Bila seorang hamba mengedepankan pemikiran positif (husnuzh zhann), maka tindakan positif akan dilakukaknya, sebaliknya bila ia menyikapi suatu peristiwa dengan pikiran negatif,maka perilaku negatif pula kan dikerjakannya.
Kita lebih mudah mempersepsikan negatif suatu peristiwa , sebagaimana Firman-Nya , yang artinya ,” ... dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka.. “, (Qs. Al-Ahzab : 10).
Filsuf,Marcus Aurelius, berpendapat , kebahagiaan hidup tergantung dari pikiran. Ilmuwan Perncis , Mountain, menyatakan bahwa manusia tidak terpengaruh dengan apa yang terjadi, namun dengan persepsinya tentang apa yang terjadi.
Edmund Spencer,menyatakan bahwa pikiranlah yang membuat baik menjadi jelek, bahagia menjadi sengsara, kaya jadi miskin.
Salah satu cara untuk mengubah pola pikiran adalah dengan mengubah persepsi terhadap suatu hal yang terjadi. Dengan melatih diri untuk mengedalikan persepsi, maka akan tumbuh pemikiran bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti ada sisi baiknya, dan menjadikan setiap kejadian yang menimpa sebagai sarana untuk instropeksi diri.
Kita cendrung memikirkan situasi yang sedang terjadi, dalam realitas,serta apa yang menyebabkan terjadinya situasi itu. Apabilakita jujur menghadapi fakta bahwa kita menciptakan keadaan kita, maka dengan mudah kita bisa menciptakan keadaan yang kita inginkan.
Kita sering persepsikan bahwa dunia (lingkungan kita) terkesan tidak adil dan kasar kepada kita, namun sebenarnya itu tidak perlu berpengaruh . Kita bisa bebas, bisa tidur nyenyak. Tak perlu terusik oleh orang-orang yang tidak baik atau gamang oleh kejadian yang tak terduga. Anda tak perlu melakukan hal yang tidak ingin anda lakukan, anda tak perlu hidup dalam rasa frustasi atau konflik. Apakah ini bisa atau hanya teori?
Jika kita berpikir demikian,maka itulah kesalahan awal kita. Apabila seorang hamba berpikir demikian, maka ia berpikir negatif dan akhirnya dia pun hanya akan berpikir dengan cara seperti itu.
“ Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran ,” (Qs. Yunus : 36) , demikian firman-Nya.
Semua yang terjadi diluar (kita) adalah serupa dengan yang terjadi di dalam diri kita yaitu pikiran dan perasaanya (Charles Brodie Patterson).
Ibrahim Elfiky dalam Quwwat a-Tafkir, menyatakn bahwa persepsi merupakan awal menuju perubahan dan perubahan adalah awal kemajuan. Coba kita simak kisah dibawah ini.
Diceritakan bahwa seorang geolog berkebangsaan Jepang, Yuka, berangkat ke South African bersama dengan beberapa ilmuwan lainnya. Mereka melakukan semacam eksplorasi atau penelitian kandungan emas atau batuan mineralmulai lainnya. Mereka bekerja mulai pukul 05. Pagi hingga larut malam.Selama sepuluh hari penelitian ,mereka belum menemukan tanda-tanda keberhasilan,akhirnya mereaka merasa lelah dan frustasi.
Akhirnya ketika hari masih sore, mereka putuskan untuk kembali ke camp. Dalam perjaslan pulang, Yuka bertemu dengan seorang bocah kecil seumuran 10 tahun. Bocah itu sedang bermain dengan sebongkah batu ditangannya, sebongkah batu yang berkilau kena sinar matahari.
Yuka mendekatinya, dan menanyakan apa yang dipegangnya. Sang bocah menjawab, ‘ tidak tahu tuan, aku menemukan batu-batu ini di tepi pantai sana,’.
Yuka mencoba untuk membeli batu itu, dan si bocah tidak keberatan.
‘Berapa uang yang kau minta ? tanya yuka.
‘Entahlah, terserahlah tuan, emm apa tuan punya sesuatu yang lain ?’ kata si bocah.
‘Ya, aku punya beberapa kue dan biskuit, apa engkau mau menerimany sebagai tambahan imbalan ?’ kata Yuka
‘Okelah tuan’, kata si bocah.
Yuka segera kembali ke camp. Dikamarnya ia mencoba untuk meneliti batu itu. Karena tidak yakin dengan pennelitiannya, ia menelitinya hingga puluhan kali. Akhirnya ia berkesimpulan, bahwa batu itu adalah mineral emas murni yang bernilai jutaan dollar.
Yuka berkata, dalam hati, ‘ andai saja bocah itu mengetahui nilai batu ini, ia tentu tidak mau menukarnya dengan harga semurah itu’.
Kisah ini adalah salah satu contoh tentang persepsi . Kisah ini bisa diibaratkan sebagai seorang hamba yang tidakmenyadari potensi yang ada pada dirinya yang luar biasa sebagai augerah Allah. Selama ini kita seringkali mengeluh, menyalahkan orang lain, membandingkan kesialan diri kita dengan keberhasilan orang lain , ini sama artinya membiarkan diri kita tertipu oleh sesuatu yang sangat murah,sebagaimana cerita bocah tadi.
Sebuah penelitian tentang persepsi yang dilakukan univeristas George Town, menye-butkan bahwa lebih dari 90% sikapkita dilakukan secara spontan, tanpa dipikir panjang. Persepsi kita lahir secara spontan.
Ada beberapa nasihat (teknik) untuk mengubah atau memperbaharui persepsi kita. Sebagaimana disampaikan oleh Jessica Padykula ;
Salah satunya adalah Percaya pada kekuatan pikiran positif.
Saudaraku, jika anda berpikir positif, maka hal-hal yang positif akan mendatangi anda,dan kesulitan-kesulitan akan manjadi lebih ringan. Begitu sebaliknya. Ini adalah sunnatullah, hukum alam, hukum universal . Seperti dikatakan seorang pakar psikologi, Anthony Robbins bahwa sebanrany, bukan peristiwa-peristiwa kehidupan yang membentuk kepribadian anda, namun keyakinan terhadap makna dari suatu peristiwa.
Tidak mudah memang menubah pola pikira , namunusaha ini akan sebanding dengan hasil yang akan kita petik.
Ya begitulah, sebuah persepsi ataupun interpretasi umumnya berawal dari sebuah keyakinan. Ada yang menyatakan cinta itu nikmat ,namun ada yang menyatakan sebagai penderitaan. Untuk itu jagalah pikiran-pikiran dan keyakinan terhadap suatu peristiwa, karena disitulah awal dari persepsi atau tindakan kita.
Tengoklah suatu ungkapan umum di masyarakat, bahwa ‘yang kaya makin kaya, dan yang miskin semakin miskin’. Pepatah ini seolah sudah merasuk didalam hati dan ikiran masyarakat kita. Dan ini menjelaskan kepada kita mengapa hal ini sering benar-benar terjadi dalam kehidupan keseharian.
Orang kaya makin kaya, sebab pikiran mereka selalu dipenuhi oleh kekayaan yang dimiliki. Terlebih jika orang itu sering bersyukur atas nikmat itu, maka secara hukum daya tarik mmenarik ia akan semakin kaya. Sedangkan orang miskin , diperparah dengan pikirannya yang dipenuhi dengan hal-hal yang tidak dimilikinya, dengan kata lain perasaan miskin memenuhi pikirannya (hatinya).
Saudaraku, mari kita telusuri apa yang membuat kita berpikiran negatif, selanjutnya perbaiki diri dan kembali berusaha maju. Berhentilah mengeluh dan menyesali, karena ini akan menghabiskan waktu dan energi diri. Kita teriam apa yang telah terjadi. Selanjutnya fokus pada hal-halpositif. Catatlah hal-hal positif yang ada dalah keseharian kita. Dengan begitu kita mulai belajar bersyukur dan melihat setiap kejadian sebagai anugerah yang wajib kita syukuri.
Seorang ulama Imam Hasan Bashri,menyatakan bahwa manusia akan sama saja ketika sama-sama dilimpahi nikmat, namun ketika ujian datang menimpa, saat itulah akan terjadi perbedaan.
Apa yang anda pikirkan ,anda akan percaya
Apa yang anda percaya , anda akan berindak
Apa yang anda lakukan, maka anda akan hidup dengannya.
Allahu a’lam
Sumber : Abu Firlu Hasan Taqiy, agar Allah selalu memberi jalan keluar, Ibrahim Elfiky Quwwat a-Tafkir dll
Saudaraku, jika anda berpikir positif, maka hal-hal yang positif akan mendatangi anda,dan kesulitan-kesulitan akan manjadi lebih ringan. Begitu sebaliknya. Ini adalah sunnatullah, hukum alam, hukum universal . Seperti dikatakan seorang pakar psikologi, Anthony Robbins bahwa sebanrany, bukan peristiwa-peristiwa kehidupan yang membentuk kepribadian anda, namun keyakinan terhadap makna dari suatu peristiwa.
Tidak mudah memang menubah pola pikira , namunusaha ini akan sebanding dengan hasil yang akan kita petik.
Ya begitulah, sebuah persepsi ataupun interpretasi umumnya berawal dari sebuah keyakinan. Ada yang menyatakan cinta itu nikmat ,namun ada yang menyatakan sebagai penderitaan. Untuk itu jagalah pikiran-pikiran dan keyakinan terhadap suatu peristiwa, karena disitulah awal dari persepsi atau tindakan kita.
Tengoklah suatu ungkapan umum di masyarakat, bahwa ‘yang kaya makin kaya, dan yang miskin semakin miskin’. Pepatah ini seolah sudah merasuk didalam hati dan ikiran masyarakat kita. Dan ini menjelaskan kepada kita mengapa hal ini sering benar-benar terjadi dalam kehidupan keseharian.
Orang kaya makin kaya, sebab pikiran mereka selalu dipenuhi oleh kekayaan yang dimiliki. Terlebih jika orang itu sering bersyukur atas nikmat itu, maka secara hukum daya tarik mmenarik ia akan semakin kaya. Sedangkan orang miskin , diperparah dengan pikirannya yang dipenuhi dengan hal-hal yang tidak dimilikinya, dengan kata lain perasaan miskin memenuhi pikirannya (hatinya).
Saudaraku, mari kita telusuri apa yang membuat kita berpikiran negatif, selanjutnya perbaiki diri dan kembali berusaha maju. Berhentilah mengeluh dan menyesali, karena ini akan menghabiskan waktu dan energi diri. Kita teriam apa yang telah terjadi. Selanjutnya fokus pada hal-halpositif. Catatlah hal-hal positif yang ada dalah keseharian kita. Dengan begitu kita mulai belajar bersyukur dan melihat setiap kejadian sebagai anugerah yang wajib kita syukuri.
Seorang ulama Imam Hasan Bashri,menyatakan bahwa manusia akan sama saja ketika sama-sama dilimpahi nikmat, namun ketika ujian datang menimpa, saat itulah akan terjadi perbedaan.
Apa yang anda pikirkan ,anda akan percaya
Apa yang anda percaya , anda akan berindak
Apa yang anda lakukan, maka anda akan hidup dengannya.
Allahu a’lam
Sumber : Abu Firlu Hasan Taqiy, agar Allah selalu memberi jalan keluar, Ibrahim Elfiky Quwwat a-Tafkir dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar