakukan dan diperbuat seorang hamba berupa ucapan dan pujian syukur,
‘Adhalu min ma akhaza’ (lebih baik daripada apa yang ia terima) yaitu berupa nikmat.
Adapun maknanya bahwa nikmat Allah SWT kepada manusia berupa taufiq (hidayah) kemampuan -kemauan untuk bertahmid dan besyukur, lebih besar daripada nikmat-Nya kepada manusia berupa kesehatan, harta, anak atau lain sebagainya.
Sehingga disimpulkan bahwa, bertahmid kepada Allah SWT adalah nikmat yang lebih besar dan anugerah yang tiada terhingga, karena Allah SWT memberikan taufiq dan anugerah kepada seorang hamba sehingga ia mau melaksanakan tahmid dan bersyukur.
Allahu a’lam
- Riwayat Bukhari (11/229 no.6412).
- Asy-Syukr, Ibn Abi Ad-Dunya ,27
- Diriwayatkan At-Turmudzi (5/418, no. 3358) dishahihkan Ibnu Hibban (Al Ihsan, hadits no.7364 ), dishahihkan sanadnya oleh Al-Hakim (4/138), disetujui oleh Az-Zahaby dan Al-Albaani dalam As-shahihah (hadits no.539).
- Dikeluarkan oleh Al Hakim (4/306) dan beliau menshahihkan berdasarkan syarat Bukhari Muslim. Diakui oleh Adz-Dzahaby dan al-albani dalam tahqiqnya terhadap kitab Iqtidhaa al Ilmi wa Al Amal (Al Khatib, hal 100 no. 170) dan sanadnya dihasankan oleh Al’iraqi dalam Takhriju Al Ihyaa’ (4/459).
- Diriwayatkkan oleh Ibnu Majah (2/1250, no.3805) dan disahihkan oleh Ad-dhiyaa’ al Muqaddasy dimana beliau mengeluarkan hadits ini dalam kitab al-Mukhtarah (6/185 no.2194-2196). Berkata al Bushairi dalam Mishbahu Az-Zujajah (4/131),’sanandnya hasan’. Hadits ini dishahihkan oleh al-albani dalam shahih al-Jami’ (hadits no.5563).
- Riwayat ini adalah menurut Adh-Dhiyaa’ al Muqaddasy pada tempat yang sebelumnya (hadits no. 2196).
Selasa, 14 Juli 2009
Membangun istana
Dari Anas, bahwa Rasulullah bersabda , yang artinya, “ Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga.” (H.R. Tarmiji- Abu Majah).
Tentang keutamaan shalat Dhuha, banyak riwayat hadits yang menceritakan keutamaan shalat ini. Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika matahari baru naik. Jumlah rakaatnya mulai dari 2 hingga 12.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya “Shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim)
Dari Abu Dzar ra, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda “Bagi masing-masing ruas [1] dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekah. Setiap tasbih (Subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahtil (Laa Ilaaha Illallaah) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik pun juga sedekah, dan mencegah kemunkaran juga sedekah. Dan semua itu bisa disetarakan ganjarannya dengan dua rakaat shalat Dhuha”. Diriwayatkan oleh Muslim[2]
Hadits Abud Darda dan Abu Dzar ra, dari Rasulullah SAW, dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana Dia berfirman. “Wahai anak Adam, ruku’lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku mencukupimu di akhir siang” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi[3]
Dari Abu Hurairah ra, dia bercerita, dia berkata :”Tidak ada yang memelihara shalat Dhuha kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaab)”. Dan dia mengatakan, “Dan ia merupakan shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabin)”. riwayat oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim. [4]
Hukum Shalat Dhuha
Hadits-hadits terdahulu dan juga yang semisalnya menjelaskan bahwa shalat Dhuha pada waktu Dhuha (pagi hari) merupakan suatu hal yang baik lagi disukai. [5]
Selain itu, di dalam hadits-hadits tersebut juga terkandung dalil yang menunjukkan disyariatkannya kaum muslimin untuk senantiasa mengerjakannya. [6] Dan tidak ada riwayat yang menun jukkan diwajibkannya shalat Dhuha.
Waktu Shalat Dhuha
Waktu shalat Dhuha dimulai sejak terbit matahari sampai zawal (condong). Dan
waktu terbaik untuk mengerjakan shalat Dhuha adalah pada saat matahari terik.
Dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai berikut.
Adapun keluarnya waktu shalat Dhuha pada waktu zawal, karena ia merupakan shalat Dhuha (pagi).
Sedangkan waktu utamanya telah ditunjukkan oleh apa yang diriwayatkan dari Zaid bin Arqam, bahwasanya dia pernah melihat suatu kaum yang mengerjakan shalat Dhuha. Lalu dia berkata “Tidaklah mereka mengetahui bahwa shalat selain pada saat ini adalah lebih baik, karena sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda.“Shalat awaabiin (orang-orang yang kembali kepada Allah) adalah ketika anak-anak unta sudah merasa kepanasan”[10]. Diriwayatkan oleh Muslim [11]
Jumlah Rakaat dan Sifatnya
Disyariatkan kepada orang muslim untuk mengerjakan shalat Dhuha dengan dua,
empat, enam, delapan atau dua belas rakaat.
- Jika mau, dia boleh mengerjakannya dua rakaat dua rakaat. Adapun shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat telah ditunjukkan oleh hadits Abu Dzar Ra, Rasulullah SAW bersabda.“Bagi masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekah …Dan semua itu setara dengan ganjaran dua rakaat shalat Dhuha” Diriwayatkan oleh Muslim.[12]
- Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan empat rakaat, telah ditunjukkan oleh Abu Darda dan Abu Dzar Ra, dari Rasulullah SAW, dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana Dia berfirman :”Wahai anak Adam, ruku’lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir siang” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. [13]
- Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan enam rakaat, ditunjukkan oleh hadits Anas bin Malik Ra : “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat Dhuha enam rakaat” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab Asy-Syamaa-il. [14]
- Dan shalat Dhuha yang dikerjakan delapan rakaat ditunjukkan oleh hadits Ummu Hani, di mana dia bercerita :”Pada masa pembebasan kota Makkah, dia mendatangi Rasulullah SAW ketika beliau berada di atas tempat tinggi di Makkah. Rasulullah SAW beranjak menuju tempat mandinya, lalu Fathimah memasang tabir untuk beliau. Selanjutnya, Fatimah mengambilkan kain beliau dan menyelimutkannya kepada beliau. Setelah itu, beliau mengerjakan shalat Dhuha delapan rekaat” [15] Diriwayatkan Asy-Syaikhani. [16]
- Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan dua belas rakaat ditunjukkan oleh hadits Abud Darda Ra, di mana dia bercerita, Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.[17] Rasulullah bersabda,
• “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah.
• Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang yg ahli ibadah.
• Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu.
• Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh.
• Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya”
Dapat dikatakan bahwa berdasarkan hadits-hadits ini, diarahkan kemutlakan yang diberikan Sayyidah Aisyah ra saat ditanya oleh Mu’adzah :”Berapa rakaat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha?” Dia menjawab : “Empat rakaat dan bisa juga lebih, sesuai kehendak Allah” [18]
Dan shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat dua rakaat, telah ditunjukkan oleh keumuman sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :”Shalat malam dan siang itu dua rakaat dua rakaat” [19]
Dan seorang muslim boleh mengerjakan shalat Dhuha empat rakaat secara bersambungan, sebagaimana layaknya shalat wajib empat rakaat. Hal itu ditunjukkan oleh kemutlakan lafazh hadits-hadits mengenai hal tersebut yang telah disampaikan sebelumnya, seperti sabda Rasulullah SAW :”Ruku’lah untuk-Ku dari permulaan siang empat rakaat”. Dan juga seperti
sabda beliau :”Barangsiapa mengerjakan shalat (Dhuha) empat rakaat maka dia ditetapkan termasuk golongan ahli ibadah”
Wallahu a’lam
Sumber : Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul http://www.almanhaj .or.id/content /2357/slash/0 . Disalin dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Foote Note
- • [1]. Kata sulaamaa adalah bentuk mufrad (tunggal) dan jamaknya adalah as-sulaamiyaatu yang berarti ruas jari-jemari. Kemudian kata itu dipergunakan untuk seluruh tulang dan ruas badan. Lihat kitab, Syarh Muslim, An-Nawawi V/233
- • [2]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatut Musaafirin wa Qashruha, bab Istihbaabu Shalaatidh Dhuha wa Anna Aqallaha Rak’aatani wa Akmalaha Tsamaanu Raka’aatin wa Ausathuha Arba’u Raka’aatin au Sittin wal Hatstsu ‘alal Muhaafazhati ‘alaiha, (hadits no. 720). Lihat juga kitab, Jami’ul Ushuul (IX/436)
- • [3]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab, Al-Musnad (VI/440 dan 451). Dan juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalaah, bab Maa Jaa-a fii Shalaatidh Dhuha, (hadits no. 475) Mengenai hadits ini, At-Tirmidzi mengatakan : ‘Hasan gharib” Dan dinilai shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir di dalam tahqiqnya pada At-Tirmidzi. Juga dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam kitab, Shahih Sunan At-Tirmidzi, (I/147). Serta dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab, Jaami’ul Ushuul (IX/4370.
- • [4]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (II/228), Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrak (I/314), dan lafazh di atas milik keduanya. Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath (II/279-Majma’ul Bahrain) tanpa ucapan :”Dan ia adalah shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabiin)”. Dan hadits di atas dinilai shahih oleh Al-Hakim dengan syarat Muslim. Dan dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah (hadits no. 1994).
- • [5]. Majmuu’al Al-Fataawaa (XXII/284)
- • [6]. Dan inilah yang tampak, yang ditunjukkan oleh hadits-hadits terdahulu. (Nailul Authaar III/77). Sedangkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah setelah menetapkan kesepakatan para ulama tas sunnahnya bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus, kemudian menetapkan hukum sunnatnya, dimana dia mengatakan : “Muncul pertanyaan : ‘Apakah yang lebih baik, mengerjakan secara terus menerus ataukah tidak secara terus menerus seperti yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Inilah di antara yang mereka pedebatkan”. Dan yang lebih tepat adalah dengan mengatakan ;”Barangsiapa mengerjakan qiyaamul lail secara terus menerus, maka tidak perlu lagi baginya untuk mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan barangsiapa yang tertidur sehingga tidak melakukan qiyamul lail, maka shalat Dhuha bisa menjadi pengganti bagi qiyamul lail” Majmu Al-Fataawaa (XXII/284). Dapat saya katakan, (tetapi) lahiriyah nash menunjukkan disunnatkannya secara mutlak untuk mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meninggalkan suatu amalan padahal beliau sangat suka untuk mengerjakannya karena beliau takut hal tersebut akan dikerjakan secara terus menerus oleh umat manusia sehingga akan diwajibkan kepada mereka. Dan inilah illat (alasan) tidak dikerjakannya shalat Dhuha secara terus menerus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian, nash-nash itu secara mutlak seperti apa adanya. Hal yang serupa seperti itu telah diisyaratkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha, lihat kitab Jaami’ul Ushuul (VI/108-109).
- • [7]. Ath-Thibi mengatakan : “Shalat ini disebut shalat Isyraq, yaitu permulaan shalat Dhuha. Dia nukil di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/405) Dapat saya katakan, telah saya sampaikan kepada anda mengenai hal itu yang lebih luas dari sekedar isyarat ini. Lihat pembahasan tentang shalat Isyraq sebelumnya.
- • [8] Hadits hasan lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalah, bab Dzikru Maa Yustahabbu minal Julus fil Masjid Ba’da Shalaatish Shubhi Hatta Taathlu’a Asy-Syams . Mengenai hadits ini, At-Tirmidzi mengatakan :”Hasan gharib”. Dengan beberapa syahidnya, hadits ini dinilai hasan oleh Al-Mubarakfuri di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/406). Dan disepakati oleh Syaikh Akhmad Syakir di dalam tahqiqnya pada At-Tirmidzi (II/481). Juga dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan At-Tirmidzi (I/182). Dan dengan beberapa syahidnya, dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab Jaami’ul Ushuul (IX/401). Dapat saya katakan, di antara syahidnya adalah hadist berikutnya.
- • [9]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Mu’jamul Kabiir (VIII/174), 181 dan 209) Sanad hadits di atas dinilai jayyid oleh Al-Mundziri dan Al-Haitsami. Dan dinilai hasa oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wa Tarhiib (I/189). Dan lihat juga kitab, Majmu’uz Zawaa’id (X/104)
- • [10]. Di dalam kitab, Syarh An-Nawawi (VI/30). Imam Nawawi mengatakan : Ar Ramdhaa’ berarti kerikil yang menjadi panas oleh sinar matahari. Yaitu, ketika anak-anak unta sudah merasa panas. Al-Fushail berarti anak unta yang masih kecil”. Lihat juga, Nailul Authaar (II/81)
- • [11]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa Qasruha, bab Shalatut Awaabiin Hiina Tarmudhil Fihsaal, hadits no. 748.
- • [12]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
- • [13]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
- • [14]. Hadits shahih lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab Asy Syamaa’il, bab Shalatudh Dhuha, (hadits no. 273) hadits ini dinilai shahih lighairihi di dalam kitab, Mukhtashar Asy-Syamaailil Muhammadiyyah, (hal. 156). Beberapa sahid dan jalannya telah disebutkan di dalam kitab Irwaaul Ghaliil (II/216).
- • [15]. Di dalam hadits tersebut terdapat bantahan bagi orang yang mengaku bahwa shalat ini adalah shalat al-fath (pembebasan), bukan shalat Dhuha. Lihat kitab, Zaadul Ma’ad (III/4100 dan juga Aunul Ma’buud (I/497)
- • [16]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam beberapa tempat di antaranya : Kitaabut Tahajjud, bab Shalaatudh Dhuhaa fis Safar (hadits no. 1176). Dan juga Muslim di dalam Kitaabul Haidh, bab Tasturuk Mughtasil bi Tsaubin au Nahwahu (hadits no. 336). Dan lafazh di atas adalah miliknya. Dan lihat juga kitab Jaami’ul Ushuul (VI/110).
- • [17]. Hadits ini disebutkan oleh Al-Haitsami di dalam kitab Majma’uz Zawaa’id (II/237) dan dia mengatakan : Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Kabiir. Di dalamnya terdapat Musa bin Ya’qub Az-Zam’i. Dinilai tsiqah oleh Ibnu Mu’in dan Ibnu Hibban serta dinilai dha’if oleh Ibnul Madini dan lain-lainnya. Dan sisa rijalnya adalah tsiqah. Dapat saya katakan, Musa bin Ya’qub seorang yang shaduq, yang mempunyai hafalan buruk, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab, At-Taqriib (hal. 554). Dan diriwayatkan oleh Al-Bazzar di dalam kitab Kasyful Astaar (II/334), yang diperkuat oleh syahid dari Abu Dzar. Dan disebutkan oleh Al-Mundziri di dalam kitab At-Targhiib. Hadits Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyalahu ‘anhuma dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wat Tarhiib (I/279).
- • [18]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalatul Musafirin wa Qasruha, bab Istihbaabu Shaalatid Dhuha wa Anna Aqallaha Rak’ataani wa Akmalaha Tsamaanu Rak’atin wa Ausathuha Arba’u Rak’atin au Sittin wa Hatstsu ‘alal Muhaafazhati Alaiha, (hadits no. 719).
- • [19]. Hadits shahih. Takhrijnya sudah diberikan sebelumnya Peringatan. Ada sebuah riwayat untuk hadits Ummu Hani terdahulu dengan lafazh : “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam pernah mengerjakan shalat Dhuha delapan rakaat. Beliau mengucapkan salam setiap dua rakaat’. Dan hadits Ummu Hani asalnya terdapat di dalam kitab Ash-Shahihain, tetapi tidak dengan lafazh ini. Dan diriwayatkan oleh Abud Dawud di dalam Kitaabush Shalaah, bab Shalatudh Dhuha (hadits no. 1234, II/234). Dan dalam sanad yang ada pada keduanya terdapat Iyadh bin Abdillah. Yang meriwayatkan darinya adalah Abdullah bin Wahb. Mengenai pribadi Iyadh ini. Abu Hatim mengatakan :”Dia bukan seorang yang kuat”. Dan Ibnu Hibban menyebutnya di dalam deretan tsiqat. As-Saaji mengatakan : “Darinya, Wahb bin Abdillah meriwayatkan beberapa hadits yang di dalamnya masih mengandung pertimbangan”. Yahya bin Ma’in mengatakan :”Dia seorang yang haditsnya dha’if”. Abu Shalih mengatakan ;”Ditegaskan, dia memiliki kesibukan yang luar biasa di Madinah, di dalam haditsnya terdapat sesuatu” Al-Bukhari mengatakan : “Haditsnya munkar” Tahdziibut Tahdziib (VIII/201). Dapat saya katakan, haditsnya di sini diriwayatkan oleh Ibnu Wahb, darinya. Yang tampak secara lahiriyah dari keadaan orang ini, bahwa dia tidak dimungkinkan untuk meriwayatkan seorang diri, sedangkan lafazh ini dia riwayatkan sendiri. Wallahu a’lam Dengan lafazh ini, hadits ini dinilai dha’if (lemah) oleh Al-Albani di dalam , komentarnya terhadap kitab Shahih Ibni Khuzaimah (II/234). Dalam penjelasannya, dia menguraikan secara rinci illatnya di dalam kitab. Tamamul Minnah (hal. 258-259)
Senin, 13 Juli 2009
shalat Khusyu
Rasulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyu’an. (HR. At-Tabrani )
Nabi Muhammad SAW dalam shalatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku’, sujudnya panjang, terutama ketika shalat sendiri dimalam hari, sering sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, shalatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna (Al-Quran: Surat Al-Mu`minun )
Rasulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyu’an. (HR. At-Tabrani )
Nabi Muhammad SAW dalam shalatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku’, sujudnya panjang, terutama ketika shalat sendiri dimalam hari, sering sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, shalatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri orang-orang yang shalatnya khusyu:
1.Menjaga waktunya, sehingga terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu.
2.Berusaha agar niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.
3.Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast.
4.Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya.
5.Berusaha tenang dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi.
6.Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya Rasulullah.
7.Menjaga dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.
Kita usahakan terus untuk meningkatkan kualitas shalat kita semakin khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat . Saudaraku , dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.
Inti dalam shalat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah. Semoga kita selalu mendapatkan pertolongan Allah untuk meningkatkan kualitas sholat kita.
Allahu a’lam
Sumber : K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), dtjakarta.or.id
Minggu, 12 Juli 2009
Tips sehat ber-HP
Kawan, pemakaian ponsel sering dituding sebagai pangkal beberapa masalah kesehatan. Beberapa penelitian menyatakan, radiasi ponsel bisa mengakibatkan beberapa penyakit serius semacam kanker atau gangguan otak tertentu. Meskipun, tentu ada juga penelitian yang menangkis hal tersebut.
Terlepas dari silang pendapat itu, ada baiknya anda memperhatikan ritme penggunaan ponsel anda.
Ada beberapa tips untuk anda, yang bisa anda gunakan sebagai tambahan referensi untuk menghindari resiko yang lebih tinggi. Sebaiknya anda perlu berhati-hati untuk penggunaan HP untuk waktu dan intensitas penggunaan yang tinggi.
Untuk upaya meminimalisir bahaya yang mungkin terjadi karena pengaruh radiasi ponsel, Anda bisa menyimak tips-tips sebagai berikut ;
Tingkat Radiasi ponsel,
Berdasarkan suatu riset, disimpulkan bahwa penggunaan ponsel secara terus-menerus selama 5 sd 18 tahun bahkan lebih, akan menimbulkan peningkatan resiko terkena kanker darah (leukemia) atau kanker pancreas. Cepat atau lambat, radias ponsel mengakibatkan efek detrimental pada otak.
Tingkat kualitas sperma
Menyimpan ponsel terlalu sering dalam kantong celana dapat mempengaruhi kualitas sperma. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ponsel mengandung elektrostatik dan elektromagnetik yang berpotensi tinggi mempengaruhi tingkat infertilitas, jika seseorang sering menaruh ponsel dalam kantong celana dekat dengan organ vitalnya.
Berponsel saat hujan, beresiko tersambar petir.
Sebaiknya anda matikan saja ponsel saat anda diberada di ruang terbuka dan hujan. Dan hindari berponsel ria bila anda sedang menyetir kendaraan bermotor. Tindakan anda bisa menurunkan konsentrasi anda saat mengemudi.
Allahu a’lam
Sumber : Phone 3 2009
Cobaan,anugerah terindah dari Allah
Kini jelaslah bahwa bala/musibah adalah nikmat dan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan perlu anda ketahui bahwa orang yang paling berhak memperoleh nikmat dan anugerah dari berbagai ujian-cobaan-musibah adalah hamba-hamba-Nya yang paling beriman dan beramal shalih.
Siapa mereka ? Yaitu para Rasul (Nabi) dan orang-orang setelah mereka sesuai dengan tingkatan keimanan masing-masing.
Saudaraku, cobaan-derita senantiasa mengiringi para Nabi dan para wali Allah, sebab inilah bentuk penghormatan dan kebaikan dari Allah kepada mereka. Sehingga setiap kali keimanan seorang hamba bertambah, maka bertambah pula cobaan yang dialaminya.
Saudaraku, tentang hal ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam memberikan kiasan bahwa seorang hamba beriman ibarat setangkai dahan lemah, yang selalu terombang-ambing kesana kemari taktala angin menerpanya. Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Perumpamaan seorang mukmin tak ubahnya seperti tanaman, angin selalu menghembusnya, ia akan selalu mendapat cobaan. Sedangkan perumpamaan seorang munafiq adalah seperti pohon Urza yang tidak bergoyang dengan hembusan angin, hatta tastahsidh (hingga ia terputus) “, (Hr Muslim) .1.
Saudaraku, sudah diketahui jika para Rasul (Nabi) dan orang-orang shalih adalah makhluk yang paling dicintai Allah, maka cobaan bagi merekapun melebihi cobaan yang ditimpakan bagi orang-orang selain mereka.
Dari riwayat Sa’id bin Abi Waqqash, bahwa dia berkata, ‘Aku bertanya ,’ Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berat cobaanya ?
Rasulullah menjawab ,” Para Nabi, kemudian orang-orang terbaik setelah mereka dan orang-orang terbaik setelah mereka. Seseorang itu diberi cobaan sesuai dengan agamanya. Jika agamanya kuat maka cobaanya pun berat, namun jika agamanya lemah maka ia akan diberi cobaan sesuai dengan agamanya. Seorang hamba tidak akan lepas dari cobaan hingga cobaan itu menghapuskanseluruh dosa-dosanya dan dia dapat berjalan dimuka bumi ini tanpa ada dosa sedikitpun ,” (Hr Turmudzi dan Ibn Majah). 2.
Lalu siapakah orang yang paling berat cobaanya?
Ya , tentu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling berat cobaanya. Sehingga Aisyiah ra menyatakan, “ Aku tidak pernah melihat orang yang menderita karena sakit melebihi derita yang dialami Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,” (Hr Bukhari Muslim).
Demikianlah, kita memahami bahwa Rasulullah mengalami penderitaanyang terus menerus silih berganti, disamping sakit juga penderitaan demi penderitaan ketika menyampaikan risalah Allah. Penyakit yang dideritanyapun lebih berat dari penyakit yang menimpa manusia lain.
Seandainya itu semua bukanlah kebaikan dan nikmat, niscaya Rasulullah tidak akan mengalaminya melebihi manusia pada umumnya, karena beliau adalah kekasih Allah dan penutup para Nabi.
Demikian pula dengan keadaan para Nabi lainnya. Cobaan yang dialami mereka sangat banyak. Allah menguji mereka dengan berbagai macam musibah dan melimpahkan kepada mereka nikmat cobaan yang sangat banyak. Nabi Ayyub harus menjalani masa sakit selama 18 tahun.
Saking lamanya beliau Nabi Ayyub menderita sakit, sehingga manusia sampai bosan menjenguknya karena lamanya dia terbaring sakit. Hingga ketika Allah menghendaki kesembuhan baginya dan masa sakit yang dideritanyapun usai. Hanya dari Allah-lah kesembuhan dan dari-Nya pula datang manfaat dan dampak dari setiap penyakit.
Saudaraku kini jelaslah bahwa Allah menjadikan segala penyakit, kegundahan , kesedihan didunia adalah sebagai pelebur kesalahan-kesalahan hamba beriman. Sehingga Rasulullah pun memberitahukan kepada umatnya bahwa seseorang didalam kehidupannya, hampir tidak dapat dipisahkan dari perbuatan dosa yang dilakukan baik siang dan malam sepanjang hidupnya. Dan tentu hal ini akan menjerumuskannya kedalam neraka, andaikata ia tidak mendapatkan ampunan Allah. Jadi setiap manusia akan mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya, dan penyakit (musibah) yang dideritanya untuk menghapuskan sebagian dosa-dosa yang dilakukannya di dunia.
Saudaraku,mari kita bertawakal kepada Allah. Jangan patah semangat untuk mewujudkan impian ada. Kendati semua pintu dihadapan anda seakan ditutup, jangan putus asa. Terus berusaha dan bersabar. Yakinlah Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Dia tidak menyia-nyiakan pahala bagi hamba-hamba –Nya yang bersabda. Yakinlah allah akan membukakan pintu yang lebih baik bagi anda daripada yang anda bayangkan. Dialah Allah Yang Mahapengasih dan Mahamulia.
Allahu a’lam
Sumber : Abdullah bin ali al-Ju’aitsin, hikmah bagi orang sakit, Dr Ibrahim elfiky , Quwwat al Tafkir.
Catatan :
1. Urza adalah nama pohon Urzun, yaitu pohon yang kayunya sangat dikenal, menyerupai pohon sonubari. Ada yang mengatakan ia pohon yang sangat kerasa , tidak bergoyang dengan hembusan angin. Ada yang mengatakan ,’ia adalah pohon sonubari’. An-Nihayah (1/38) shahih Muslim dengan syarah Nawawi (17/157), al Fath (10/107).
Sedangkan Tastahsidh artinya tidak dapat bergoyang, hingga terputus dengan sekali hempasan. Seperti dahan atau pohon yang sudah kering (syarah shahih Muslim 17/157).
2. Dikeluarkan oleh At-Turmudzi (4/520 no.2398), Ibn Majah (2/1334 no. 4023). Imam At-Turmudzi berkata ,’hadits ini hasan dan shahih’. Demikian pula yang dikatakan oleh Imam al Albaani dalam kitab shahih sunan At Turmudzi (2/286). Hadits ini juga dinyatakan shahih oleh Ibn Hayyan dalam kitab al-Ihsaan (7/161 no.2901).
Kamis, 09 Juli 2009
Qonaah , hati yang damai
Sesungguhnya Allah telah menjadikan bumi ini sebagai tempat tinggal hamba-Nya. Dan apa yang ada diatas bumi ini seperti pakaian, makanan, minuman, dan lain-lain merupakan sarana bagi kendaraan badan kita menuju Allah. Barangiapa di antara manusia yang memanfaatkan semua itu menurut kemaslahatan-nya dan sesuai dengan yang diperintahkan Allah maka itu adalah perbuatan yang terpuji. Dan barangsiapa yang memanfaatkannya melebihi apa yang dia butuhkan karena tuntutan kerakusan dan ketamakan maka dia pantas untuk dicela.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mencontohkan bagaimana harus bersikap terhadap harta, yaitu menyikapi harta dengan sikap qana’ah (kepuasan dan kerelaan). Sikap qana’ah ini seharusnya dimiliki oleh hamba yang kaya maupun miskin
Wujud qana’ah yaitu merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak tamak terhadap apa yang dimiliki manusia, tidak iri melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus mencari harta benda dengan menghalalkan semua cara, sehingga dengan semua itu akan melahirkan rasa puas dengan apa yang sekedar dibutuhkan.
Tentang sikap qana’ah, Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyampaikan hadits, dari Amr bin Al-Ash ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rizki yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawy)
Saudaraku, sifat dasar nafsu manusia adalah ambisius dan tamak terhadap dunia, sebagaimana sabda Rasulullah di hadits qudsi, yang artinya ,” Seandainya keturunan adam memiliki satu buah lembah emas , niscaya ia akan menginginkan lembah yang kedua dan mulutnya tak akan pernah penuh kecuali dengan debu “, (Hr Ibn Majah,19006).
Bila seorang hamba menuruti gejolak ambisinya, maka hal ini justru akan membahayakan diri dan lingkungannya. Seorang hamba seharunyalah tidak terlalu berlebihan dalam bekerja mengumpulkan harta dan senantiasa menjalankan cara yang baik dan halal dalam mencari rizki. Dengan cara ini akan tercapai keseimbangan dalam diri dan kehidupannya, merasakan kedamaian dan menjauhkannya dari tindakan berlebihan yang merusak tubuh dan jiwanya.
Rasulullah bersabda dalam hadits yang artinya: “Lihatlah orang yang dibawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.” (Diriwayatkan Muslim dan At-Tirmidzy)
Sikap qana’ah ini hendaklah kita lakukan dalam setiap kondisi, baik ketika kita kehilangan harta maupun ketika mendapatkan harta. Barangsiapa yang mendapatkan harta maka haruslah diikuti dengan sikap murah hati, dermawan, menafkahkan kepada orang lain dan berbuat kebajikan.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwa beliau adalah orang yang lebih cepat untuk berbuat baik daripada angin yang berhembus. Selagi beliau diminta sesuatu, maka sekali pun tidak pernah beliau menjawab. “Tidak”
Suatu ketika ada seseorang meminta kepada beliau. Maka beliau memberinya sekumpulan domba yang digembala di antara dua bukit. Lalu orang itu menemui kaumnya dan berkata kepada mereka: “Wahai semua kaumku, masuklah Islam! Karena Muhammad memberikan hadiah tanpa merasa takut miskin.”
“Ya Allah, jadikanlah aku merasa qona’ah (merasa cukup, , rela) terhadap apa yang telah engkau rizkikan kepadaku, dan berikanlah berkah kepadaku di dalamnya, dan jadikanlah bagiku semua yang hilang dariku dengan lebih baik.”
Berkaitan dengan qonaah, Rasulullah pernah bersabda , yang artinya ,”Barangsiapa diantara kalian sehat jasadnya, aman minumny dan memiliki kebutuhan makanan pokok hariannya, maka ia seolah-olah dunia ini telah tercurahkan kepadanya “.(Hr Ibn Majah, 4141).
Saudaraku , seorang hamba yang beriman hendaknya tidak melihat kenikmatan yang diberikan Allah kepada hamba yang lain dengan pandangan permusuhan. Sebab ini bisa membuat hatinya termakan kedengkian dan dadanya terbakar kebencian.
Dengan siaft qonaah, hati seorang hamba menjadi damai, tentram dan tenang.
Yakinlah, apa pun yang datang dari Allah adalah kebaikan bagi kita.
Sumber : Abdul aziz al Husainia (Li Madza al-Khauf min al-Mustaqbal) Ummu ‘Athiyah, Ustadz Abu Salman ,Hisnul Muslim min Udzkuril Kitaabi wa Sunnati oleh Sa’id Bin Wahf Al-Qahthani , Terjemah Minhajul Qashidin; “Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk”, Terjemah Tafsir Ibnu Katsier terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’I, Do’a & Wirid Mengobati Guna-Guna dan Sihir Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah- Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawwas
Tips Tune Up mobil anda
Pada saat tune up, seluruh system kerja dan komponen kendaraan dapat diperiknsa atau dicek apakah kinerjanya masih bekerja dengan baik atau sudah terjadi penurunan kualitas. Bila diketahui ada system kerja yang kurang normal atau komponen mulai rusak karena pemakaian, dapat segera diambil langkah antisipasi.
Hal ini sangat penting, tujuan utamanya adalah untuk mencapai performa mesin kendaraan yang optimal. Tujuan kedua adalah menghindari kerusakan komponen yang lebih parah di kemudian hari. Sedangkan tujuan ketiga, yaitu meminimalisasi pengeluaran biaya yang lebih banyak.
Karena beragamnya pekerjaan yang harus ditangani, tentu memerlukan peralatan bengkel yang lengkap dan bekal ketrampilan khusus. Oleh karena itu, pada umumnya memang akan lebih baik bila melakukan tune up di bengkel (resmi) daripada melakukan sendiri.
Konsultasi
Ini perlu dilakukan , karena umumnya sangat jarang ada diskusi yang nyambung antara konsumen dengan teknisi bengkel ketika tune up. Ada beberapa penyebab yang membuat hal ini bisa terjadi ;
- a. dari sisi konsumen sendiri, ada sikap tidak mau tahu daengan kondisi mobilnya. Mereka pokoknya ingin asal beres saja. Berapapun biaya yang harus dikeluarkan karena penggantian komponen-komponen, seakan tidak menjadai masalah. Lau bagaaimana bai konsumen yang punya anggaran keuangan yang terbatas?
- b. Dari sisi bengkel, tentu ini menyangkau juga pertimbangan dari sisi bisnisnya. Atau barangkali bagi bengkel, ada pemeo bahwa semakin banyak suku cadang dan komponen yang diganti, tentu merupakan pemasukan income yang lebih. Walaupun terkadang sebenarnya penggantian-penggantian itu belum atau tidak perlu dilakukan.
Sahabat, idealnya ketika dilakukan tune up ada tiga target yang harus dicapai. Yakni,
1. Kinerja mesin mobil menjadi optimal,
2. Konsumen merasa tidak dirugikan, dan
3. Bengkel tetap meraih keuntungan.
Konsumen
Kondisi komponen memagang peranan penting dalam penentuan tindakan yang harus diambil. Untuk komponen dengan kondisi masih baik (diatas 80%), teknisi harus menyampaikan kepada konsumen, bahwa belum perlu dilakukan penggantian.
Bila ada komponen yang aus atau harus diganti juga harus didampaikan kepada konsumen secara jujur beserta plus minusnya.
Bengkel masih dapat member rekomendasi komponen yang kondisinya masih 60%, namun perlu digarisbawahi bahwa ini juga riskan dengan gangguan yang mungkin terjadi.
Jika kondisi komponen fifty-fifty, maka biasanya komponen ini akan mengalami gangguan sebelum pemilik mobil melakukan tune up. Jadi pemilik bisa memperkirakan keputusanda perlu menyiapkan anggarannya sebelum terjadi masalah. Komponen ini umumnya berupa busi, platina, filter.
Bila anda konsumen perlu mengadakan penggantian komponen, perlu juga mendapat panduan dari bengkel mengenai alternatifnya. Sebab ada beberapa jenis pilihan yang harus diambil. Mulai dari komponen orisional dan komponen komplenenternya. Atau bisa juga menggunakan komponen yang high performance yang mampu mendongkrak tenaga mesin 5-10% namun dengan masa pemakaian yang lebih singkat.
Test drive.
Bila semua perbaikan dan perawatan telah beres, bengkel harus mengadakan test drive. Ini seharunya sudah menjadi standart pelayanan bengkel. Kegiatan ini untuk mengetahu bahwa perbaikan-perbaikan sudah sesuai dengan kondisi optimal kendaraan anda saat jalan.
Allahu a'lam
Sumber : Mobil Motor.Tips modifikasi.
Al Huzn Al Hamm (sedih & cemas)
Ketiga hal ini adalah salah satu penyebab kesempitan hati kita. Rasulullah saw selalu memohon perlindungan kepada Allah dari delapan penyakit yang berpasang-pasangan. Termasuk kesedihan dan kecemasan. Sedih seakan kerikil tajam yang menggerus keimanan. Tidak sebagai penguat iman dan bukan pula energi bagi orang yang berjuang meniti jalan meuju Allah. Maka Allah tidak memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan itu.
Saudaraku, ayat-ayat yang menerangkan larangan untuk bersedih dan cemas terbilang banyak. Allah tidak pernah memerintahkan setiap perbuatan yang tiada memberi manfaat.Mengapa dilarang?
Karena rasa sedih dan cemas, sama sekali tidak memberikan manfaat ataupun menolak mudharat.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Janganlah kamu bersikap lemah , dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajadnya), jika kamu orang-orang yang beriman,” (Qs. Ali-‘imran : 139).
Sebagaimana firman Allah, yang artinya, “………, di waktu dia (Muhammad) berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita (bersedih) , sesungguhnya Allah beserta kita." (Qs. At-taubah : 40).
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Janganlah kamu bersedih dengan perkataan mereka ,” (Qs. Yunus : 65).
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” (Kami jelaskan apa yang demikian itu) supaya kamu jangan bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu “, (Qs. Al-Hadid : 23).
Rasulullah pun berdoa , yang artinya ,”Ya Allah, hamba berlindung pada-Mu dari kecemasan, kesedihan, lemah jiwa, kemalasan, kebodohan, kikir, banyak hutang dan dari genggaman orang lain “ (Sahhih Bukhari).2.
Saudaraku, rasa sedih-cemas bisa muncul pada saat kita lalai dari kewajiban kita kepada Allah. Atau kurang optimal dalam beribadah kepada Rabb kita. Bisa juga berlebihan dalam melakukan kesalahan, maksiat atau menyia-nyiakan waktu. Kondisi ini terpantau apabila sehatnya iman dalam hati. Jika hati kita sakit, maka tentu tidak menyadari penyakit yang menjangkiti diri. Ini merupakan rasa cemas dan sedih yang timbul sebagai ujian ketaatan kita dalam beragama.
Berkat kesedihan dan kecemasan jenis ini, maka dosa-dosa dan kesalahan akan berguguran. Sebagaimana sabda Rasulullah, yang artinya ,” Tidaklah seorang mukmin dilanda keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, rasa sakit dan kegalauan , (bahkan) sampai duri yang menusuknya, melainkan allah akan mengampuni sebagian dari kesalahan dan dosa dengan semua yang melandanya (itu) “, (Abu Sa’is dan Abu Hurairah ra)..3.
Saudaraku,kesedihan dan kecemasan juga dapat timbul karena ujian dunia. Misalnya takut miskin, kematian, kelaparan, usaha seret dan persoalan dunia lainnya. Apabila hal itu menimpa seorang hamba, maka ini sama sekali tidak menghapuskan dosa dan kesalahannya, kecuali bagi hamba-hamba yang bersabar.
Sebagaimana riwayat oleh Abu Yahya Shuhaib ibn Sinan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” sungguh sangat menakjubkan bagi seorang hamba mukmin. Seluruh uruan membawa kebikan b aginya. Dan hal ini tidak dirasakan kecuali bagi hamba mukmin. Jika ia mendapat kebahagiaan , ia bersyukur. Dan ini lebih baik bagi dirinya. Dan jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar. Dan ini lebih baik bagi dirinya, “ .(Hr Muslim)4.
Saudaraku, dengan sabar dan mengharap karunia Allah dengan mengingat-Nya, hati menjadi lapang, karena ujian adalah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Kesedihan dan kecemasan adalah beban berat yang harus dipikul hamba Alllah yang meniti jalan Illahi. 5.
Allahu a'lam
Sumber : Adh Dhiq, abdullah ibn Husain ibn ahmad syuqail
- 1. Ibn al Qayyim dalam al-Fawaid , 36
- 2. Hr Bukhari dari Anas Ibn Malik ra, Jihad wa as-sair jilid 3/1059
- 3. Hr Muttafaq ‘alaih (Bukhari, j.IV/1807, Al-Mardha bab Ma fa’a fi kaffarah al-maradh, dan Muslim j.IV/1993, al-Birr wa ash Shillah wa al-Adab, bab tsawah al-mu’min fi ma yushibubu min maradhin au nahwu dzalika hatta asy syaukah yusyakuba).
- 4. Hr Muslim j.4/2295, az-Zuhd wa ar-raqa’iq bab al-mu’min amruhu kulluhu khairun
- 5. Ibn Qayyim, zad al ma’ad fi hadyi khair al ‘ibad
Rabu, 08 Juli 2009
Istighfar dan kesembuhan
Saudaraku, langkah pertama yang seharusnya kita lakukan untuk menyembuhkan penyakit ataupun musibah adalah dengan membuang penyebab utamanya terlebih dahulu yakni dosa-dosa kita dan segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala.
Diriwayatkan bahwa Ibnu abbas berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda, yang artinya ,” Siapa yang memperbanyak istighfar, maka Allah akan melepaskannya dari segala kesedihan, memberikan kepadanya jalan keluar dan memberinya rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka “, (Hr. Ahmad dan Abu Dawud). 1.
Saudaraku,ketahuilah, sesungguhnya istighfar merupakan sebab dimudahkannya segala kesulitan dan tertolaknya segala kesedihan.
Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Kulit dan mata tidak akan terasa sakit kecuali disebabkan oleh dosa, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolak yang lebih banyak dari itu”, (Hr Thabrani).
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang menerima taubat hamba-hamba-Nya dan memaafkan segala kesalahan. Sebagaimana firman Allah , yang artinya ,” Dan dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan “, (Qs. As-syura : 25).
Saudaraku, janganlah kita samapai tergelincir dalam prasangka buruk kepada Allah , bahwa Dia-lah menginginkan suatu keburukan terhadap hamba-Nya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan pernah menyakiti dan menzalimi hamba-Nya. Sungguh prasangka ini justru akan menghancurkan diri kita sendiri.
Dari Abu Musa, Rasulullah saw bersabda, yang artinya ,” Sesungguhnya Allah membentang-kan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan di waktu siang dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan di waktu malam, hingga matahari terbit dari barat (datang hari kiamat), “ (Hr Muslim). 2.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, yang aartinya, “ Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubatnya,” (Hr Muslim). 3.
Seorang hamba yang berhati jernih , tentunya sering melakukan taubat kepada Allah dan memohon ampunan-Nya pada setiap saat, atas segala sikap dan perbuatan buruk.
Saudaraku, janganlah berputus asa, nantikanlah pertolongan Allah. Karena sesungguhnya pertolongan akan datang setelah adanya kesusahan dan kemudahan akan datang setelah adanya kesulitan.
sebagaimana firman Allah yang artinya, “ Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya” , Qs. As-Syura : 28).
Allahu a’lam
1. Diriwayatkan Ahmad (1/28), Abu Dawud (2/178 no. 1518), An-Nasa’i dalam kitab al-Yaum wa Al lailah no. 456, al-Hakim berkata (4/262) dalam sanadnya terdapat Al-Hakam bin Mush’ab, Abu Hatim berkata ,’ia tidak dikenal’ dalam At-tahzib (2/439), disebutkan al-Bukhari dalam Tarikh Al-Kabir (2/338) beliau tidak menyabutkan adanya tajrih.
Disebutkan Ibn Hibban dalam Ats-tsiqat (6/187), ia berkata ,’ beliau keliru’, disebutkan dalam adh –Dhu’afa’ (1/249, ia berkata,’tidak boleh berhujjah dengannya,’. Oleh karena itu jamaah menghukum hadits ini dha’if, akan tetapi Al-Hakim dan Ahmad Syakir menshahihkan sanad hadits ini dalam komentarnya terhadap Al-Musnad no.2334.
Imam Shuyuthi memberikan rumus hadits shahih 187, Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits ini hasan dalam Amaly pada majlis ke 77 dan pada 148, beliau memberikan isyarat pada akhir tentang apa yang dikatakan Ibn Hibban terhadap Hakam bin Mush’ab dalam Ats Tsiqat dan Adh Dhu’afa, kemudian beliau berkata,’Takhrij yang dilakukan An-Nasa’i telah menguatkan perkaranya dan menolak perkataan Ibnu Hibban, walaupun didalamnya terjadi kontradiksi.
2. Riwayat Muslim 4/2114 no. 2759
3. Riwayat Muslim 4/2076 no. 2703