Ikhlas adalah membersihkan segala amal perbuatan dari segala campuran . Diantara buah hasil keikhlasan adalah hati yang selamat dari penipuan dan kesesatan, dan pikiran terselamatkan dari keraguan. Abu Sulaiman ad-Darani berkata bahwa, ketika seorang hamba telah ikhlas, maka segala keraguan akan lenyap.
Ciri keikhlasan lebih lanjut, adalam tetap dalam kondisi yang sama dalammenyikapi pujian dan celaan serta melupakan segala perbuatan baiknya. Bahkan seorang hamba yang telah mencapai ikhlas ,akan lebih menyukai menyembunyikan kebaikannya, sebagaimana dia menyembunyikan keburukannya.
Dalam keikhlasan shalat, adalah semata-mata karena kecintaanya kepada Allah, mengharap ridha-Nya, mendekatkan dirinya kepada-Nya dengan rasa cintanya kepada-Nya.
Bahkan syaikh Mu’min Fathi al-Haddad, dalam Jaddid Shalataka , meyatakan bahwa seorang hamba yang menjalankan shalat dengan keikhlasan terhidarkan darimaksud dan tujuan duniawi. Namun hanya demi mengharapkan keridhaan Tuhan nyadan kecintaan kepada-Nya, takut siksa dan mengharap ampunan dan pahala dari-Nya.
Al Muhasibi menggambarkan jiwa yang bersih dari kotoran, laksana pohon yang rimbun daunnya tampak sejuksaat dipandang,. Karena sering disiram,maka airnyapun mengalir diantara ranting-ranting yang basah, daunnya semakin bertambah,menghasilkan buah, sehingga nilai jual pohon itupun semakin tinggi. Demikian itu adalah bagaikan amal perbuatan yang Salih memiliki dasar dalam hati yang tersembunyi dari pandangan orang lain. Jauh dari rasa bangga karena pujian dan jauh dari rasa marah karena cacian.
Kesungguhan
Adapun kesungguhan lebih khusus bila dibandingkan dengan keikhlasan. Seseorang hamba yang telah mencapai tahapkeikhlasan dalam menunaikan ibadah shalat,masih perlu ditingkatkan lagi menjalankan dengan penuh kesungguhan.
Jika ikhlas adalah penyatuan misi, maka kesungguhan adalah menyatukan visi, yakni tidak berpaling dari kondisi yang sedang kita jalani.
Ikhlas bisa dikatakan sebagai menjauhkan segala pandangan orang lain, yaitu dengan berusaha agar orang lain tidakmelihat perbuatan (kebaikan ) kita atau agar orang lain tidak mengomentari perbuatan kita (ketika kita sedangn berada dihadapan Allah Yang Maha Benar).
Sedang kesungguhan adalah membersihkan diri dari memandang (perbuatan baik) diri sendiri, dimana jangan sampai kita melihat pada perbuatan sendiri dengan menganggapnya kebaikan. Atau merasa diri bahwa kita adalah orang yang telah ikhlas dalam menjalankan amal perbuatan itu.
Bukankah para salafus shalih menyatakan bahwa barang siapa yang melihat keikhlasan dalam amal perbuatannya, maka sesungguhnya dia masih membutuhkan keikhlasan.
Jika seorang hamba yang ikhlas adalah hamba yang tidak riya kepada orang lain ,maka seorang hamba yang bersungguh-sungguh adalah seorang hamba yang tidak merasa kagum dengan diri (amal perbuatannya).
Saudaraku syaikh Mu’min Fathi al-Haddad, dalam Kaifa Takhsya’u fi Shalatika wa tadfa’u min Wasawisika, menyatakan bahwa, keikhlasan tidak akan sempurna tanpa adanya kesungguhan , dan tiada kesungguhan tanpa adanya keikhlasan. Sedangkan kesungguhan dan keikhlasan tidak akan dapat sempurna kecuali dengan kesabaran.
Semoga kita diberi hidayah Allah , sehingga bisa melakukan amal perbuatan yang diridhai-Nya dengan keikhlasan dan kesungguhan serta kesabaran saat menjalankannya.
Allahu a’lam
Sumber : Kaifa Takhsya’u fi Shalatika wa tadfa’u min Wasawisika , syaikh Mu’min Fathi al-Haddad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar