Dalam bhagavad Gita, dituliskan bahwa ‘berkaryalah sebatas kemampuanmu, namun jangan selalu memikirkan hasil akhirmu. Janganlah (sekali-kali) pahala menjadi motifmu, jangan pula bermalas-malasan dan duduk diam.
Sebagaimana pengalaman masa lalu kita, ketika masih duduk di bangku kuliah. Seringkali kita cenderung memikirkan bagaimana hasil akhir dari tugas skripsi kita. Kita sering membayangkan bagaimana ya, kalu nilai skripsiku buruk, gagal total.
Belum lagi sudah membayangakan, nanti kena semprot dosen karena kualitas tulisan kita amburadul. Bagaimana kalau usulan sripsi kita ditolak, dikatakan tidak ilmiah dst.
Karena seringnya memikirkan hasil akhir, terpolah-lah di pikiran kita “ bagaimana kalau “…., maka akhirnya mahasiswa ini menjadi mahasiswa abadi, susah lulusnya. Dia menjadi terbelenggu dengan pola itu daripada mencurahkan energinya untuk mulai menulis skripsinya itu. Kreatifitas menjadi mandek, stagnan.
Ada produk pikiran lainnya, yang juga menjadi belenggu pikiran kita. Yaitu rasa memiliki. Rasa ini akan membuat kita sulit melepaskan apapun yang kita miliki. Rasa ini membuat jiwa kita tidak tenang dan gelisah.
Bila kita memiliki jabatan tinggi, maka sudah alamiah bila suatu ketika akan memasuki masa pensiun.dsb.
Pertemuan dan perpisahan adalah sebuah hal yang sangat wajar. Yang membuat tidak wajar adalah rasa memiliki yang kuat. Mari kita berusaha mulaimengikir rasa memilki paad benda apapu ( gelar, status social, jabatan dst), dan siapapun (teman, kelompok, pacar dst). Maka jiwa kita menjadi tenang.
Kita harus memahami bahwa semuanya itu, hanya untuk sesaat. Semua yang ada disekeliling kta akan terus emngalami perubahan. Berikanlah ruang lebih santai yang lebih luas dalam kehidupan anda.
Allahu a'lam
Sumber : gagal itu indah, yusran pora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar