Pujian dlm tingkat tertentu mempunyai pengaruh positif. Pujian bisa
menjadi kado terindah dlm kehidupan seseorang. Ia akan termotivasi karena dipuji
atas keberhasilannya dan memacu berkarya
lebih baik lagi. Pujian bisa racun. Apalagi pujian dpt menimbulkan perasaan berbangga diri (kesombongan diri). Berbangga diri (kesombongan) membuat kita tidak dpt tumbuh lagi
(stagnan) bahkan layu. Air yg tidak bergerak , lambat laun
akan mengalami pembusukan. Pujian berlebihan
bisa menjadikan
prestasinya makin menurun. Ketika
seseorang mendapatkan pujian, ia mungkin menganggap dirinya lebih dari yg lain . Pada saat itulah
sesungguhnya ia makin kecil disisi Rabb-nya. Membanggakan diri sendiri
(prestasi diri), akan menghapus amal kebaikan-kebaikan walau telah
dilakukannya dgn keikhlasan. Sebagaimana Firman
Allah, yg artinya ,” Maka masukilah pintu-pintu neraka jahanam, kalian kekal
didalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yg menyombongkan diri “. (Qs.
An-Nahl : 29).
Rasulullah saw bersabda ,yg artinya ,” Tidaklah seseorang menganggap besar dirinya sendiri, berjalan sambil menyombongkan diri kecuali ia akan bertemu Allah sedangkan Allah murka terhadapnya,” (Shohibul jami’ al-Shoghir 5711).
Merasa bangga
(puas) akan akan apa yg telah dilakukan adalah menjadikannya tidak lagi tumbuh berkembang , karena merasa sudah tidak
ada tantangan yang harus dilalui lagi . Saudaraku , dalam banyak hal pujian tidak membuat
diri kita lebih baik,
adapun hinaan juga tidak
membuat diri kita lebih buruk, , kecuali kita mengizinkannya.
Pujian
yang diterima bisa dijadikan sebagai instropeksi diri untuk lebih
mengenal diri . Atau justru menjerumuskan
diri karena menjadi
tersanjung dan bahkan menjadi kebutuhan , sehingga segala yang dilakukan tertanam sebagian motivasi untuk mengharapkan pujian. Lalu masalah besar akan muncul jika pujian bukan lagi sebagai
sarana , tetapi sudah menjadi tujuan. Inilah
awal penyakit yang menghancurkan. Apa pun akan dilakukan asal bisa dapat pujian.
Begitu besarnya pengaruh pujian, Rasulullah saw. pernah bersabda, yang artinya, “Taburkanlah pasir ke wajah orang-orang yang suka memuji dan menyanjung-nyanjung.” (HR. Muslim).
Seringkali
seseorang justru makin kuat dan maju berkat kritik, namun saat mendapat banyak pujian justru mengalami kemunduran.
Umumnya kita lebih suka dihancurkan oleh pujian ketimbang diselamatkan
oleh kritikan. Pujian bagaikan minum air laut.
Semakin banyak diminum, semakin hauslah kita. Kita
semakin membutuhan bahkan ketamakan akan tambahan pujian yg tak pernah terpuaskan.
Pujian dapat menjadi racun bagi yg tidak bijaksana mengemasnya
Sebaliknya
dengan kritikan , akan memunculkan sosok kerendahatian. Dengan rendah hati
seseorang akan lebih banyak belajar. Dan inilah pertumbuhan yang sebenarnya. Ia
bisa terus hidup terus tumbuh. Kerendahatian, laksana keharuman bunga. Dimana
aromanya menarik yang lain untuk menghampirinya. Adapun pujian sulit untuk
bertemu dengan kerendahatian.
Sudah menjadi dasar watak manusia
yang merasa senang apabila
mendapatkan pujian dan marah apabila dihina atau dicaci. Kiita sering terlena bahwa pujian terkadang
menjerumuskan ia pada kehancuran dan lupa bahwa yang pantas dipuji dan
disanjung hanyalah Allah SWT. Ini semua mengisyaratkan betapa
hati manusia lemah pujian dst.
Agar dapat menyikapi
pujian secara sehat, Rasulullah SAW memberikan tiga kiat wajib kita teladani.
1.
mawas diri supaya
tidak terbuai oleh pujian. Oleh karena itu, setiap kali ada yang memuji beliau,
Rasulullah SAW menanggapinya dengan doa, "Ya Allah, janganlah Engkau hukum
aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu." (HR Bukhari). Lewat
doa ini, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa pujian adalah perkataan orang lain
yang potensial menjerumuskan kita.
2.
menyadari bahwa hakikat pujian adalah tabir
dari sisi gelap kita yang tidak ingin diketahui orang lain. Karena,
ketika ada yang memuji kita, itu lebih karena ketidaktahuannya akan sisi gelap
kita. Rasulullah SAW dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa,"Ya
Allah, ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku)."
(HR Bukhari).
3.
Dan ketiga, kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain
memang benar ada dalam diri kita, Rasulullah SAW mengajarkan agar memohon
kepada Allah SWT untuk dijadikan lebih baik lagi. Maka, kalau mendengar pujian
seperti ini, Rasulullah SAW kemudian berdoa, "Ya Allah, jadikanlah aku
lebih baik dari apa yang mereka kira." (HR Bukhari).
Saudaraku, pujian maupun hinaan bisa menjadi motivator
diri yang kuat . Kita hanya perlu melihatnya dari sudut atau sisi kebaikannya. Hinaan menjadikan kita lebih intensif melakukan perbaikan diri dari sifat atau
perbuatan buruk kita. Sedangkan pujian
akan membuat kita lebih mensyukuri nikmat Allah dan menyadari sebenarnya yang paling
berhak pujian hanyalah Allah. Karena apapun yang terjadi dalam
diri kita adalah atas izin Allah . Dan hinaan
maupun pujian seharusnya dapat membuat kita lebih terpacu menjemput nikmat Allah yang lebih
besar .
Allahu a’lam
Sumber : Muhammad Nuh . Dakwatuna.com, M. Taqiyyuddin Alawiy, Pengajar Madrasah Diniyah Nurul Huda Mergosono Malang , Yusran Pora dalam Gagal itu Indah , dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar