Siapakah yg ingin dirinya dicintai Allah? Ingatlah firman-Nya, yg artinya
, Sesungguhnya Allah itu mencintai orang-orang yg selalu bertaubat dan orang-orang
yg membersihkan dirinya,” (Qs. Al-Baqarah : 222).
Inilah pintu yg selalu terbuka. Allah menyatakan at-Tawwabin dgn sighat
mubalaghah (bentuk superlatif) bukan at-ta-ibin , sehingga ayat tsb bermakna bahwa pintu taubat
selalu terbuka lebar. Inilah bentuk Kemahalembutan Allah terhadap hamba-Nya dan Maha Kedermawanannya. Allah juga memulai kalam-Nya itu dgn lafal “inna”
untuk memperkuatnya (ta’kid), walaupun semua kalamullah , adalah ucapat yg kuat, karena merupakan ucapan
Al-Hamid Al-Majid ‘Azza wa Jalla. Setiap kali hamba berbuat dosa lalu ia kembali kepada Allah, maka ia
dapati Allah bergembira menyambutnya dan menganugerahkan kpdnya pakaian
cinta-Nya, yg penting hamba itu selalu
mengenakan baju taubat.
Rasulullah saw bersabda yang artinya, “ Wahai sekalian manusia,
bertaubatlah kalian kepada Allah dan
mohon ampunlah (ucapkanlah istighfar) kepada-Nya. Sesungguhnya aku memohon
ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari atau pada setiap hari seratus
kali”. ( Jami’ al-Ahadits wa al-Marasil , dari Abu Burdah dari Al-Agharr ra).
Berkaitan dengan hadit ini ulama Fauzi Muhammad Abu Zayd dalam Kayfa
Yuhibbukallah Dar Al-Iman Wa Al-Hayah, menyatakan bahwa kita harus memhamai
hadits ini dengan pemahaman yang cerdas dan akal yang lurus. Karena pada
umumnya orang mamahami hadits ini dengan pemahaman bahawa seseorang disarankan
untuk membaca istighfar seratus kali dalam sehari dan hadits ini tidak
menunjukkan apapun kecuali seputar hal itu saja...?
Maka beliau (Fauzi Muhammad Abu Zayd) menyatakan bahwa
1.
kalimat: “Wahai sekalian manusia,
bertaubatlah kalian kepada Allah” , ini sebagai satu penggalan pengertian, dan
2.
Kalimat “dan mohon ampunlah (ucapkanlah istighfar) kepada-Nya” sebagai
penggalan kalimat yang lain.
3.
Kemudian Rasulullah, menjelaskan perbuatannya dan keadaan dirinya dengan
bersabda,” Sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla “ sebagai
satu penggalan kalimat.
4.
Dan “ aku memohon ampun (ber-istighfar) kepada-Nya seratus kali dalam
sehari ”.
Jadi taubat bukanlah istighfar. Mengapa?
Karena istighfar itu merupakan satu
amalan dari anggota badan, ataupun salah satu amalan hati yang dilakukan
seorang hamba yang ditujukan kepada
Allah. Ia memohon ampun kepada-Nya dan dari setiap istighfar yang ia ucapkan
maka ia mendapatkan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipatnya, dan
Allah ‘Azza wa Jalla masih akan menambahkan pahala bagi siapa saja yang Dia
kehendaki.
Diluar itu , taubat itu sendiri mempunyai rukun-rukun tertentu, keadaan
tertentu serta aturan umum yang harus ditaati siapa saja yangbertaubat, agar ia
berhasil menggapai cinta Allah ‘Azza wa Jalla. Mengapa? Karena Allah tidak
menyatakan bahwa Dia mencintai orang-orang yang mengucapkan istighfar.
Allah hanya berfirman,
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ
التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِين
“ Sesungguhnya
Allah itu mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
membersihkan dirinya,” (Qs. Al-Baqarah :222).
Taubat mempunyai makna yang khusus, dalam kondisi tertentu dan keterkaitan
tertentu. Dan itu adalah taubat, diantara manusia ada yang bertaubat dari
keburukannya, diantara mereka ada yang bertaubat dari ketaatannya, dan ada pula
yangbertaubat dari kelalaiannya, ada yangbertaubat dari eksistensinya, dan ada juga yangbertaubat
dari persaksiannya. Taubat mempunyai unsur yang luhur dan kedudukan yang
tinggi.
Taubat itu tidak memisah dari kesempurnaan ahli makrifat walau hanya
sekejab atau bahkan kurang dari itu
hingga posisi yang paling agung Rasulullah saw pun menjelaskan rahasia
taubat yang dilakukan Rasulullah saw, dimana beliau bersabda, yang artinya ,”
Sesungguhnya kadang-kadang hatiku lupa dari zikir kepada Allah, dan
sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah (istighfar) dalam sehari seratus
kali”, (Sunan al-Baihaqi al-Kubra, dari Al-Aghar al_Muzani ra, Muslim
meriwayatkan dalam Shahinya dari Yahya
bin Yahya dan Abur Rabi’ az-Zahrani).
Kata al-Ghayn berarti tutup... yang kadang-kadang menutupi hati kita
dengan syahwat atau hawa nafsu atau dosa. Lantas bagaimana dengan Rasulullah?
Beliau menjelaskan
Sebagaimana dalam sabdanya, yang artinya ,” Sesungguhnya seorang mukmin
itu , apabila mengerjakan satu dosa maka
dituliskan satu titik hitam didalam hatinya. Jika ia bertaubat dan menghentikan
perbuatan dosa itu serta mebgucapkan istighfar , maka hatinya dikilapkan dari
titik hitam itu. Apabila ia mengulangi perbuatan dosa maka titik hitam itu
bertambah, hingga akhirnya seluruh hatinya dipenuhi titik-titik hitam. Itulah
ar-ran yang disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla pada kitab-Nya. Kemudian
Rasulullah saw membaca firman Allah ‘Azza wa Jalla , yang artinya ,”
Sekali-kali tidak, itulah ran pada hati mereka disebabkan apa yang mereka
usahakan, sekali-kali tidak , sesungguhnya pada hari itu mereka itu tertutupi
dari Rabb mereka (Qs. Al-Muthaffifin : 14-15), ( Shahih Ibn Hibban dari Abu
Hurairah).
Adapun ar-ran adalah penutup yang menutupi hati kita yang disebabkan oleh
dosa-dosa yang kita lakukan. Setiap kali seorang hamba melakukan perbuatan dosa
maka dituliskan satu titik hitam di dalam hatinya. Dari titik demi titik hingga
terhimpun menjadi ran atau tutup, sehingga menjadikan seorang hamba terhalangi
dari cahaya Dzul Jalal wal Ikram. Hal itu menyebabkan ia terjerembab dalam
kelalaian atau di lembah hawa nafsu kemaksiatan.
Barang siapa bertaubat, dan kembali menempuh jalan pertaubatan menuju ke
hadirat At-Tawwab (Yang Maha Menerima Taubat). Selanjutnya hamba itu terus
beribadah dan mendekatkan diri dengan mengerjakan amalan sunnah kepada
Allah, berarti ia telah bertaubat dari
sikapnya yang kurang taat.
Saudaraku, takkan pernah didapati seorang hamba yang mampu beribadah kepada Allah dengan
sebenar-benar ibadah, sampai walaupun ia termasuk dari kalangan malaikat yang
Allah ciptakan sebagai makhluk yang 100% taat kepada-Nya. Diantara para
malaikat , ada sebagian yang terus bersujud kepada Allah, ada pula yang terus
melakukan ruku’ , ada juga yang terus berzikir kepada-Nya sepanjang masa.
Pada hari kiamat para malaikat yang terus bersujud sejak pertama kali
diciptakan itu bangun dari sujud panjangnya, lalu mereka berkata ,” Kami tidak pernah beribadah kepada-Mu
dengan sebenar-benar ibadah.... “.
Saudarku, siapakah diantara kita , yang dapat beribadah kepada Allah
dengan sebenar-benarnya ibadah kepada-Nya? Jadi dengan demikian,maka malaikat
itu bertaubat dari “ kekurang-taatannya” kepada Allah, sebagaimana para sahabat
Rasulullah, para sahabat Nabi, bahwa Allah berfirman tentang keadaan mereka,
yang artinya ,” Mereka adalah orang-orang
yang sedikit tidurnya di waktu malam dan diwaktu sahur mereka memohon ampunan
dari Allah”, (Qs. Adz-Dzariyat : 17-18).
Para hamba shalih tersebut memohon ampunan kepada Allah , karena mereka
merasa adanya kekurangan didalam ketaatan mereka. Mereka melihat diri mereka
tidak mampu untuk mengikhlaskan niat dengan sebenar-benar keikhlasan, mereka
merasa tidak mampu berbuat jujur dengan sebenar-benarnya kejujuran dst.
Lalu bagaimana dengan kita ?
Kita semua tanpa kecuali, tentu merindukan agar Allah
mencintai kita. Kita tentu ingin masuk dalam cakupan firman-Nya :
فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
“ Allah pasti mendatangkan suatu kaum
yang Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya”, (Qs. Al-Maidah : 54).
Ada
banyak jalan menuju kecintaan Allah, sebagaimana riwayat pada dua kitab Shahih, Shahih Bukari
dan shahih Muslim , bahwa bersabda
Rasulullah SAW , yang artinya ”
Sesungguhnya Allah telah berfirman, “ Tiada seorang hamba yang mendekat
kepada-Ku denngan sesuatu yg lebih Kucintai daripada mengerjakan kewajiban yg
Aku wajibkan kepadanya. Tiada henti hamba-Ku itu mendekat kepada-Ku dengan
mengerjakan berbagai amalan sunah sampai Aku mencintai ia. Apabila Aku mencintai-ia maka Aku menjadi telinganya yg ia gunakan
untuk mendengar, menjadi matanya yg ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya
yg ia gunakan untuk menghantam, menjadi kakinya yg ia gunakan untuk berjalan.
Jika ia meminta kepada-Ku maka Aku pasti memberinya, jika ia meminta
perlindungan kepada-Ku niscaya Aku pasti melindunginya”.
Semoga Allah memberi hidayah dan berkah-Nya sehingga menggerakkan kita untuk
menggapai menuju cinta-Nya.
Allahu a’lam
Sumber : Kayfa Yuhibbukallah Dar Al-Iman
Wa Al-Hayah (Fauzi Muhammad Abu Zayd) dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar