Bila sebuah kemeja, pakaian,
jilbab atau lainnya yg sobek atau
berlubang pd salah satu bagiannya, lantas anda menambalnya dgn potongan kain yg
lain. Maka sesudah selesai ditempel da dijahit mk potongan kain tersebut menjadi bagian yg
menyatu dgn kemeja, baju , jilbab atau lainnya. Walaupun sebelum
ditempel , potongan kain tsb bukan bagian dari baju, kemeja atau jilbab tetapi
sesudah ditempel mk ia menjadi bagian utuh dari satu unit baju atau jilbab tsb.
Saudaraku ini adalah kiasan dari kesungguhan hamba beriman
dlm menjaga perkara fardhu (wajib) dgn
diiringi mengerjakan perkara sunnah sbg tambahan atau bagian yg melengkapi .
Dalam shalat fardhu mk pengiringnya adalah shalat sunnah rawatib.
Tiada seorangpun
diantara kita yg sanggup utk sempurna dalam mengerjakan shalat secara khusyu’
dan merasakan kehadiran Allah sbg Maulanya, mulai shalat hingga selesai. Pasti
ada kealpaan, kekurangan,kelupaan didalamnya.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita semua untukmemohon
ampun kepada Rabb seusai mengerjakan shalat . Dicontohkan ucapan ,
Astaghfirullahal ‘azhim alladzi la ilaha
illa huwa,al-hayyul qayyum wa atubu ilaih (aku memohon ampunkepada Allah Yang
Maha Agung, Yang tiada sesembahan kecuali Dia,
Yang Maha Hidup dan Maha Mengurusi
terus menerus dan aku bertaubat kepada-Nya).
Kita semua diajarkan
untuk memohon ampunan dari kekurangan, kealpaan dan kekurangan lainnya di kala
mengerjakan shalat.
Jika shalat fardhu kita
tak akan pernah sempurna sebagaimana dilakukan olah Rasulullah , lantas apa
yangbisa menambalkekurangan pada ibadah shalat fardhu kita?
Rasulullah SAW besabda
yang kemudian diabadikan dalamhadits yang panjang :
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ
عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ
فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ
وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ
مِنَ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
“ Sesungguhnya perkara yang akan dihisap pertama kali dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya.Apabila shalatnya baik maka ia beruntung dan selamat, sedangkan apabila shalatnya rusak maka ia celaka dan rugi. Jika ada kekurangan di dalam shalat wajibnya maka Allah Ta’ala berfirman :” Perhatikanlah , apakah hamba-Ku itu mengerjakan shalat sunnah yang bisa menutupi kekurangan pada shalat wajibnya. Kemudian seluruh amalannya juga dihisap dengan cara itu”.
(Termaktub dalam kitab
at-Targhib wa at-Tarhib, dari Abu Hurairah, diriwayatkan At-Tirmidzi).
Adapun pada riwayat
Tamimad-Dari ra dalam Jami’al al-Ahadits wa al-Marasil, termaktub yang artinya, “ jika ia telah
menyempurnakan shalat wajibnya maka itu sudah cukup. Adapaun jika tidak maka
dikatakan,”Perhatikanlah, apakah ia biasa mengerjakan shalat sunnah?”.
“ Bila ada maka shalat
sunnah itu dapat menutupkekurangan shalat wajibnya. Jika shalat wajibnya tidak
sempurna sedangkan ia juga tidak mengerjakan shalat sunnah maka dipegang ujung-ujung tubuhnya dan dicampakkan ke
neraka”.
Fauzi Muhammad Abu Zayd dalam Kayfa Yubibbukallah
Dar Al-Iman Wa Al-Hayah, menyatakan bahawa, bila demikian jelaslah bahwa shalat
sunnah dapat menutupi kekurangan pada shalat fardhu. Sehinga apaka ia (shalat
sunnah) dianggap sebagai shalat sunnah ataukah berubah menjadi bagian dari
shalat fardhu?
Ya benar ia menjadi
bagian dari shalat fardhu. Lantas
untuksiapakah shalat rawatib itu dianggap sebagai shalat sunnah?
Untuk itulah sesudah
seorang hamba menyelesaikan shalat fardhunya maka hendaklah ia menambah pada
shalat sunahnya.
Sungguh amalan sunnah
(temasuk shalat sunnah ) akan menyertai amalan-aamalan fardhu (termasuk shalat
fardhu). Berkenaan dengan itu ,terdapat sebuah sabda Rasulullah SAW yanga
rtinya,” Barang siapa yang mengerjakan shalat sunnah sebanyak sepuluh rekaat
dalam sehari maka dibangunkan untuknya istana di surga”.
Amalan-amalan sunnah
akan menjadikan seorang hamba menjadi hamba yang dicintai Allah. “ Tiada henti hamba-Ku itu mendekat kepada-Ku
dengan mengerjakan berbagai amalan sunnah sampai Aku mencintai-Nya”.
Allahu a’lam
Sumber : Kayfa Yubibbukallah
Dar Al-Iman Wa Al-Hayah, Fauzi Muhammad Abu Zayd
Dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar