Saudaraku yang sedang menderita musibah atau penyakit.
Sesungguhnya Allah tidak menetapkan sesuatu, baik berupa bentuk ciptaan maupun
syariat, melainkan didalamnya terdapat
kebaikan dan rahmat bagi hamba-Nya. Ada hikmah yang sangat banyak dalam suatu
penyakit yang tidak dapat dicapai dgn
akal sehat manusia . Ibnu Qayyim, dalam
Syifa Al-‘alil fi masa’il al Qadha wa Al-hikmah wa at-ta’lil, menyatakan
terdapat banyak sekali faedah dan hikmah. Terdapat lebih dari seratus faedah yg
ada dibalik pedihnya rasa sakit karena penyakit dan atau musibah. Dalam Asy
Syukr, Abdul Malik menyatakan, bahwa tidak ada seorang hamba melainkan akan
diuji dgn kesehatan & kelapangan untuk menguji sejauh mana ia akan
mensyukurinya dan ia juga akan diuji dengan musibah untuk mengetahui sejauh
mana ia akan bersikap sabar dalam menghadapi ujian tsb.(1.)
Ibnu Taimiyah, berkata dalam Qaidah fi
al-Mahabbah, bahwa siapa yang diuji oleh Allah Ta’ala dengan kepahitan, seperti
penderitaan, kesempitan, kepedihan dan dibatasi kelapangan rizkinya,
sesungguhnya hal itu bukanlah bentuk hinaan Allah kepada dirinya, akan tetapi
hal itu merupkanan cobaan dan ujian bagi dirinya. Apabila ia tetap taat kepada Allah terhadap ujian itu, maka ia termasuk
orang yang berbahagia. Akan tetapi jika ia mengkhianati-Nya akibat ujian yang
diterimanya, maka hal itu tidak lebih hanya menjadi sebuah penderitaan baginya.
Ujian dan cobaan merupakan sarana untuk memperoleh kebahagiaan bagi para Rasul
dan Nabi dan orang-orang yang beriman. Akan tetapi sebaliknya, ujian dan cobaan
itu hanya menjadi suatu penderitaan bagi orang-orang yang inkar dan gemar
melakukan perbuatan maksiat .
Saudaraku, mari kita renungkan firman Allah,
yang artinya,” Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang yang memper-sekutukan Allah , gangguan yang
banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan ,” (Qs.
Ali Imran : 186).
Sebagian ulama menyatakan bahwa, jika
seandainya tidak ada berbagai peristiwa pada hari-hari yang dilalui manusia,
maka tidak akan diketahui sejauh mana kesabaran orang-orang yang mulia , juga
tidak akan diketahui sejauh mana ketidaksabaran orang-orang yang hina.(2.)
Ibnu Katsir , dalam tafir Ibnu
Katsir,(2/155)..nya menyatakan, bahwa seorang mukmin itu harus diuji harta dan
jiwanya, atau anak keturunan dan keluarganya. Seorang mukmin juga harus diuji
tingkat keagamaannya, jika agamanya kuat maka akan bertambah pula cobaan yang
akan diterimanya.
Saudaraku yang sedang mengalami penderitaan,
sesungguhnya penderitaan yang sedang menimpa anda merupakan sebab terhapusnya
kesalahan anda yang telah dilakukan oleh
hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan seluruh anggota tubuh anda. Karena
sesungguhnya penderitaan atau penyakit anda sebagai akibat dari
perbuatan-perbuatan dosa kita.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu),” (Qs.
Asy syura : 30).
Saudaraku, mempercepat hukuman didunia bagi
seorang hamba beriman adalah lebih baik baginya, sehingga seluruh dosanya dapat
terhapus dan allah menjadikannya sebagai orang yang selamat dari segala
kesalahan.
Dari Anas ra, ia berkata bahwasanya
Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” Jika Allah menginginkan kebaikan
bagi seorang hamba, maka Allah akan mempercepat hukuman bagi dirinya di dunia ini.
Dan jika Allah menginginkan keburukan bagi seorang hamba, maka Allah akan
menangguhnkan hukuman dari segala dosa-dosanya hingga ia akan mendapat-kan
balasannya pada hari kiamat nanti ,” (Hr Turmudzi).(3).
Saudaraku, yakinlah penderitaan anda karena
penyakit atau musibah, yang menyebabkan timbulnya rasa kekhawatiran, atau
kelelahan atau putus asa adalah nikmat dan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan hibah rabbaniyah (anugerah ilahi) yang diberikan allah kepada
hamba-hambaNya. Sehingga para Nabi,orang-orang shaleh terdahulu selalu gembira
ketika ditimpa suatu penyakit atau bala, seperti gembiranya salah seorang
diantara kita ketika mendapatkan kemewahaan (kelapangan).
Sebagaimana Rasulullah saw, bersabda, yang
artinya, “ Sehingga salah seorang diantara mereka, merasa sangat bergembira
dengan bala yang menimpanya, seperti gembiranya salah seorang diantara kalian
ketika mendapatkan kemewahan (kelapangan), “ (Hr. Ibn Majah).(4).
Allahu a’lam bissawab.
Sumber :Abdullah bin ali Ju’aitsin, hikmah
bagi orang sakit.
Catatan:
1.
Asy-Syukr, karya Ibn Abi Ad Dunya dan Iddah Shabirin ,
dan Abdul Malik bin Ishaq sepakat dengan kitab ini.
2.
Jannah ar-ridha fi at Taslim Lima Qaddarahullah wa Qadha,
karya Al-Gharnathi.
3.
Ditakhrij oleh tirmidzi (4,519 no.2396), dan ia juga
menganggapnya sebagai hadits hasan. Al-albani mengatakan bahwa hadits tersebut
adalah hadits hasan shahih (Shahih Tirmidzi-2/5), hadits ini juga diperkuat
oleh hadits Abdullah bin al-Mughaffal yang dianggap shahih oleh Ibnu Hibban
(no.2455, Al Mawarid), al Minawi dalam at-Taisir (1/64).
4.
Dikeluarkan Ibn Majah (2/1334-1335), Ahmad dengan
lafazhnya sendiri (4024), Hakim (4/307) dengan lafazh sama seperti ahmad dari
hadits Abi Sa’ad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar