Dalam suatu riwayat diceritakan, suatu ketika Ibn Mas’ud memanjat pohon ara sehingga tampak betisnya yang kecil (kurus). Maka tertawalah para sahabat yang melihatnya. Ibn Mas’ud adalah laki-laki yang ukuran tubuhnya sebesar burung pipit, kurus dan pendek, hingga tinggi badannya tidak berbeda dengan orang lain yang sedang duduk. Kedua betisnya kecil dan tidak berisi.
Melihat tawa itu, Rasulullah segera bersabda, yang artinya ,” Apakah kamu menertawakan kecilnya betis Ibnu Mas’ud. Demi Allah yang diriku dalam kekuasaan-Nya, bahwa kedua betisnya itu timbangannya lebih berat daripada gunung Uhud “ . (Hr Thayalisi dan Ahmad).
Saudaraku, Allah melarang memperolokkan orang lain. Sehingga tidak boleh seorang hamba mukmin yang mengenal Allah dan mengharapkan kebahagiaan kehidupan , memperolokkan orang lain. Sebab dalam hal ini ada unsur kesombongan yang tersembunyi dan penhinaan terhadap orang lain.
Hal itu menunjukkan kebodohan tentang neraca kebajikan di sisi Allah. Allah mengatakan,” Jangan ada sutu kaum memperolokkan kaum lainnya, sebab barangkali mereka yang diperolokkan itu lebih baik daripada yang memperolokkan, dan jangan pula perempuan memperolokkan perempuan lain, sebab barangkali mereka yang diperolokkan itu lebih baik daripada mereka yang memperolokkan.”.
Yang dinamakan baik dalam pandangan allah, ialah iman, ikhlas dan mengadakan kontak yang baik dengan Allah. Bukan dinilai dari rupa, badan, pangkat dan kekayaan.
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan kekayaan kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian, “ (Hr Muslim).
Jangan memberi gelar yang buruk
Dan umumnya yang bergandengan dengan tindakan memperolokkan itu adalah memberi gelar / panggilan yang tidak baik kepada orang lain. Termasuk dalam kegiatan mencela, adalah memberi beberapa gelar yang tidak baik , yaitu suatu panggilan yang tidak layak dan tidak menyenangkan. Dan mengandung unsur penghinaan dan celaan.
Tidak layak bagi kita untuk berbuat jahat kepada orang lain. Dengan memanggil kawan kita dengan gelar yang tidak menyenangkan bahkan menjengkelkan. Tindakan ini bisa menyebabkan timbulnya kebencian dan permusuhan sesame kawan serta hilangnya jiwa kesopanan dan perasaaan lebih tinggi dari orang lain.
Sungguh indah apa yang telah dicontohkan Rasulullah. Dimana ketika Rasulullah jika berbincang dengan para sahabatnya selalu berusaha menghormati dengan cara duduk yang penuh perhatian, ikut tersenyum jika sahabatnya melucu, dan ikut merasa takjub ketika sahabatnya mengisahkan hal yang mempesona, sehingga setiap orang merasa dirinya sangat diutamakan oleh Rasulullah.
Saudaraku , pujilah dengan tulus dan tepat terhadap sesuatu yang layak dipuji sambil kita kaitkan dengan kebesaran Allah sehingga yang dipuji pun teringat akan asal muasal nikmat yang diraihnya, nyatakan terima kasih dan do’akan.
Bukankah ini sangat indah dan membahagiakan. Dan ingat jangan pernah kikir untuk berterima kasih.
Sumber : Halal wal haram fil Islam, Yusuf Qaradhawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar