Doa
adalah sarana paling mujarab dlm memagari diri dari hal yg tidak disukai
dan menggapai sesuatu yg diinginkan. Doa adalah musuh dari bencana. Doa
menghadang bencana , mencegah turunnya bencana, memecahkannya atau meringankannya saat bencana
telah turun.
Al Hakim dlm Shahihnya , dari Ali bin Abi Thalib, bhw Rasulullah bersabda, yg
artinya ,” Doa adalah senjata kaum mukmin, tiang agama dan cahaya langit dan
bumi”. Abu Amru Abdurrahman bin Amru bin Muhammad Al Auza'i Ad
Dimasyqi dari al-Zuhri dari ‘Urwah dari ‘Aisyah.ra , bhw
Rasulullah saw bersabda, yg artinya ,” Sesungguhnya Allah mencintai
orang yg gigih dlm berdoa”. Namun
kita memahami
banyak faktor yg mempengaruhi kualitas doa
shg khasiat doa menjadi berbeda-beda.
Hal ini berkaitan juga dgn faktor-faktor yg ada didalam kandungan doa
itu sendiri, yg kemungkinan tidak disukai Allah , misal; karena didalamnya ada unsur permusuhan , atau karena kelemahan hati dan ketidakteguhan
saat berdoa kepada-Nya. Saudaraku, bagaimana
posisi, peranan doa dalam menghadang musibah?
Dalam menghadang
musibah, doa mempunyai sejumlah posisi ;
a.
Doa lebih kuat daripada
musibah, sehingga menyingkirkannya
b.
Doa lebih lemah daripada
musibah, sehingga musibah menimpa hamba. Namun tentu doa itu bisa meringankan
musibah, walaupun doa lebih lemah daripada musibah.
c.
Keduanya sama kuat dan
saling menghadang satu sama lain.
Al-Hakim juga meriwayatkan
hadits dari Ibn Umar, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Setiap orang
mestilah mewaspadai ketentuan (takdir). Doa itu sangat bermanfaat terhadap
sesuatu yang sudah diturunkan Allah dan yang belum diturunkan. Sesungguhnya
musibah (bala) ketika sudah turun, sedangkan doa menghadapinya, maka keduanya
akan terus bertarung dan berbenturan sampai hari kiamat”.
Al-Hakim juga meriwayatkan
hadits dari ’Aisyah ra, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Doa itu
sangat bermanfaat terhadap sesuatu yang sudah turun dari Allah ataupun belum
turun. Maka hendakllah kalian, wahai hamba Allah, senantiasa berdoa”.
Al-Hakim juga meriwayatkan
hadits dari Tsauban, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tidak ada yang
menolak takdir kecuali doa, dan tidak ada yang bisa menambah nilai amal kecuali
amal kebaikan, dan seorang itu terhalang dari rizki karena dosa yang
melumurinya”.
Ada ulama
menganalogikan doa seperti sebuah
gendewa yang sangat lembek atau lentur. Sehingga tidak sanggup meluncurkan anak
panah dengan cepat. Atau bisa jadi karena adanya penghalang lain sehingga doa
tersebut tidak pantas untuk dikabulkan seperti karena mengkonsumsi barang
haram, dosa yang menggenangi hati, sikap lalai, syahwat atau lintasa-lintasan
pikiran yang tak berguna dalam hati.
Dalam kitab al- Mustadrak
karya Abu Abdillah Al-Hakim, menyatakan ada riwayat Abu Hurairah bahwa
Rasulullah saw bersabda, yang artinya,” Panjatkanlah doa kepada Allah dan
yakinlah bahwa doa itu pasti dikabulkan”.
Saudaraku, Allah tidak akan
menerima doa dari orang yang hatinya lalai dan bermain-main.Kelalaian hati ini
akan sangat melemahkan kemanjuran doa. Demikian juga dengan perbuatan makan
barang haram juga melemahkan kekuatan doa dan keampuhannya.
Imam Nawawi dalam kitab Shahih
Muslim , menyatakan bahwa hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ
اللَّهَ طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إِلا طَيِّبًا ، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ
الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ ،
Nabi
bersabda, 'Wahai sekalian
manusia, sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang
baik-baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang beriman seperti perintah yang Allah berikan kepada para rasul.'
فَقَالَ : يَا أَيُّهَا
الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا
تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
Nabi
lalu mengutip firman Allah (yang artinya), 'Wahai para rasul, makanlah makanan
yang halal dan kerjakanlah amal saleh. Sungguh, Aku mengetahui semua perbuatan
kalian.' (Qs. Al-Mukminun:51)
وَقَالَ : يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
Dan
firman Allah (yang artinya), 'Wahai
orang-orang yang beriman, makanlah makanan halal yang Kami karuniakan kepada
kalian.' (Qs. Al-Baqarah:172)
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ
يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ
يَا رَبِّ ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ
، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
Kemudian,
beliau menyebutkan adanya seseorang yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya
acak-acakan, pakaiannya berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke arah atas
untuk berdoa, sambil mengucapkan, 'Ya
Rabbi ... ya Rabbi ....' Padahal, makanannya haram, minumannya
haram, pakaiannya haram, dan dia diberi makan dengan makanan yang haram, maka
bagaimana mungkin doanya dikabulkan? (Hr. Muslim, no. 1015)
Dalam
kitab al-Zuhd , Abdullah bin Iman menyatakan bahwa suatu ketika , Bani Israil
ditimpa suatu musibah. Mereka mencari jalan keluar dari musibah tersebut.
Mereka berbondong-bondong ke tanah lapang untuk berdoa. Allah lalu mewahyukan
kepada nabi mereka agar menyampaikan kepada mereka ; “ kalian keluar ke tanah
lapang dengan badan penuh najis dan mengangkat telapak tangan yang berlumuran
darah, rumah kalian juga penuh dengan barang haram, bagaimana sekarang ketika
kemurkaan-Ku (Allah) kepada kalian sudah memuncak? Dan kalian hanya semakin
jauh dari-Ku (Allah)”.
Abu
Dzar berkata, hendaknya setiap doa itu
dibarengi dengan perbuatan baik. Sebagaimana makan mesti dicampur dengan garam.
Hal lainnya yang dapat
menghalangi keampuhan doa adalah tergesa-gesa dalam berdoa , kurang yakin, atau
menganggap doanya lambat dikabulkan, sehingga ia merasa sedih dan akhirnya
putus asa dan meninggalkan doanya tersebut.
Para ulama mengkiaskan bahwa
hal seperti ini ibarat orang yang menabur benih atau menanam tanaman, ia
kmudian merawatnyamenyiraminya. Akan tetapi ketika tanaman tersbut lambat
tumbuhnya, maka ia putus asa dan meninggalkan tanaman itu atau bahkan
mencampakannya.
Saudaraku,
kita tentu tidak ingin bahwa doa-doa kita tertolak. Dan diantara cara untuk
menggapai doa yang mujarab adalah kegigihan dan semangat dalam berdoa.
Ibn
Majah dalam Sunan , meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw
bersabda, yang artinya ,” Siapa yang tidak pernah meminta kepada Allah, maka
Allah murka kepadanya”.
Al-Hakim dalam kitabnya
Shahih meriwayatkan hadits dari Anas, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya
,” Janganlah kalian bersikap lemah keyakinan dalam berdoa, karena tidak ada
seorangpun yang celaka dengan doa”.
Dalam kitab shahih al Bukhari,
terdapat hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabada, yang artinya
,” Setiap doa pasti dikabulkan sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, sehingga mengatakan
: aku sudah berdoa dan tidak dikabulkan”.
Dalam kitab shahih Muslim ,
Rasulullah bersabda , yang artinya ,” Setiap doa hamba senantiasa dikabulkan,
sepanjang ia tidak mengerjakan dosa-dosa, memutus silatuhrahmi dan selai ia
tidak tergesa-gesa (isti’jal)”.
Para sahabat bertanya , wahai
Rasulullah, apa makna tergesa-gesa.
Rasulullah bersabda, yang
artinya “, Orang yang berkata bahwa ,” aku telah berdoa, aku telah berdoa dan
nampaknya doaku tidak dikabulkan”. Ia merasa kecewa dan tidak mau berdoa”.
Dalam kitab Musnad Ahmad, ada
hadits riwayat Anas , bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Setiap hamba
senantiasa berada dalam naungan kebaikan, sepanjang ia tidak tergesa-gesa”.
Para sahabat bertanya, wahai
Rasulullah apa maksud tergesa-gesa itu?
Rasulullah menjawab , yang
artinya ,” Orang yang berkata bahwa kau telah berdoa kepada Tuhanku dan doaku
ternyata tidak dikabulkan”.
Imam Ahmad bin Hambali
Qatadah dalam kitabnya Al-Zuhd , menyatakan bahwa Muwarraq berkata ,’aku tidak
pernah menemukan padana bagi seorang mukmin kecuali seorang yang terapung di
lautan dan hanya bergantung pada sebatang kayu tetapi ia senantiasa memanjatkan
doa,”Wahai Tuhan, wahai Tuhan”, dengan harapan Allah akan menyelamatkannya’.
Saudaraku, ketika berdoa ,
hendaknya seorang hamba bisa menghadirkan hati, keyakinan dan kesungguhan
keinginannya. Dalam berdoa dituntut kekhusyukan dalam hati, merasakan dan
mengakui kelemahan , kerendahan diri di hadapan Allah, ketundukan. Disunahkan memanjatkan doa di waktu-waktu
yang mustajabah. Tidak lupa sebelum melaksanakan doa, dianjurkan untuk
bersedekah.
Semoga bermanfaat
Allahu a’lam
Sumber : Al-Jawab al-Kafi
liman Sa’ala ‘an al-Jawab al-Syafi ; Ibn Qayyim al Jauziyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar