Hati yang tidak punya rasa memiliki, kecuali meyakini segalanya adalah milik Allah SWT.
Saudaraku , bagaimanapun juga , semakin kita merasa memiliki sesuatu (misalnya harta benda dsb), maka makin takutlah kita akan kehilangan sesuatu itu. Kehilagannyapun akan kita anggap sebagai suatu kesengsaraan.
Namun bila kita yakin, bahawa apapun yang terhampar disekitar kita ini adalah kepunyaan Allah, maka kiranya rasa takut akan kehilangan menjadi sesuatu yang tidak terlalu berat di dalam hati kita. Semuanya milik Allah , titipan atau pinjaman dari-Nya yang harus kita jaga dan rawat sebaik mungkin.
Dengan keyakinan ini, hati tidak akan berharap ataupun bersandar kepda sesama makhluk, ketergantungkan hanya kita sandarkan kepada Allah SWT.
Sungguh Allah memberikan karunianya kepad kita dengan kasih sayang-Nya, tidak akan pernah sedikitpun mendzalimi hamba-Nya. Justru kita sendirilah yang mengdzalimi diri sendiri. Kita belum bisa mensyukuri nikmat Allah.
Firman Allah SWT, yang artinya , ” Dan (ingatlah juga) , taktala Tuhan-mu memaklumkan :”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih “. (Qs. Ibrahim : 7).
Saudaraku , kita sering mengenal istilah bahwa yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Dalam lingkup bahasan ini, orang kaya makin kaya, sebab di pikiran mereka selalu dipenuhi dengan perasaan kaya. Terlebih lagi jika orang tersebut adalah hamba yang pandai bersyukur, maka secara otomatis Hukum Tarik Menarik akan berlaku , dimana rasa syukur itu akan makin menambah kekayaannya.
Sedangkan seorang hamba yang diliputi pperasaan pikiran kemiskinan, maka dia akan sering mengeluh dan berprasangkan buruk kepada Allah. Pikiran inilah yang menjauhkan dari rasa syukur dan akhirnya makin menghimpit kemiskinannya.
Kedamaian atau kebahagiaan atau kekayaan adalah produk hati. Hati yang damai , bahagia dan kaya , terjadi ketika pikiran tidak lagi menggagnggu dengan berbagai macam tuntutan rasa memiliki yang berlebihan.
Bersyukur kepada Allah adalah bentuk penyerahan diri seoranghamba kepada Rabb-nya.Sudah tak terhitungjumlah rahmat dan nikmat yang telh diberikan-Nya. Kini tinggal bagaimana kita mensyukuri segala nikmat yang mengalir deras ini. Semoga kita termasuk dalam golongan hamba-hamba-Nya yang selalu bersyukur.
Keyakinan akan kehairan dan keberadaan Allah akan semakin kita rasakan , manakala hati ini selalu diliputi perasaan syukur. Amalan ini, bagaikan cahaya yang bendearng untuk meyakini bahwa Dia tidak pernah lalai ataupun lupa kepada setiap hamba-hamba-Nya.
Dengan bersyukur, akan memperhalus suara batin kita terhadap nikmat-nikmat Allah, dan meyakini bahwa semua itu dalam kasing sayang yang tercuran dari –Nya. Kita akan selalu terpupuk sikap prasangka baik kepada Allah SWT.
Yakinlah , Allah telah menjanjikan kekayaan yang berlimpah kepada setiap hamba-Nya yang pandai bersyukur, dan janji-Nya itu hanya ditujukan kepada orang-orang yang bersyukur kepda Dia semata.
Firman Allah, yang artinya , “ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepda Luqman , yaitu “ Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji “. (Qs. Luqman : 12)
Saudaraku, berawal dari rasa bersyukur inilah, kehidupan seorang hamba menjadi tenang-tentram , jauh dari kekhawatiran dan rasa takut yang merusak jiwa.
Saudaraku, bersyukur kepada Allah SWT bukanlah untuk kepetingan-Nya, melainkan justru untuk kepentingan hamba itu sendiri.
Bersyukur mensyaratkan kesadaran yang luas tentang betapa luasnya rahmat Allah SWT bagi setiap hamba-hamba-Nya. Memang bukan pekerjaan yang mudah untuk menanamkan diri membiasakan diri untuk memiliki kesadaran untuk bersyukur. Namun kita harus terus berusaha untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur. Semoga Allah meberikan barakah dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Allahu a’lam
Sumber : Inilah Rahasia Bersyukur , Rusdin SR, Ummu alif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar