“ Barangsiapa
yg menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Allah berikan (balasan) penuh
atas pekerjaan mereka di dunia dgn sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yg tidak memperoleh di akhirat
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yg telah mereka kerjakan. “ (Qs. Hud : 15)
Saudaraku, tiap perbuatan dilandasi motivasi. Motivasi dapat bersumber dari kebutuhan
thd suatu hal, seperti makan, minum, seks dst. Bahkan motiasi sendiri bisa
menjadi tujuan. Motivasi mendorong pelaku utk mewujudkannya, manakala hati
terbersit untuk itu. Motivasi adl energi agar keinginan dpt dipenuhi. Motivasi bisa bersifat eksternal yg mendorong kita untuk
mewujudkannya. Setiap orang punya cita-cita dalam akal pikirannya,
dan mempunyai motivasi dlm hatinya yg mendorongnya untuk menuju yg diinginkannya.
Allah berfirman , yg artinya, “ Barangsiapa menghendaki
kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan baginya (di dunia) ini apa yg
Kami kehendaki bagi orang yg Kami kehendaki . Kemudian Kami sediakan baginya (di
akhirat) neraka Jahannam ; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan
terusir. dan Barangsiapa yg menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah
itu dgn sungguh-sungguh sedangkan ia beriman
, Maka mereka itulah orang yg usahanya
dibalas dengan baik ,” (Qs. Al-Isra ‘: 18-19).
Tujuan yang ingin
dicapai atau yang dikonsepsikan seseorang akan berpengaruh terhadap jiwanya.
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Sesungguhnya amal perbuatan
itu tergantung niat. Setiap orang mendapatkan apa yang diniatkan. Orang yang
hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya , maka hijrahnya menuju allah dan
Rasul-Nya. Seseorang yang hijrahnya untuk meraih dunia dan mengawini wanita,
maka hijrahnya menuju apa yang ia tuju”, (Hr. Bukhari).
Banyak pakar ahli
yang membahas seputar motivasi hambir di semua bidang, karena memang urgen dan
besarnya manfaat motivasi. Para pemimpin , lawyer, manager, pelajar, ulama dst
tentu memmahami tentang pentingnya motivasi. Semangat dan motivasi
adalah pusat penggerak, yang membentuk kepribadian, dan yang mengawasi
organ-organ tubuh. Motivasi adalah semangat atau bahan bakar jiwa dan kekuatan yang
berkobar-kobar, yang akan menggerakkan pemiliknya untuk melompat tinggi dan
memburu nilai-nilai kemuliaan.
Suatu tujuan tidak akan tercapai
tanpa kehadiran motivasi. Sementara, motivasi sendiri berasal dari berbagai
sumber, baik eksternal maupun internal. Dari kedua jenis motivasi tersebut,
motivasi internal atau self-motivation adalah yang pengaruhnya paling kuat.
Sementara motivasi eksternal mudah pudar, namun jika kita punya self-motivation
sendiri, maka hal tersebut akan tertanam dengan kuat dalam diri.
Setiap
perbuatan pasti didasari oleh motivasi tertentu. Banyak teori pengembangan sumber daya manusia
(SDM) bertumpu tentang mengenai
motivasi, mulai dari teori Kebutuhan Maslow, teori Keadilan, teori Harapan, dan
sebagainya. Kesimpulan dari
semua itu bahwa suatu perbuatan
yang terjadi dilandasi suatu motivasi
tertentu. Dalam
kaitan ini, karena hidup itu dinamis, tidak selamanya kita berada di puncak
motivasi. Tapi bagi para pejuang, dalam letih pun mereka akan tetap tersenyum.
Karena, apa yang ditunaikan menjadi jaminan bermanfaatnya kehidupan. Dan kita harus
cermat dalam menanamkan motivasi dalam kehidupan ini , jangan sampai kita salah
dalam menamamkan motivasi dalam diri.
Ingatlah firman-Nya مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
“ Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan ( blasana) penuh
atas pekerjaan mereka
di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yg tidak memperoleh di
akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka
usahakan di dunia dan sia-sialah apa yg telah mereka kerjakan. “ (Qs. Hud : 15) .
Firman-Nya
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلْءَاخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن
كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ
مِن نَّصِيبٍ
“ Barang siapa yang menghendaki keuntungan di
akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan
barang siapa yg menghendaki keuntungan di dunia, Kami
berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat. (Qs. Asy-Syura :
20).
Saudaraku, melalui
pemahaman sederhana saja terhadap diri kita sendiri atau orang-orang di sekitar
kita, bahwa tujuan yang telah dicanangkan dalam konsepsi yang tertanam dalam
jiwa menjadikan hal itu seakan mengarahkan kita untuk makin mendekatinya.
Tujuan akan selalu memyibukkan pikiran kita, bahkan akan semakin kentara saat
kita dirundung kesulitan hidup dan kita belum berhenti sebelum tujuan itu
tercapai. Adapun djika tidak berhasil , maka ganjalan jiwa akan terus
membebani, penyesalan atau rasa sakit yang bersarang di hati atau jiwa.
Setiap hamba yang tidak
memiliki semangat motivasi untuk
meraih ridha Allah SWT, maka setan akan menyibukkannya dengan aktivitas yang sia-sia. Pribadi yang panjang
angan serta mengisi usia dengan perbuatan
buruk,
dan akan menjadi budak hawa nafsu yang tak
pernah terpuaskan.
Sebagaimana firman-Nya
أَلَمْ تَرَ أَنَّآ أَرْسَلْنَا ٱلشَّيَٰطِينَ عَلَى
ٱلْكَٰفِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّۭا
“ Tidakkah kamu lihat, bahwasanya sesungguhya Kami telah mengirim setan-setan
itu kepada orang-orang kafir untuk mendorong mereka berbuat
maksiat dengan
sungguh-sungguh? “, (Qs. Maryam : 83).
Sebagaimana firman-Nya
إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ
أَعْمَٰلَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَهُمْ سُوٓءُ ٱلْعَذَابِ وَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ
هُمُ ٱلْأَخْسَرُونَ
“ Sesungguhnya orang-orang yg tidak
beriman kepada akhirat, Kami jadikan mereka terasa indah bagi mereka (perbuatan
yang buruk) , maka mereka bergelimang dalam kesesatan. Mereka itulah
orang-orang yg mendapat (di dunia) azab yang buruk dan mereka di akhirat adalah
orang-orang yg paling merugi. “ (Qs.
An-Naml : 4-5)
Saudaraku , kalau kita tidak memiliki
motivasi yang kuat untuk meraih ridha Allah SWT, maka sungguh setan akan membelokkan kita kedalam
perbuatan-perbuatan yang buruk dan sia-sia.
Banyak ragam tentang
fenomena motivasi. Misalnya para akademisi , melakukan kajian tentang motivasi
untuk bagaimana cara menggugah semangat para siswa mewujudkkan cita-citanya.
Seorang manager ingin mencapai target produksi yang dibebankan. Usaha ini tak
akan tercapai kecuali jika bahwan atau karyawan juga mempunyai motivasi untuk
bekerja rela giat dan loyal, dan meyakini bila hal ini akan menguntung mereka
juga.
Motivasi alami
mendorong manusia untuk mencapai tujuan, motivasi ada yang tercela dan ada yang
mulia. Sebagian besar motivasi diciptakan dalam diri manusia, agar mereka
terdorong secara fisik untuk mewujudkan tujuan kelangsungan kehidupan. Jika
Allah tidak menciptakan motivasi dalam diri manusia, maka manusia tidak akan
tergerak untuk mencari rizki, tidak mengkonsumsi makanan, tidak mencari
pasangan dst.
Al-Qur’an dan hadits
Rasulullah telah memberikan garis tuntunan tentang bagaimana kita memanage motivasi kita. Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan tujuan apa yang
seharusnya dicapai manusia, alasan apa yang melatarbelakangi hal itu, apa kebaikan atau hasil yang akan diperoleh manusia itu sendiri dan juga menjelaskan apa akibat
buruk dan pengaruh berbahaya jika berpaling dari tujuan yang telah ditunjukkan
Allah dan Rasul-Nya.
Ada perbuatan yang
cenderung tidak disukai jiwa, namun Allah menginginkan manusia mengerjakan dan
mewujudkannya, maka disini Allah meciptakan stimulus menurut kadar
ketidaksukaanya itu. Allah telah mempersiapkan segala sesuatu bagi hamba yang
memenuhi kewajiban dan memperbanyak perbuatan kebaikan sebagaiaman yang Allah
perintahkan.
Kita maklum , bahwa sudah menjadi sifat manusia bahwa ia akan mengharapkan
dari kegiatan (usahanya) akan mendapat imbalan (reward) yg sebanding dengan pengorbanannya. Suatu pekerjaan atau kegiatan akan
menjadi bernilai tinggi atau bahkan hilang nilainya bergantung dari tujuan yang
ditargetkannya. Seorang hamba beriman yang melakukan kegiatan shalat dengan tujuan (motivasi) mengharap
ridha Allah semata, maka perbuatannya itu adala amal yang terbaik. Sedangkan
orang yang shalat dengan motivasi mendapatkan kemuliaan dan kedudukan di
hadapan manusia lain, maka itulah perbuatan yang terburuk. Dan mereka akan
mendapat hal yang ia tuju sebagaimana dijanjikan Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ,” sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan
siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada
orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan
mendapat pembalasan yang baik, “ (Qs. Al-Kahfi : 2).
Firman-Nya, yang artinya, "Dan orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang
yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang
Muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka
memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia." (QS. Al-Anfal [8]:
74-75).
Dapat dikatakan bahwa setiap manusia bertujuan untuk mencapai kebahagiaan.
Demi kebahagiaan itu, manusia bahkan rela menghabiskan waktunya untuk bekerja
dan berusaha. Ibn Hazm dalam kitab al-Akhlaq wa as-Sair , menyatakan bahwa aku
berusaha menggapai tujuan dimana seluruh manusia sama-sama menganggap baik dan
mencarinya. Namun aku tidak mendapatinya selain satu hal , yaitu
menyingkirkan penderitaan. Saat aku merenungkannya aku tahu, seluruh manusia
tidak sama-sama mengangap baik , tidak pula mencarinya. Tetapi aku melihat
manusia dengan perbedaan keinginan dan tujuan, ketimpangan dan cita-cita dan
kehendaknya. Sama sekali tidak bergerak selain dari sesuatu yang menahan
tersisihnya diri mereka, orang yang keliru arah jalan, orang yang hampir
berbuat salah dan dari musibah. Hanya sedikit orang yang melakukan itu dalam
ruang lingkup yang sempit.
Menyingkirkan
segala penderitaan merupakan doktrin yang disepakati hampir seluruh umat
manusia semenjak Allah menciptakan alam hingga berakhir alam permulaan, dan
diikuti alam hisap, agar mereka tidak menyandarkan perbuatannya kepada sesuatu
selain Dia. Setiap tujuan itu sama, tetapi banyak orang tidak meilihnya.
Dalam beberapa
literatur NLP, ada dua faktor motivasi dalam diri manusia yaitu mengejar
kenikmatanan dan menghindari kesengsaraan atau rasa sakit. Kebahagiaan tidak
akan terwujud kecuali dengan menyingkirkan segala derita yang terhimpun dalam
jiwa. Namun banyak manusia keliru dalam menterjemahkan kebahagiaan, mereka
mengira bahwa kebahagiaan adalah kenikmatan materi dan keinginan dunia yang menyegarkan gairah nafsu. Mereka
meninggalkan akhirat di belakang, karena sesungguhnya akhirat membutuhkan
kesungguhan berkorban dan pengendalian keinginan nafsu.
Allah sebenarnya
telah menyediakan sarana untuk menghindari kesengsaraan dan meraih
kebahagiaan.
Sebagaimana Allah
berfirman, yg artinya ,” dan Barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku , Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan
buta". (Qs. Thaha : 124).
Sebagaimana Allah
berfirman, yang artinya ,” Wahai
manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Yunus : 57).
Sebagaimana Allah
berfirman, yang artinya ,” Sesungguhnya
Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar,” (Qs. Al-Isra’ : 9)
Sebagaimana Allah
berfirman, yang artinya ,” Dengan
Al-Qur’an ,Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan
kedamaian , dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari
gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus ,” (Qs. Al-Maidah : 16).
Menurut Stephen R Covey, dalam First Thing
First (1994) , menyatakan bahwa motivasi tertinggi manusia adalah kebutuhan aktualisasi namun bukan aktualisasi diri tapi masih ada kebutuhan yg
lebih tinggi lagi yaitu Self Transdence atau kebutuhan spiritual.
Berangkat dari
ketidakmampuan manusia untuk mengetahui jalan yang lurus dan tujuan yang luhur,
maka dihadirkan kepada manusia risalah atau kerasulan. Nubuwwah hadir untuk
menjelaskan segala hakikat dan membeberkan tujuan dan cita-cita untuk mencapai
kebahagiaan hakiki.
Sebagaimana Allah
berfirman, yang artinya ,” Sesungguhnya Kami mengutus kamu (Muhammad) sebagai
saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, “ (Qs. Al-Fath : 8).
Motivasi adalah
energi dari dalam diri individu yang
menggerakkan individu untuk berbuat. Suatu kekuatan atau keinginan yang datang
dari dalam hati nurani manusia untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Yakinlah ,apabila hati dan pikiran seseorang
bersih dari hal-hal yan dilarang maka motivasi untuk mencari ridha Allah akan mudah muncul sehingga lahirlah amalan-amalan shalih yg menyelamatkan kita dari
penderitaan.
Allahu a’lam
Sumber : Al-Ikhlash
- Fa’budullaha Mukhlishan lahu ad-Din (Umar Sulaiman Abdullah al-Asyqar) , http://quran.insanislam.com ,Kayfa Yuhibbukallah
Dar Al-Iman Wa Al-Hayah (Fauzi Muhammad abu Zayd) Stephen R Covey ; First Thing First , dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar