Pemahaman yang mendalam , dan penetilian yang detail tentang kata tunggal dalam suatu bahasa, serta mengetahui arti satu kata merupakan langkah awal yang akan membantu dalam proses pelaksanaan, realisasi dan pengambilan manfaat.
Ibn Mandhur dalam Lisanu al ‘arab, menyatakan Khasya’a, Yakhsya’u, Khusyu’an, yang diartikan sebagai melempar pandangan ke arah bumi, menundukkan pandangan dan melemahkan suara.Khasya’a Basharahu yang berarti tunduk. Sedangkan kata Ikhtasya’a digunakan taktala seseorang menundukkan dadanya dan merendahkan diri.
Beberapa ulama berpendapat, al-khusyu’ artinya berdekatan dengan al-khudhu’. Hanya saja al-khuddhu’ digunakan untuk badan, sedangkanal-khusyu’ digunakan untuk hati, suara dan pandangan.
Beberapa kata yang telah diambil dari bahasa lain, kemungkinan dalam bentuk yang telah diubah (kata asal disebut sebagai etimon). Melalui naskah tua dan perbandingan dengan bahasa lain, etimologis mencoba untuk merekonstruksi asal-usul dari suatu kata - ketika mereka memasuki suatu bahasa, dari sumber apa, dan bagaimana bentuk dan arti dari kata tersebut berubah.
Kita ambil contoh,
Firman Allah, yang artinya ,” Pandangan mereka tertunduk kebawah diliputi kehinaan ,” (Qs. Al–ma’arij : 44)
Firman Allah , yang artinya ,” ...Dan semua suara tunduk merendah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik ,” (Qs. Thaha : 108).
Menurut Rajab al-Hambali dalam Al-Khusyu, menyatakan bahwa asal mula kekhusyukan adalah kelembutan hati, ketenangan, kehalusan, kerendahan, ketundukan dan getaran hati.
Ketika hati khusyuk, maka seluruh anggota badan dan tubuh ikut menjadi khusyuk. Anggota badan mengikuti hati.
Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” Ingatlah , didalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik maka seluruh jasad akan baik; jika ia rusak maka seluruh jasad menjadi rusak. Ia adalah hati ,”.
Ketika hati khusyuk maka pandangan, pendengaran, kepada, wajah , seluruh anggota badan, segala perbuatan, bahkan ucapan , semuanya ikut menjadi khusyuk.
Sebagaimana Rasulullah, dalam rukuknya, mengucapkan , yang artinya ,” Telah khusyuk kepada-Mu segala pendengaranku, pandanganku, pikiranku dan tulangku “. Dalam riwayat lain , disebutkan ,” dan segala yang ditopang kedua kakiku”.
Ibn Qoyyim dalam Madariju as Salikin , menyatakan bahwa khusyuk , secara etimologis berarti kerendahan, kehinaan dan ketenangan.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok ; Dan semua suara tunduk merendah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik ,” (Qs. Thaha : 108).
Khusyuk diartikan juga sebagai tenang, menghinakan dan merendahkan diri. Seringkali bumi juga disifati khusyuk , yaitu ketika bumi itu kering dan berupa dataran rendah dan tiada perbukitan, tanpa ada air dan tiada tumbuh-tumbuhan.
Sebagaimana Allah telah berfirman, yang artinya ,” Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan diatasnya, niscaya ia akan bergerak dan subur... “, (Qs. Fushshilat : 39).
Syaikh Mu’min Fathi Al-Haddad, mengartikan makna khusyuk dari sudut pandang etimologis sebagai berikut :
- 1. Kehinaan dan ketakutan.
Arti ini mencakup wajah dan pandangan, yakni wajah dan pandangan orang-orang kafir pada hari kiamat. Sebagaimana firman-Nya , yang artinya ,
“, Banyak wajah pada hari itu tunduk terhina “, (Qs. Al-Ghasyiyyah : 2).
“, pandangannya tunduk “, (Qs. An-Nazi’at : 9).
“, sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka ,” (Qs. Al-Qamar : 7). - 2. Krendahan dan ketenganan,
Sebagaimana firman-Nya ,yang artinya ,” Pada hari itu mnusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belik ; dan merendahkan semua suara kepada Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar suara kecuali bisikan saja “ , (Qs. Thaha : 108).
Sebagaimana Allah telah berfirman, yang artinya ,” Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan diatasnya, niscaya ia akan bergerak dan subur... “, (Qs. Fushshilat : 39). - 3. Tunduk dan merendahkan diri,
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Kalau sekiranya kami menurunkan al-Qur’an ini kepada gunung pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah ,” (Qs. Al-Hasyr : 21).
Saudaraku, adapun kondisi yang dialami seorang hamba yang khusysuk adalah kehinaan, ketundukan, kerendahan , kepatuhan, ketenangan dan merendakan diri.
Adapun penyebab khusyuk adalah “tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah ,” (Qs. Al-Hasyr : 21).
Muara khusyuk adalah sifat kecintaan seorang hamba kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Jadi khusyuk adalah berkaitan dengan pengagungan, kecintaan, kehinaan dan ketundukan.
Semoga kita mendapat nikmat dan berkah sifat khusyuk dari Allah SWT.
Amin.
Allahu a’lam
Sumber : Syaikh Mu’min Fathi Al-Haddad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar