Allah berfirman kepada Rasul-Nyam yang artinya ,” Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkalllah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya “. (Qs. Ali Imran : 159).
Kapankah seseorang disebut tawakkal ? Maka Yahya bin Mu’adz menjawab, ‘Jika ia ridha kepada Allah sebagai wakilnya’.
Tawakkal yang paling baik adalah tawakkal dalam kewajiban memenuhi kebenaran, hak makhluk dan hak diri sendiri. Yang paling luas dan paling bermanfaat adalah tawakkal dalam mementingkan faktor eksternal dalam kemaslahatan agama atau menyingkirkan kerusakan agama. Dan ini merupakan tawakkal para Rasul dan Nabi dalam menegakkan agama Allah.
Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Al-Mubarak, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Qudha’i dan Al-Baghawi disebutkan dari Umar bin al-Khathab secara marfu’, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya,” Sekiranya kalian bertawakkal kepda Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal , niscaya Dia akan melimpahkan rizki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang ,”.
Para ulama , diantaranya ialah Imam Al-Ghazali, beliau berkata : “Tawakkal ialah penyandaran hati hanya kpd wakil (yg ditawakkali) semata”. [Ihya’ Ulumid Din, 4/259]
Al-Allamah Al-Manawi berkata :”Tawakkal ialah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kpd yg ditawakkali” [Faidhul Qadir, 5/311]
Menjelaskan makna tawakkal kpd Allah dgn sebenar-benar tawakkal, Al-Mulla Ali Al-Qari berkata : “Hendak kalian ketahui secara yakin bahwa tdk ada yg beruntuk dalam alam wujud ini kecuali Allah, dan bahwa setiap yg ada, baik mahluk maupun rizki, pemberian atau pelarangan, bahaya atau manfaat, kemiskinan atau kekayaan, sakit atau sehat, hidup atau mati dan segala hal yg disebut sebagai sesuatu yg maujud (ada), semua itu ialah dari Allah”. [Murqatul Mafatih, 9/156]
Dari Abu Ali Ad-Daqqaq , berkata bahwa , Tawakkal itu ada tiga derajad
- 1. Tawakkal itu sendiri, dimana seorang hamba merasa tenang dengan janji Allah. Ini merupakan permulaan. Tawakkal adalah sifat orang mukmin.
- 2. berserah diri . Dalam berserah diri seorang hamba cukup dengan pengetahuannya tentang Allah. Ini adalah sifatnya para wali Allah.
- 3. pasrah. Dalam derajad pasrah, seorang hamba ridha terhadap hukum-Nya. Sedangkan pasrah adalah sifat muwahhidin.
Bertawakkal kepada Allah termasuk kunci rizki
Allah berfirman, yang artinya “Dan barangsiapa bertawakkal kpd Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguh Allah melaksanakan urusan (yg dikehendaki0Nya. Sesungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. [Ath-Thalaq : 3
Bisyr Al-Hafy, berkata, ‘ Adakalanya seseorang berkata’Aku tawakkal kepada allah’, tetapi ia berdusta kepada Allah. Kalau memang ia benar-benar tawakkal kepada allah, tentu dia meridhai apapun yang dilakukan allah terhadap dirinya’
Apakah Tawakkal Itu Berarti Meninggalkan Usaha?
Sebagian orang ada yngg berkata :”Jika orang yg bertawakkal kpd Allah itu akan diberi rizki, maka kenapa kita harus lelah berusaha dan mencari penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rizki kita datang dari langit ?”
Saudaraku , Rasulullah telah menyerupakan orang yg bertawakkal dan diberi rizki itu dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rizki dan pulang pada sore hari, padahal burung itu tdk memiliki sandaran apapun, baik perdagangan, pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakkal kepada Allah SWT sebagai tempat bergantung.
Imam Ahmad, beliau berkata : “Dalam hadits tersebut tdk ada isyarat yg memboleh-kan meninggalkan usaha, sebalik justru di dalam ada isyarat yg menunjukkan perlu mencari rizki. Jadi maksud hadits tersebut, bahwa seandai mereka bertawakkal kepada Allah dalam bepergian, kedatangan dan usaha mereka, dan mereka mengetahui bahwa kebaikan (rizki) itu di TanganNya, tentu mereka tdk akan pulang kecuali dalam keadaan mendptkan harta dgn selamat, sebagaimana burung-burung tersebut”. [Dinukil dari Tuhfatul Ahwadzi, 7/8]
Imam Ahmad pernah dita tentang seorang laki-laki yg ha duduk di rumah atau di masjid seraya berkata, ‘Aku tdk mau bekerja sedikitpun, sampai rizkiku datang sendiri’.
Maka beliau berkata, ‘Ia ialah laki-laki yg tdk mengenal ilmu. Sungguh Rasulullah saw telah bersabda.yang artinya “Sesungguh Allah telah menjadikan rizkiku melalui panahku” Dan beliau bersabda.yang artinya “ Sekira kalian bertawakkal kepada Allah dgn sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah meberimu rizki sebagaimana yg diberikan-Nya kpd burung-burung, berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang”.
Selanjut Imam Ahmad berkata, ‘Para sahabat juga berdagang dan bekerja dgn pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita. [Dinukil dari Fathul Bari, 11/305-306]
Imam Abul Qasim Al-Qusyairi :”Ketahuilah sesungguh tawakkal itu letak di dalam hati. Adapun gerak secara lahiriah maka hati itu tdk bertentangan dgn tawakkal yg ada di dalam hati setelah seorang hamba meyakini bahwa rizki itu datang dari Allah. Jika terdpt kesulitan, maka hal itu ialah krn takdirNya, dan terdpt kemudahan maka hal itu krn kemudahan dariNya” [Dinukil dari Murqatul Mafatih, 5/157]
Dari riwayat Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim dari Ja’far bin Amr bin Umayah dari ayah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Seseorang berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal ?’ Rasulullah bersabda, ‘Ikatlah kemudian bertawakkallah”
Dalam As-Sunan disebutkan dari Anas bin Malik ra, yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda ,” Barangsiapa mengucapkan (saat keluar dari rumahnya),’ Dengan asma Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah ‘ , maka dikatakannya kepadanya,’ Kamu mendapat petunjuk , dilindungi dan dicukupkan . Lalu syetan berkata kepada syetan lainnya ,’bagaimana mungkin kamu bisa memperdayai orang yang telah mendapat petunjuk, dilindungi dan dicukupi ?”.
Tawakkal adalah separoh agama dan separohnya lagi adalah inabah. Agama itu terdiri dari permohonan pertolongan dan ibadah. Tawakkal merupakan permohonan pertolongan, sedangkan inabah adalah ibadah.
Allahu a’lam
sumber kutipan :Dr. Fadhl Ilahi , Disalin dari buku Mafatihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah oleh Syaikh Dr Fadhl Ilahi, dgn edisi Indonesia Kunci-kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunah hal. 28 - 35 terbitan Darul haq, penerjemah Ainul Haris Arifin Lc, Madarijus Salikin, Ibn Qayyim Al-Jauziyah.
Foote Note.
[1] Al-Musnad, no. 205, 1/243 no. 370, 1/313 no. 373, 1/304; Jami’ut Tirmidzi, Kitabuz Zuhud, Bab Fit Tawakkal ‘Alallah, no. 2344, no 2447, 7/7 dan lafazh ini ialah milik ; Sunan Ibni Majah, Abwabuz Zuhd, At-Tawakkul wal Yaqin, no 4216, 2/419; Kitabuz Zuhd oleh Ibnu Al-Mubarak, juz IV, Bab At-Tawakkul wat Tawaddhu’ no. 559, hal 196-197 ; Al-Ihsan fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa’iq, Bab Al-Wara’ wat Tawakkul, Dzikrul Akhbar ‘amma Yajibu ‘alal Mar’i min Qath’il Qulubi ‘anil Khala’iqi bi Jami’il Ala’iqi fi Ahwalihi wa Asbabihi no. 730, 2/509 ; Al-Mustadzrak ‘ala Ash-Shahihain, Kitabur Riqaq, 4/318 ; Musnad Asy-Syihab, Lau Annakum Tatawakkaluna ala’ Allah Haqqa Tawakkulihi no. 1444, 2/319 ; Syarhus Sunnah oleh Al-Baghawi, Kitabur Riqaa, Bab At-Tawakkul ‘ala Allah ‘Aza wa Jalla no. 4108, 14/301. Imam At-Tirmidzi berkata, Ini ialah hadits shahih, kami tdk mengatahui kecuali dari sisi ini (Jami’ut Tirmidzi, 7/8). Imam Al-Hakim berkata, Ini ialah hadits dgn sanad shahih, tetapi tdk dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim (Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain, 4/318). Imam Al-Baghawi berkata, Ini ialah hadist hasan. (Syarhus Sunnah, 14/301). Dan sanad dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir. (Lihat, Hamisyul Musnad, 1/234). Serta Syaikh Al-Albani menshahihkannya, [Lihat, Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah no. 310, jilid 1, juz III/12]
[2] Al-Ihsan fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa’iq, Bab Al-Warra’ wat Tawakkul, Dzikrul Akhbar bin Annal Mar’a Yajibu Alaihi Ma’a Tawakkulil Qalbi Al-Ihtiraz bil A’dha Dhidda Qauli Man Karihahu, no. 731, 2/510, dan lafazh ini milik ; Al-Mustadrak Alash Shahihain, Kitab Ma’rifatish Shahabah, Dzikru Amr bin Umayah Radhiyallahu ‘anhu, 3/623. Al-Hafizh Adz-Dzahabi berkata, Sanad hadist ini ‘jayyid’. (At-Talkhis, 3/623). Al-hafizh Al-Haitsami juga menyatakan hal senada dalam Majmau’z Zawa’id wa Manba’ul Fawa’id, 10/303. Beliau berkata, Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari banyak jalan. Dan para pembawa hadits ialah pembawa hadits Shahih Muslim selain Ya’kub bin Abdullah bin Amr bin Umayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar