Makna secara bahasa, sabar berarti melarang dan menahan. Menurut syara’i berarti menahan nafsu dari ketergesaan, menahan lisan dari keluhan, dan menahan anggota badan dari melukai diri sendiri atau orang lain. Sabar adalah akhlak mulia, darinya seseorang akan tercegah dari perbuatan tercela
Sekaligus kekuatan untuk mencapai kebaikan dan kelurusan dari segala urusan.
Saudarakau, yang dicintai Allah . Ketahuilah bahwa seluruh yang menimpa pada diri seseorang hamba dalam kehidupannya tidak lepas dari dua macam hal :
a. Hal-hal yang sesuai dengan hawa nafsunnya
b. Hal-hal yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya bakan hal-hak yang tidak disukai.
Dalam kedua keadaan konsisi ini , kita tetap membutuhkan kesabaran. Sehingga kita sama sekali tidak pernah terlepas dari kebutuhan untuk bersikap sabar.
a. Hal-hal yang sesuai hawa nafsunya
Kondisi ini bisa berupa kesehatan yang baik, harta , kehormatan, keluarga yang harmonis, banyak pengikut, pangkat, jabatan serta seluruh kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Alangkah perlunya seorang hamba bisa bersikap sabar dalam menghadapi seluruh perkara ini. Anadaikata, kita tidak dapat mengontrol diri, condong kepadanya, atau asyik menikmati kesenangan-kesenangan yang mubah. Maka hal ini akan membuat kita menjadi orang yang tidak mensyukuri nikmat, angkyh dan melampui batas.
“ Sesungguhnya manusia akan bersikap melampui batas , apabila ia melihat dirinya serba cukup”.
Seorang mukmin (dapat) bersikap sabar dan menerima cobaan bencana, tetapi jarang yang mampu bersabar terhadap afiat (kesejahteraan hidup), selain orang-orang yang sidiq (kuat keyakinannya).
Ketika pintu-pintu dunia dibukakan untuk para sahabat ra, mereka berkata,” Kami pernah diuji dengan kemiskinan, maka kami bersabar, namun ketika kami diuji dengan kekayaan, kami tidak lagi bisa bersabar”.
Firman Allah,” Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah”. (Qs. Al-munaafiqun : 9).
Firman Allah ,” Sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka”. (Qs. Attaghabun : 14).
Orang yang hebat adalah orang yang bersikap sabar dalam kesentosaan. Artinya ia tidak condong kepadanya dan menyadari bahwa semua nikmat yang diberikan kepadanya hanyalah titipan, yang boleh jadi dalam waktu dekat titipan itu akan diminta kembali. Janganlah lepas kendali dalam bersenang-senang, asyik bersukaria. Namun hendaknya ia tetap memelihara hak-hak Allah dalam hartanya, misal dengan jalan berinfak, dalam lidahnya hanya berucap kebenaran. Demikian pula terhadap seluruh nikmat yang telah dikaruniakan Allah.
Sabar dalam hal syukur, tidak akan sempurna kecuali dengan menunaikan hak kesyukuran. Sabar menghadapi kesenangan lebih berat , karena ia harus disertai kemampuan. Kita akan lebih bisa bersabar ketika tidak aada makanan, daripada harus bersabar mendapati makanan enak dan lezat serta dikarunia kemampuan untuk mudah mendapatkannya. Ujian kesenangan lebih berat.
b. Hal-hal yang tidak sesuai hawa nafsunya
Ada dua hal yang berkaitan dengan ikhtiar kondisi seseorang , yaitu : Taat dan Maksiat
Taat
Seorang hamba membutuhkan kesabaran dalam melaksanakan perbuatan taat. Sabar menjalankan ketaatan ini ini sungguh berat , karena nafsu cenderung untuk menghindari penghambaan kepada Allah.
Keadaan pertama dalam ketaatana adalah niat . Ia harus memasang niat dan mewujudkan tekat untuk ikhlas dalam menunaikan kewajiabn. Hakekat niat adalah ikhlas dan menghadapi tantangan bencana riya’ dan tipu daya setan.
Dari hadits Muttafaqun alaih riwayat Umar, Rasulullah SAW bersabda ,” Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung hanya kepada niatnya, dan sesungguhnya setiap oranag hanya akan memperoleh apa yang diniatkannya.
Keadaan kedua, ketika melaksanakan amal perbuatan, agar tidak alalai dari Allah saat beramal, tidak malas dalam melaksanakan adab dan sunnahnya.
Keadaaan ketiga, setelah selesai beramal, masih juga dituntut sabar untuk tidak menyebarluaskan atau memamerkan amalannya karena sum’ah dan riya’. Juga kita harus bersabar dari sikap membanggakan amalan itu.
Maksiat
Seorang hamba perlu bersikap sabar untuk menghindari maksiat. Perbuatan maksiat merupakan keinginan dari motif hawa nafsu. Jenis sabar yang terberat terhadap kemaksiatana adalah sabar dalam menghadapi perbuatan maksiat yang telah menjadi kebiasaan, karena sering dikerjakan. Didalam jiwa seseorang mempunyai dua syahwat, yaitu menafikkan (meremehkan orang lain), dan pengukuhan diri sendiri. Kedua nafsu ini sangat mudah menggerakkan lidah , sehingga melakukan pergunjingan dalam percakapan yang sulit dihindari.
Sumber : Mengungkap rahasia hakikat sabar dan syukur , Imam Al Ghazali , penterjemah Idrus H Alkaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar