Janji Allah untuk mengabulkan doa
merupakan motivasi besar bagi kita semua agar segera
berbuat baik, dan mendidik untuk selalu
bersyukur. Sebab rasa syukur itu adalah
pendorong utama untuk
bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Ada beberapa hal yg harus diketahui dlm
adab berdoa , agar terhindar dari
kesalahan dlm berdoa. Wajib
bagi setiap muslim untuk mengikuti petunjuk Nabi, mengikuti langkahnya,
menapaki manhajnya dan menjauhi cara-cara baru yg dilakukan manusia dlm
mengangkat tangan dan gerakan tangan ketika berdo'a, yaitu cara-cara yg tidak
berasal Rasulullah manusia paling sempurna do'a dan ketaatannya kpd Allah. bahwa
Beliau Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا سَأَلْتمُ ُاللهَ فَاسْأَلُوْهُ
بِبُطُوْنِ أَكُفِّكُمْ وَلاَ تَسْأَلُوْهُ بِظُهُوْرِهَا
Jika kalian memohon kepada Allah, mk
mintalah dgn menghadapkan telapak tangan bagian dlm kepadaNya, jangan
menghadapkan punggung telapak tangan.[ Abu Dawud,
no. 1486. Dishahihkan Al Albani di dalam Shahihah, no. 595]
Maka wajib bagi setiap muslim untuk memperhatikan hadits-hadits Nabi yang shahih dan komitmen dengannya. Sebab, petunjuk Beliau merupakan petunjuk terbaik.Hindarilah sikap berlebih-lebihan dalam mengangkat tangan ketika berdoa.Para salaf sangat menghindari menempatkan cara-cara do'a tidak pada tempatnya; seperti mengangkat kedua tangan ketika khutbah pada hari Jum'at, padahal bukan do'a istisqa.Mengangkat kedua tangan dalam berdo'a disyari'atkan pada waktu lainnya.
Muslim meriwayatkan dari 'Umarah bin Ru'aibah, dia melihat Bisyr bin Marwan mengangkat kedua tangannya ketika di atas mimbar. Maka 'Umarah berkata: ”Semoga Allah menjelekkan kedua tangan itu. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah tidak lebih dari sekedar mengangkat tangannya begini,” lalu ia mengisyaratkan dengan jari telunjuk” [ Muslim, 874.].
Lalu bagaimanakah jadinya dengan orang yang membuat cara baru dalam mengangkat tangan, atau gerakan yang tidak ada dasarnya? Siapa saja yang mencermati keadaan orang-orang yang berdo'a, niscaya akan melihat cara mereka yang aneh-aneh [Tashihud Du'a, Syaikh Bakr Abu Zaid, hlm. 126-129 ].
Diantara keanehan itu, ada sebagian orang yang menurunkan tangannya di bawah pusar atau sejajar pusar, dengan direnggangkan atau dirapatkan.Jelas, ini merupakan bukti dari ketidakpedulian dan sedikitnya perhatian terhadap masalah ini. Sebagian lain mengangkat tangan dengan direnggangkan. Ujung jari-jari mengarah kiblat, tapi kedua ibu jari mengarah ke langit. Ini jelas menyelisihi petunjuk Nabi pada hadits di muka: Jika kalian memohon kepada Allah, maka mintalah dengan menghadapkan telapak tangan bagian dalam kepadaNya. Yang lain, mengangkat kedua tangannya dengan membalikkannya ke berbagai arah, atau berdiri dengan menggerakkannya dengan gerakan yang bermacam-macam. Sementara yang lain, jika berdo'a atau sebelum berdo'a mengusapkan satu tangan ke tangan yang lain, atau mengibaskan tangannya atau gerakan serupa lainnya.Lainnya lagi, usai mengangkat tangan lantas menciumnya; yang demikian ini tidak ada asalnya.
Kesalahan lain, usai berdo'a mengusapkan kedua tangan ke wajahnya. Sifat ini memang terdapat dalam sebagian hadits, hanya saja tidak shahih. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Banyak sekali hadits shahih yang menginformasikan bahwa Nabi mengangkat tangan ketika berdo'a. Namun mengusap wajah usai berdo'a tidak diriwayatkan dari Beliau, kecuali hanya ada satu atau dua hadits, tetapi tidak bisa dijadikan hujjah”[ Fatawa, 22/519. Lihat Bab Mengusap Wajah Usai Berdo'a, karya Syaikh Bakr Abu Zaid.
39].
Cara baru lainnya, yaitu mencium dua ibu
jari, lantas diletakkan pada dua mata ketika muadzin menyebut nama Nabi atau di
waktu lain. Cara ini memang terdapat dalam hadits, namun batil, tidak sah dari
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , dengan redaksi ”Barangsiapa ketika
mendengar adzan mengucapkan ‘Selamat datang, wahai kecintaanku dan penyejuk
kedua mataku, Muhammad bin Abdillah,’ lantas, mencium ibu jarinya, lalu
meletakkannya pada matanya, maka mata itu selamanya tidak akan buta dan tidak
sakit”. Banyak ulama yang menyatakan hadits ini batil, tidak sah berasal dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam [Lihat Al Fawa'id Al Majmu'ah Fil
Ahaditsil Maudhu'ah, hlm. 20].
Dan termasuk khayalan orang-orang sufi, sebagian mereka menyandarkan ucapan hadits batil ini kepada Khidhir Alaihissallam [Lihat Lasyful Khafa, oleh Al Ajluni, 2/270. ].
Dan termasuk khayalan orang-orang sufi, sebagian mereka menyandarkan ucapan hadits batil ini kepada Khidhir Alaihissallam [Lihat Lasyful Khafa, oleh Al Ajluni, 2/270. ].
Termasuk bid'ah pula, yaitu sebagian
orang merapatkan jari-jari tangan kanannya, lantas diletakkan pada mata
kanannya dan tangan kirinya pada mata kiri dengan diiringi bacaan (Al Qur'an,
pen) atau do'a.
Cara lain lagi yang tidak shahih, sebagian orang berdo'a dengan meletakkan tangan di kepala usai salam. Sandaran mereka ialah hadits Anas, dia berkata: ”Adalah Nabi, usai menunaikan shalat Beliau mengusap jidatnya dengan tangan kanan, lalu berdo'a :
Cara lain lagi yang tidak shahih, sebagian orang berdo'a dengan meletakkan tangan di kepala usai salam. Sandaran mereka ialah hadits Anas, dia berkata: ”Adalah Nabi, usai menunaikan shalat Beliau mengusap jidatnya dengan tangan kanan, lalu berdo'a :
بِسْمِ اللهِ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنِّي الْغَمَّ وَالْحَزَنَ
Dengan menyebut nama Allah yang tiada ilah yang berhak disembah, kecuali Dia, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ya, Allah.Hilangkan kegundahan dan kesedihanku”. [Diriwayatkan Thabrani di kitab Al Ausath dan Al Bazzar, namun tidak shahih] .[ Mu'jam Ausath, no. 2.499.]
Kesalahan dalam berdo'a, sebagian orang yang shalat kadang-kadang mengisyaratkan kedua jari telunjuknya ketika tasyahud. Diriwayatkan dalam hadits shahih:
أَنَّ النَّبِيَّ مَرَّ عَلَى إِنْسَانٍ يَدْعُوْ وَهُوَ يُشِسْرُ بأُصْبُعَيْهِ السَّبَابَتَيْنِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحِّدْ أَحِّدْ
Nabi melewati seseorang yang berdo'a, dia berisyarat dengan kedua jari telunjuknya, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,”Satu saja, satu saja!” [Diriwayatkan Tirmidzi] [Tirmidzi, no. 3.557. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi no. 282].
Penyimpangan lain, sebagian orang berdo'a mengangkat tangan pada waktu tertentu tanpa didasari dalil syar'i, seperti mengangkat tangan setelah iqomat untuk shalat, (yang dilakukan) sebelum takbiratul ihram atau setelah salam dari shalat wajib secara bersama-sama atau sendiri-sendiri.
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahulah berkata: ”Sejauh pengetahuan saya, hadits yang menyebutkan Nabi berdo'a dengan mengangkat tangan usai shalat wajib, tidaklah shahih; tidak shahih pula dari para sahabat Nabi. Adapun yang dilakukan sebagian orang itu adalah bid'ah, tidak ada dasarnya” [Majmu Fatawa,11/184].
Kesalahan lain, yaitu mengangkat tangan
dalam berdo'a usai sujud tilawah, ketika melihat bulan dan waktu lainnya.
Kesimpulan
Kesimpulan
waktu-waktu yang ketika Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam masih hidup, namun Beliau tidak mengangkat tangan dalam
berdo'a ketika itu, maka tidak dibolehkan untuk mengangkat tangan. Sebab,
perbuatan Beliau adalah sunnah, amalan yang ditinggalkan juga sunnah (untuk
ditinggalkan). Beliau adalah tauladan yang baik dalam amalan yang akan datang
dan yang telah lalu. Wajib mendasarkan amalan kepada apa-apa yang dibawa Nabi,
dan meninggalkan yang Beliau tinggalkan.
Allahu a’lam
Sumber : Dinukil dari Fiqhul Ad`iyyah Wal Adzkar,
Syaikh Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al Abbad, 2/172-197, oleh Abu Nu`aim
Al Atsari, majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun
VIII/1425H/2004M ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar