Setiap manusia memang tidak ma’shum dari dosa (tidak dapat
menghindarkan diri dari dosa dan kesalahan) , kecuali
para Rasul dan para Nabi. Sudah menjadi tabiat manusia yg tidak luput dari
salah dan lupa. Hasan Hamman dlm at Tadawi bil-istighfar, menyebutkan bhw Rasulullah
SAW pernah bersabda, yg artinya , “ Seluruh anak adam pasti melakukan
kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yg berbuat kesalahan adalah mereka yg
bertaubat”.
Namun , ada permasalahan penting yang harus diperhatikan , yakni bhw
tidak cukup istighfar diucapkan hanya dgn mulut atau lisan. Hanya perkataan lisan
Astagfirullah , selanjutnya ucapan-ucapan ini tiada berbekas dlm hati, juga tidak membekas dlm perbuatan anggota tubuh. Fudhail bin ‘Iyadh
berkata, bahwa istighfar tanpa memutuskan dari perbuatan dosa adalah taubatnya
para pendusta. Bahkan hingga
dikatakan, memohon ampun (istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa disertai
perbuatan adalah pekerjaan para pendusta." (Al-Mufradat fi Gharibil
Qur'an,).
Imam Ar-Raghib Al-Ashfahami menerangkan
: “Dalam istilah syara’, taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya,
menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak
mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang bisa diulangi . Jika keempat hal
itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna”.
Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya
sendiri menjelaskan : “Para ulama berkata, ‘Bertaubat dari setiap dosa hukumnya
adalah wajib. Jika maksiat itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada
sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya
ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatan nya. Ketiga,
ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya
hilang, maka taubatnya tidak sah.
Maksudnya orang yang beristighfar kepada Allah namun belum
meninggalkan maksiat, maka istighfar-nya membutuhkan istighfar lagi. Oleh karena itu hendaknya kita mengetahui
hakikat istighfar agar kita tidak termasuk dalam golongan para pendustqa, yang
beristighfar dengan mulut , sementara tubuh yang lain masih tetap dalam
kemaksiatan.
Imam An-Nawawi menjelaskan: "Para ulama berkata,
'Bertaubat dari setiap dosa hukumnya wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara
hamba dengan Allah, maka syaratnya ada tiga :
menjauhi maksiat tersebut, menyesali perbuatan (maksi-at)nya, dan berkeinginan
untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.
Saudaraku, sesungguhnya Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya
untuk selalu bertaubat dan beristighfar dalam banyak ayat di Kitab-Nya
(al-Qur’an). Dan Allah juga mensifati diri-Nya dengan Al-Ghaffar, Al-Gaffur
(Maha Pengampun) dan Ghafir adz-Dzanb (Maha Mengapuni dosa). Allah memuji
orang-orang yang beristighfar dan menjanjikan mereka pahala yang agung. Allah meridhai hamba-hamba-Nya yang
beristighfar dengan benar, karena para hamba itu mengakui dosa-dosa dan
kesalahan-kesalahannya.
Saudaraku, disisi lain isttighfar adalah obat yang sangat
mujarab dan terapi handal agar terbebas dari dosa dan kesalahan.
Allah berfirman, yang artinya “Dan Allah sekali-kali tidak
akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula)
Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal: 33)
Abu Hurairah ra
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, yang artinya ,” Tuhan kita setiap
malam turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang tersisa. Allah berkata,”
Orang yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya, orang yang meminta
kepada-Ku maka Aku akan memberinya, orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka
Aku akan mengampuninya”. (Hr Bukhari Muslim)
Dalam sunan Abu Daud dan
Ibnu Majah, dari Abdullah bin Abbas, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang
membiasakan istighfar, maka Allah akan memberikan untuknya jalan keluar dari
setiap kesulitan, kelegaan dari setiap kesedihan dan Allah akan mengrunikan
rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka.”
Siapapun kita yang jiwanya dirobek kekhawatiran, dilemahkan oleh kesedihan, terbelenggu kesedihan hendahlah beristighfar. Istighfar adalah penyembuh dan terapi yang mujarab. Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa tidaklah Allah mengilhamkan seoranghamba untuk beristighfar , sementara Dia ingin mengazabnya.
‘Aisyah
ra, mengatakan bahwa sungguh beruntung sekali orang yang menjumpai buku catatan
amalnya penuh dengan bacaan istighfar.
Bakr
binAbdullah al Mazani berkata bahwa kalian telah banyak melakukan dosa-dosa
maka perbanyaklah istighfar. Sesungguhny laki-laki yang dalam buku catatannya
dia menjumpai setiap lembarannya ada tulisan istighfar maka ia akan sangat
beruntung berbahagia.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang selalu
beristighfar.
Allahu a’lam
Sumber : Mafatihur Rizq fi Dhauil Kitabi was Sunnah - Dr. Fadhl Ilahi , At Tadawi
bil Istighfar-Hassan Hamman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar