Forgiveness is not a sign
weakness but of strength. It’s also healthy, brave, contagious and sets you
free. In dare to Forgive : The power of Letting Go and Moving on, Dr. Hallowell
, to explains why forgiveness is one of the best things you can do to
heal your body and mind, he also pffers a practical. It’s also freeing. When you
forgive, you free yourself from mind-forged manacles. You start to derive
benefits as soon as you ganin release from the anger and resentment that have
held tou down.
Among the many health benefits,
your blood presssure may do down, your resting heart rate may decrease, your immune
system may get stronger, your susceptibility to a heart attack or a stroke may
decrease, headaches and backaches and neck pain may abate, your need for
medications may diminish, and even your sexual self may gain strength. If this
sounds like a lot, it actualy isn’t anywhere near co,plete list of the
potential physical benefits of forgiveness.
Penelitian
teknologi tomografi emisi positron dan
pencitraan resonansi magnetik fungsional , mengungkap perbedaan pola gambar otak orang yang memaafkan dan yang tidak memaafkan. Orang yang tidak memaafkan terkait erat dengan
sikap marah, yang berdampak pada penurunan fungsi kekebalan tubuh. Mereka yang
tidak memaafkan memiliki aktifitas otak yang sama dengan otak orang yang sedang
stres, marah, dan melakukan penyerangan (agresif).
Demikian
pula, ada ketidaksamaan aktifitas hormon dan keadaan darah si pemaaf
dibandingkan dengan si pendendam atau si pemarah. Pola hormon dan komposisi zat
kimia dalam darah orang yang tidak memaafkan bersesuaian dengan pola hormon
emosi negatif yang terkait dengan keadaan stres. Sikap tidak memaafkan
cenderung mengarah pada tingkat kekentalan darah yang lebih tinggi. Keadaan
hormon dan darah sebagaimana dipicu sikap tidak memaafkan ini berdampak buruk
pada kesehatan.
Raut
wajah, daya hantar kulit, dan detak jantung termasuk juga diteliti dalam kaitannya dengan sikap memaafkan. Sikap
tidak memaafkan memiliki tingkat penegangan otot alis mata lebih tinggi, daya
hantar kulit lebih tinggi dan tekanan darah lebih tinggi. Sebaliknya, sikap
memaafkan meningkatkan pemulihan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Selain
kesehatan raga, orang yang memaafkan pihak yang mendzaliminya mengalami
penurunan dalam hal mengingat-ingat peristiwa pahit tersebut. Dalam diri orang
pemaaf, terjadi pula penurunan emosi kekesalan, rasa getir, benci, permusuhan,
perasaan khawatir, marah dan depresi (murung).
Di
samping itu, kajian ilmiah membuktikan bahwa memaafkan terkait erat dengan
kemampuan orang dalam mengendalikan dirinya. Hilangnya pengendalian diri
mengalami penurunan ketika orang memaafkan dan hal ini menghentikan dorongan
untuk membalas dendam.
Harry
M. Wallace dari Trinity University dlm Experimental Social Psychology, “Interpersonal
consequences of forgiveness: Does forgiveness deter or encourage repeat
offenses?”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa menyatakan pemberian
maaf biasanya menjadikan orang yang mendzalimi si pemaaf tersebut untuk tidak
melakukan tindak kedzaliman serupa di masa mendatang.
Memaafkan bukan berarti kita
memberi kesempatan baginya untuk mengulang kesalahan tersebut. Memaafkan berarti melepaskan
hal-hal yang buruk yang menjadi bagian dari masalah , dan membiarkannya
berlalu.
Namun mengapa kita sulit
memaafkan?
Karena kita punya persepsi
bahwa memaafkan dianggap sebagai sikap lemah, dan membuat orang bersalah akan
mengulangi lagi perbuatannya. Disi kita harus meyakini bahwa , sebenarnya
perbuatan maaf terutama ditujukan untuk ketenangan jiwa kita sendiri. Kita
harus menyadari siapa sebenarnya yang merasa sakit atas tindakan tidak
memaafkan ini? Apakah orang lain? Tentu saja tidak, jadi mengapa kita harus
menyiksa diri bila kita bisa melepaskan semua itu dengan memaafkan. Nah apakah
kita bisa melepaskan semua belenggu itu? Semuanya bergantung pada diri kita
sendiri.
Orang
yang menderita resiko penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi berpeluang
mendapatkan manfaat dari sikap memaafkan. Telah dibuktikan bahwa 10 minggu
pengobatan dengan menggunakan “sikap memaafkan” mengurangi gangguan kerusakan
aliran darah otot jantung yang dipicu oleh sikap marah. Rasa
sakit kronis dapat diperparah dengan sikap marah dan kesal (dendam). Penelitian
terhadap orang yang menderita sakit kronis pada punggung bawah menunjukkan
bahwa rasa marah, sakit hati dan sakit yang dapat dirasakan secara inderawi
lebih berkurang pada mereka dengan sikap pemaaf yang lebih besar.
Selain
dampak baiknya pada kesehatan jasmani dan rohani, kaitan antara erat sikap
memaafkan dengan hubungan antar-manusia, seperti hubungan suami istri, anggota
keluarga, maupun anggota masyarakat juga telah banyak diteliti. Sikap memaafkan
berpengaruh baik pada pemulihan hubungan antar-manusia tersebut.
Rasulullah
saw: jika rasa marah telah meyesakkan (menyusahkan) mu, maka hilangkanlah
dengan memberi maaf.
Sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan ada suara yang memanggil: berdirilah
siapa yang memiliki pahala di sisi Allah! Tidak ada seorang yang berdiri,
kecuali orang-orang pemaaf. Tidakkah kamu mendengar firman Allah SWT: “siapa
yang memaafkan dan memperbaiki (hubungannya), maka pahala baginya di sisi
Allah” (A’lamuddin
hal. 337)
Nabi
menegaskan bahwa salah satu akhlak yang paling terpuji adalah memaafkan orang
yang telah menzhalimi (wa ta’fu ‘ amman zhalamaka).
Dari
Uqbah bin Amir, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, “wahai Uqbah, bagaimana
jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang
paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang
yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak
mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu.” (Hr.Ahmad,
Al-Hakim dan Al-Baghawy).
Rasulullah
SAW bersabda, “Tidaklah Allah Ta’ala menambah kepada seorang hamba karena
(pemberian) maafnya kecuali kemuliaan, dan tidaklah pula seseorang bersikap
tawadlu kecuali Allah Ta’ala akan meninggikannya,”(Hr.
Muslim).
Nabi bersabda, yang artinya "Barangsiapa menahan kemarahan
padahal ia mampu memuntahkannya, maka Allah kelak akan memanggilnya di hadapan
makhluk-makhluk hingga Allah memperkenankan kepadanya untuk memilih bidadari
yang dikehendakinya" (HR.Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah)
Rasulullah
saw bersabda, yang artinya ” Siapa yang banyak memaafkan, maka akan panjang
umurnya.” (A’lamuddin
hal. 315)
Rasulullah
saw, bersabda, yang artinya “ Maafkanlah kesalahan orang-orang yg berbuat
kesalahan niscaya Allah akan melindungi kalian dari takdir yang buruk.” (Tanbihul Khawathir juz 2 hal. 120)
Ada
beberapa tip sederhana untuk meminta dan
memberi maaf al:
1.
Meyakini
bahwa maaf sebagai rahmat Allah Ta’ala ,
meminta maaf seringkali tidak mudah. Sebab, diperlukan kesadaran untuk
menyesali kesalahan diri sendiri. Begitu pula memberi maaf, tidak gampang.
Dibutuhkan kelapangan hati seseorang. Namun, kesadaran dan kelapangan hati
tetap harus diletakkan di atas landasan ilahiyah. Sebab, semuanya tergantung
rahmat Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur`an Surat Ali Imran
ayat 159.
2.
Menyadari
semua manusia perlu saling memaafkan, Setiap orang pernah bersalah dan membuat
orang lain tersakiti, baik sengaja atau tidak. Dan, semua harus bermuara pada
kata ‘maaf’ sebagaimana dianjurkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur`an Surat
An-Nuur ayat 22.
3.
Meyakini
bahwa memaafkan merupakan cara terbaik mendapatkan ampunan Allah. Dalam
al-Qur`an surat Ali Imran ayat 133, Allah Ta’ala mengajak kaum Muslim agar
bersegera memohon ampun demi memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan
bumi. Memohon ampun ini adalah sifat orang-orang yang bertakwa, yang senantiasa
memaafkan kesalahan orang lain. Hal serupa juga dijelaskan Allah Ta’ala dalam
Surat An-Nisaa ayat 149.
4.
Menyadari
betapa rugi jika kita tidak dimaafkan Allah. Jika kita menyadari sungguh rugi
apabila Allah Ta’ala tak memberi ampunan, maka kita pun akan mudah memaafkan
orang lain. Hal ini terlukis dengan jelas dalam doa yang dilantunkan Nabi Adam
AS serta isterinya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,”Ya Tuhan kami,
kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami
dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi,” (Al-A’raaf : 23).
5.
Berusaha
sekuat tenaga menahan marah demi memudahkan lahirnya sifat pemaaf. Sesungguhnya
Allah Ta’ala menyukai orang-orang yang berusaha menahan amarahnya dengan cara
memaafkan orang yang menzaliminya. Hal ini tergambar dengan jelas dalam
al-Qur`an Surat Ali-Imran [3] ayat 134.
DR.
A'id Al Qarni dalam satu makalahnya: "Hendaklah setiap orang
berusaha memberikan maaf secara umum menjelang tidurnya pada setiap malam bagi
setiap orang yang telah berbuat buruk kepada dirinya sepanjang siang, baik
berbuat buruk dengan perkataan, tulisan, ghibah, cacian atau dengan berbagai
bentuk tindakan yang menyakitkan. Dengan cara ini, seseorang akan mendapatkan
ketenangan dan ketentraman lahir batin serta pengampunan dari Dzat yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Memberikan maaf secara umum kepada setiap orang yang
berbuat kejahatan adalah obat yang paling utama di dunia, obat ini keluar dari
apotek wahyu: "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik".
"Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan".
Beberapa
pendapat para tokoh tentang memaafkan :
1.
“The
weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong.” (Mahatma
Gandhi)
2.
I
remind myself that I forgive not for them but for me and that it’s easier to
forgive than to hang on to so much anger, hurt and betrayal. (Sarah Clark)
3.
Do not keep thinking of the past or the bad
thing that happened; when you let go of it, you get over the anger/bitterness
that you felt and it clears the path of forgiveness! The best thing is time!
(Ashna Singh)
4.
Remind
yourself of how much forgiveness would mean to you if it was your turn for a
mistake! (Carol Mcbride-Safford)
5.
Because
it takes less energy to love and forgive than it does to stay angry and hold a
grudge. It brings peace to your life. (Linda Adams)
6.
I know
that I need to forgive someone, not for their benefit, but for my own peace of
mind. Don’t do it for them, do it for you! (Cathryn Kent)
Al-Qur`an
bahkan menyebut dengan tiga tindakan berkaitan dengan pemaafan, yaitu
1.
ta’fu
(memaafkan),
2.
tasfahu
(tidak mengeluarkan kata-kata yang identik dengan mencela), dan
3.
taghfiru
(memohonkan ampunan kepada Allah Ta’ala untuk mereka).
Sebab,
itulah ciri-ciri orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam
Surat Ali Imran : 133-134 , bahwa, “ … (orang yang bertakwa) yaitu
orang-orang yg menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang- orang yg menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. “
Penelitian
pengetahuan modern semakin menegaskan pentingnya anjuran memaafkan sebagaimana
diajarkan agama. Di dalam Al Qur’an, Hadits maupun teladan Nabi Muhammad SAW,
memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang mendzalimi merupakan perintah yang
sangat kuat dianjurkan.
Allah berfirman,
yang artinya “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal,
tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat)
maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (QS. Asy Syuuraa, 42:40).
Memaafkan
memang membutuhkan kematangan diri dan kematangan spiritual. Kematangan diri
bisa didapatkan dari keterbukaan hati dan pikiran dalam menyikapi pengalaman
hidup. Sedangkan kematangan spiritual didapatkan saat seorang hamba taat kepada Allah Swt dan memiliki keikhlasan . Bagi orang-orang
yang gemar memaafkan, maka Allah Swt menyediakan pahala yang utama sebagai
balasan atas sikap mulia mereka.
Wallahu
a’lam bish-Shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar