Saudaraku, hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa kedua nikmat yang sangat berharga ini terkadang bahkan sering menyebabkan kebanyakan dari kita justru terpuruk dalam kerugian yang sangat besar. Al ghaban, atau kerugian adalah diibaratkan membeli dengan harga yang berlipat dan menjual dengan harga yang tak sebanding (terlalu murah).
Inb Al Jauzi menyatakan bahwa,’ seringkali orang dalam keadaan sehat, namun ia merasa tidak mempunyai waktu luang karena kesibukannya dalam karier, mencari penghidupan.
Disaat karir kerja sedang menanjak pesat, kesehatan prima, dan penyakit malas untuk berbuat taat kepada Allah seringkali menghampiri kita.
Sungguh beruntung bagi seorang hamba yang mempergunakan waktu luangnya dan kesehatannya untuk taat dan selalu meningingat Allah. Dan sungguh merugi bila ia melalaikan ketaatan-nya. KArena waktu luang akan diikuti dengan kesibukan dan kesehatan akan diikuti dengan masa sakit atau usia tua.
Dalam buku Asy-Syukr karya Ibn Abi ad-dunya, dinyatakan seorang alim Wahab bin Munabbah, mengatakan bahwa, Kesehatan adalah raja yang tersembunyi’.
Dan karena kesehatan adalah nikmat yang terindah dan disukai nafsu manusia, maka ini termasuk yang pertama kali dipertanggungjawabkan manusia didepan sang Khalik.
Hadits riwayat Turmudzi, menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Sesungguhnya yang paling pertama ditanyakan kepada hamba pada hari kiamat tentang nikmat adalah dengan perkataan,”Bukankah telah Kami sehatkan tubuhmu dan Kami limpahkan engkau air yang sejuk !”.
Saudaraku, sungguh Allah telah menganugerahkan kesembuhan kepada kita, maka terpujilah Dia , tiada tuhan melainkan Dia. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala – lah yang menyembuhkan, Dia-lah yang mentakdirkan kesembuhan seorang hamba, karena hanya Dia-lah pencipta sebab dan musabab.
Diantara hal yang terbaik yang kita harus lakukan terhadap nikmat kesehatan dan nikmatnya waktu luang, adalah memperbanyak tahmid kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas nikmat yang tiada ternilai tersebut. Hadits riwayat Ibn Majah dan disahihkan Ad-Dhiyaa’ al Muqaddasy, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala member nikmat kepada seorang hamba lalu ia berkata,”Alhamdullilah”, (segala puji Bagi Allah), melainkan apa yang ia berikan (ucapan ) itu lebih baik daripada apa yang telah ia terima”. (Hr Ibn Majah).
Kalimat dalah hadits yaitu ‘illa kana al ladzi a’tha’ (melainkan apa yang ia (hamba) berikan yaitu apa yang dilakukan dan diperbuat manusia berupa ucapan pujian dan syukur, ‘afdhau min ma akhaza’ (lebih baik daripada apa yang ia terima) yaitu berupa nikmat. Mengandung makna yang sangat dalam , yakni bahwa nikmat Allah SWT kepada manusia berupa taufiq untuk bertahmid dan bersyukur, lebih besar daripada nikmat-Nya kepada manusia berupa kesehatan , harta dan anak atau lain sebagainya. Maka ber tahmid kepada Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya adalah nikmat terbesar dan anugerah yang tak terhingga, karena Allah-lah yang member taufik dan anugerah kepada manusia agar mau bertahmid dan bersyukur.
Dari riwayat Abdullah bin Ghannam berkata bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya,”Barang siapa yang berkata di waktu paginya,”Ya Allah , apa yang aku dapatkan atau didapatkan oleh salah seorang makhluk-Mu di waktu pagi hari berupa nikmat, maka itu hanya dari-Mu saja, tidak ada sekutu bagi-Mu. Maka hanya untuk-Mu segala pujian dan hanya untuk-Mu segala syukur” berarti ia telah menunaikan kesyukuran untuk waktu siangnya. Dan barang siapa yang berkata seperti itu di waktu sore, maka ia talah menunaikan kesyukuran untuk waktu malamnya,” (Hr Abu Dawud dan An-Nasa’i.).
Allahu a’lam
Sumber : Abdullah bin Ali al-Juaitsin , hikmah bagi orang sakit.
Sumber : Abdullah bin Ali al-Juaitsin , hikmah bagi orang sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar