Allah berfirman, yang
artinya, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,". (Qs.
Al-Mukminun : 1-5).
Dari
Abu Hurairah ra,
bhw Nabi , beliau bersabda,
مِنْ
حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di
antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”
(HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. shahih dr Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ).
Di antara tanda kebaikan seorang hamba adalah
meninggalkan hal yang sia-sia atau tidak
bermanfaat bagi dirinya , keluarganya dan agamanya. Ini adalah karakteristik khas dalam perilaku,
perkataan maupun akhlak diri hamba beriman .
Dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, Tahqiq: Syaikh Syu’aib
Al Arnauth dan Syaikh Ibrahim Yajus, menyatajkan bahwa hal diatas mengandung makna bahwa di antara kebaikan
Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baik berupa
perkataan atau perbuatan.
Saudaraku , hamba yg mensifati dirinya
dengan karakteristik tersebut , maka
Allah akan memuliakannya dengannya. Jika tidak, mk hal tsb hanyalah
sekadar pengakuan yg membutuhkan suatu pembuktian.
Dalam Ad-Daa`wa
Ad-Dawaa`, Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa salah satu contoh meninggalkan apa-apa yang tidak penting adalah
menjaga lisan dari ucapan yang tidak berguna. Artinya jangan sampai seseorang mengucapkan kata-kata
yang sia-sia. Apabila dia berkata hendaklah berkata yang diharapkan terdapat
kebaikan padanya dan manfaat bagi agamanya. Apabila dia akan berbicara
hendaklah dia pikirkan, apakah dalam ucapan yang akan dikeluarkan terdapat
manfaat dan kebaikan atau tidak? Apabila tidak bermanfaat hendaklah dia diam,
dan apabila bermanfaat hendaklah dia pikirkan lagi, adakah kata-kata lain yang
lebih bermanfaat atau tidak? Supaya dia tidak menyia-nyiakan waktunya dengan
yang tidak bermanfaat.”
Hal itu sebagaimana diterangkan dalam hadits
Al Husain bin ‘Ali , bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ
قِلَّةَ الْكَلاَمِ فِيمَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah mengurangi
berbicara dalam hal yang tidak bermanfaat” (HR.
Ahmad 1: 201. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan
dengan adanya syawahid,penguat).
Dalam ayat lain juga ditegaskan akan
sifat orang mukmin, yaitu memhindarkan diri dari perbuatan dan perkataan yang
tiada berguna. Allah berfirman dalam menggambarkan kodisi ini, dengan
firman-Nya, yang artinya ," … dan apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tiada berfaedah, mereka
lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya". (Qs. Al-Furqan :
72).
Allah juga berfirman, yang artinya
," Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka
berpaling daripadanya dan mereka berkata ;'Bagi kami amal-amal kami dan bagimu
amal-amal kamu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan
orang-orang jahil". (Qs. Al-Qashas : 55).
Allah juga berfirman, yang artinya
," Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami
, maka tinggalkanlah mereka…". (Qs. Al-An'am : 68).
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya “Di antara
(tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak
bermanfaat baginya".”(Hadits hasan. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan
selainnya seperti itu). Hadits di ini merupakan salah satu prinsip adab dan
etika mulia. Dalam Jami’ul 'Ulum wal-Hikam (I/288).
Seseorang meninggalkan sesuatu yang
tidak bermanfaat baginya, dan tidak ia inginkan bukan karena pertimbangan hawa
nafsu dan keinginan jiwa, namun karena pertimbangan syari’at Islam. Oleh karena
itu, beliau menjadikan sikap seperti itu sebagai bukti kebaikan
keislamannya.
Rasulullah saw, juga bersabda, yang
artinya, " Seorang muslim adalah siapa yang menyelamatkan muslim lainnya,
dari gangguan lisan dan juga tangannya", (Hr. An Nasa'I, ahmad,
At-Tirmidzi, Ibn Majah, dinyatakan shahih al-albani dalam As-silsilah
as-Shahihah : 11/67).
Salah satu makna bhwdi antara kebaikan keislaman seseorang
ialah ia meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat baginya,
berarti ia hanya mencukupkan diri dengan berbagai perkataan dan perbuatan yang
bermanfaat saja . Seseorang meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya,
dan tidak ia inginkan bukan karena pertimbangan hawa nafsu dan keinginan jiwa,
namun karena pertimbangan syari’at Islam. Jadi , menjadikan sikap seperti itu
sebagai bukti kebaikan keislamannya.
Seorang yang keislaman , maka ia
meninggalkan ucapan dan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat baginya dalam
Islam, karena Islam mengharuskan seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban
seperti yang telah dijelaskan dalam hadits Jibril ra (hadits ke-2 kitab
al-Arba’în) dan hadits-hadits yang lainnya.
Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam
bersabda, yang artinya , " … Berkemauan keraslah kepada apa-apa yang
bermanfaat bagimu, dan minta tolonglah kepada Allâh Ta'ala dan janganlah
bersikap lemah….”
Dalam ash-Shamtu, karya Ibnu Abid Dunya.
Para Ulama menjelaskan, bahwa yang dimaksud meninggalkan apa-apa yang tidak
bermanfat, sebagian besar ditujukan kepada menjaga lisan (lidah), dari
perkataan yang sia-sia. Prinsip yang mendasar ialah meninggalkan hal-hal yang
diharamkan , sebagaimana sabda Rasulullah , bersabda , yang artinya ,"
Seorang muslim, ialah orang yang kaum Muslimin selamat dari lidah dan
tangannya; dan orang yang hijrah, ialah orang yang meninggalkan apa yang Allah
larang".
Jadi, jika keislaman seseorang baik, dia
akan meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat baginya; baik itu hal-hal yang
diharamkan, syubhat, makruh, dan hal-hal mubah yang berlebihan yang tidak
dibutuhkan, karena itu semua tidak bermanfaat bagi seorang Muslim. Jika
keislaman seseorang telah baik dan mencapai tingkatan ihsan, maka ketika beribadah
kepada Allah Ta'ala seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak sanggup maka
ia yakin bahwa Allah Ta'ala melihatnya. Maka, barang-siapa beribadah kepada
Allâh Ta'ala dengan mengingat kedekatan-Nya dan penglihatannya kepada Allâh
Ta'ala dengan hatinya atau mengingat kedekatan dan penglihatan Allâh Ta'ala
kepadanya, sungguh keislamannya telah baik dan mengharuskannya meninggalkan apa
saja yang tidak bermanfaat baginya dalam Islam dan ia lebih sibuk dengan
hal-hal yang bermanfaat baginya.
Riwayat dari Mu'adz bin Jabal ra
berkata,"Pada suatu hari aku bersama Rasulullah SAW dalam sebuah
perjalanan. Hingga ketika aku dekat dengan beliau, maka akupun berekata ,"
Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang amalan yang bisa memasukanku
kedalam surga dan menjauhkanku dari neraka?".
Rasulullah saw menjawab,yang artinya
" sungguh , engkau telah bertanya kepadaku tentang perkara agung (berat
bagi jiwa). Namun hal itu akan benar-benar menjadi mudah bai orang-orang yang
dimudahkan Allah. Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan dan
menunaikan haji".
Kemudaian beliau bertanya, yang
artinya," Maukah engkau, aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan".
Aku pun menjawab ", tentu wahai
Rasulullah".
Beliau bersabda, yang artinya ,"
Puasa adalah perisai, sedekah itu bisa memadamkan dosa-dosa sebagaimana air
bisa memadamkan api dan shalatnya seorang ditengah malam adalah syiarnya
orang-orang shalih. " Kemudian beliau membaca firman Allah, yang artinya
", Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada
Rabb-nya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa
rizki yang Kami berikan". (Qs. As-Sajadah : 16).
Kemudian beliau bertanya lagi,"
Maukah aku beritahukan kepadamu tentang pokok seluruh urusan (agama), tiang
penyangganya dan puncak tertingginya ?"
Aku menjawab,"tentu wahai
Rasulullah". Beliau bersabda , yang artinya ," Pokok adalah islam,
tiang penyangganya adalah shalat dan puncak tertingginya adalah
jihad".
Kemudian beliau bertanya kembali, "
Maukah aku beritahukan kepadamu tentang penguat (penyempurna) semua hal
tersebut ?"
Aku menjawab " tentu wahai
Rasulullah".
Beliau memgangi lidahnya seraya
bersabda, yang artinya ," Jagalah ini!".
Lalu aku bertanya," Wahai
Rasulullah , apakah kita akan benar-benar diazab lantaran semua yang kita
ucapkan?"
Beliau menjawab," Celaka engkau
wahai Muadz, tidakkah manusia itu dilemparkan ke dalam api neraka dengan wajah
tertelungkup dibawah mereka, melainkan akibat dosa dari lisan-lisan mereka
". (Hr Ahmad, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i).
Ibnu ‘Asaakir dalam Taariikh Dimasyq
48/117 , menyatakan ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz rahimahullah berkata , bahwa
Barangsiapa yang menghitung perkataannya merupakan bagian dari amal
perbuatannya, niscaya ia akan sedikit berbicara kecuali apa-apa yang bermanfaat
baginya .
Saudaraku , dengan meninggalkan hal-hal
yang tidak bermanfaat termasuk bagian dari kebaikan keislaman seorang hamba .
Jika ia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya dan mengerjakan apa yang
bermanfaat baginya, sungguh, telah sempurnalah kebaikan keislamannya.
Allahu a'lam
Sumber : Abdul 'athi ali Salim dalam
Halawatul Iman, Yazid bin Abdul Qadir Jawas , Ad-Daa`wa Ad-Dawaa`, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, ash-Shamtu, Ibnu Abid Dunya dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar