Ada manfaat dan keburukan dari
perkembangan teknologi , satu sisi banyak berperan dalam
memfasilitasi memudahkan manusia, di sisi lain justru memberatkan manusia sendiri , shg lebih banyak beban & kewajiban yg merampas waktu luang kita .
Bahkan sering datang masalah baru shg tidak sanggup dihadapi atau menyerah karenanya. Maka munculah tekanan kejiwaan: yg berwujud ketidak-mampuan menghadapi tantangan atau memikul tanggung jawab yg sebenarnya
masih memiliki kemungkinan yang terbuka.
Dampak Stress (Tekanan Jiwa)
Stres sering menyebabkan penderitanya tidak stabil, dan memunculkan dampak dan efek negatif dalam kehidupan . Di antaranya adalah:
1. Ada kalanya stres melahirkan prilaku kasar, keradikalan, kemarahan
akan realita yg ada . Ia berharap dapat keluar dari permasalahannya dan terkurangi tanggung jawabnya. Dan lebih
parah jika tidak ada pendampingan yang dapat mengurangi sebagian beban dan kepedihannya.
2. Stres menyebabkan menarik
diri dan menjauh dari kehidupan, menjauh dari kenyataan, bahkan menjadikan penderitanya tenggelam dalam
dunia khayal, terkendala dalam
metode berpikir dan mencari solusi. Engkau dapati ia mendebat perkara dengan solusi filosofis yang rumit atau penafsiran yang ganjil yang
tidak diterima oleh para pemikir dan orang kebanyakan.
3. Tekanan jiwa mempengaruhi
dalam bergaul. Dimana penderita tekanan jiwa akan sulit membangun hubungan
dalam bertetangga, persahabatan dengan teman kerjanya, atau dengan siswa lain jika itu di sekolah, dengan
orang banyak jika dia seorang
pegawai, dengan para pegawai jika dia seorang kepala bagian atau direktur,
juga dengan seluruh strata masyarakat di lingkungannya. Ia merupakan ancaman dalam membangun masyarakat, kepribadian dan lembaga
sosial yang lebih maju, meningkat dan mumpuni.
4. Stres berpengaruh yang besar
pada anggota tubuh penderita. Penyakit yang di derita kebanyakannya adalah cerminan
dari hakikat kondisi kejiwaan yang
tengah dialami penderita. Karenanya para dokter menyarankan pasiennya untuk menjauhi hal-hal yang menimbulkan gejolak kejiwaan.
Terutama mereka yang terkena liver, gangguan jiwa, kolesterol, gangguan lambung, usus dan lain
sebagainya. Karena kejiwaan memiliki peran yang penting dalam mengontrol
penyakitpenyakit tersebut, baik dalam penyembuhan atau dalam memperburuk dan membuatnya semakin parah.
5. Stres (tekanan jiwa) berpengaruh
negatif dalam produktivitas kerja dan kreasi. Karena penderitanya kehilangan penyelaras dalam
berinteraksi dengan berbagai hal. Terlebih lagi tidak dapat konsekuen dalam
mencapai tujuan dan mencapai target.
Obat Stres (Tekanan Jiwa)
Dikarenakan siapa pun dapat terkena tekanan jiwa,
yang berdampak pada timbulnya masalah atau
penyakit, sudah seharusnya diberikan terapi penyembuhan dan pengobatan yang dapat mencegah atau membatasi agar tidak menjangkit pada diri.
Di antara penyembuhan dan terapinya:
1- Bertakwa kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya
Firman-Nya ,
yang artinya ,” "Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar." (QS. At-Thalaq: 2 )
Dan firman-Nya ,
yang artinya ,” Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. At-Thalaq: 4)
Kisah tiga orang yang terjebak di dalam goa tidak
asing bagi kita. Allah SWT, telah mengeluarkan mereka dari keterjebakan ketika setiap mereka menyebutkan amalan saleh yang
dikerjakan ikhlas karena Allah SWT. Dengan amal mereka itulah mereka bertawasul kepada Allah SWT.
2. Menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong.
Dua hal ini dapat menguatkan dalam menghadapi
berbagai problema dan tanggung jawab sehingga dapat tegar dan sukses
menghadapinya. Sebagaimana firman Allah SWT,
yang artinya ,"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar." (QS. Al-Baqarah: 153 )
Seorang sahabat Nabi, Hudzaifah ra berkata, "Jika Nabi saw menghadapi perkara pelik, beliau
melaksanakan shalat." [HR.Ahmad]
3. Husnuzon (berbaik sangka) kepada Allah SWT.
Sadarilah bahwa Allah sematalah yang mengangkat
kesulitan manusia. Sesungguhnya kesulitan meskipun berlangsung berlarut-larut senantiasa Allah iringkan
dengan solusi dan kemudahan.
Allah SWT berfirman melalui lisan Nabi
Ya'kub as, yg artinya ,” ...Dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari
rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf: 87)
Allah SWT berfirman,
yg artinya, " Sesungguhnya Allah tidak berbuat
zalim kpd manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yg berbuat zalim
kpd diri mereka sendiri ," (Qs. Yunus : 44).
Allah SWT berfirman,
yg artinya, Sesungguhnya Allah tidak menganiaya walaupun seberat
dzarah," (Qs. An-Nisa' : 40).
Allah SWT berfirman
dalam hadits qudsi, yg artinya, Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku
mengharamkan sifat aniaya terhadap diri-Ku sendiri dan Aku jadikan sifat itu
haram diantara kamu, mk janganlah berbuat aniaya ," (Hr Muslim 4/1994
no.2577).
Nabi saw bersabda dalam hadits Qudsi,
yg artinya ,” Sesungguhnya Allah SWT berfirman: "Aku sebagaimana prasangka hambaku
kepada-Ku. Aku
bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku." [HR.Turmudzi]
seorang penyair berkata :
Begitu pelik, tapi ketika aku kembalikan kepada
Penciptaannya
Ia teratasi, padahal aku sangka tidak akan
teratasi
4. Berzikir kepada Allah (mengingat Allah) dengan keyakinan, ucapan
dan amal
merupakan sebab untuk dapat
keluar dari kemelut, memberi ketegaran jiwa dan ketenangan. Sebagaimana firman Allah SWT,
yg artinya ,” (Yaitu) orang-orang yg beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dgn mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dgn mengingati Allah-lah hati
menjadi
tenteram." (QS.Ar-Ro'd:28)
5. Senantiasa beristigfar.
Sesungguhnya hal ini adalah salah satu dari sebab
kebahagiaan dan ketenangan; sebagaimana ia
dapat pula mengeluarkan dari bencana, menghilangkan kegalauan dan kegelisahan.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw,
yang artinya ,” Siapa yang kontinu beristigfar, Allah akan jadikan pada setiap
kegalauannya solusi
dan dari setiap kesulitan jalan keluar serta akan diberi
rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangkan." [HR.Abu Dawud, Ahmad dan Hakim]
6. Kembali
kepada Allah dengan berdoa,
Sebagaimana hadits Abu Sa'id al-Khudri
ra, “Pada suatu hari Rasulullah saw masuk
masjid. Beliau mendapati seorang lelaki Anshar, yang dipanggil Abu Umamah.
Beliau berkata, yang
artinya ,” Wahai
Abu Umamah, aku tidak melihatmu duduk di masjid
melainkan sedang shalat."
"Kegelisahan dan hutang melilitku, wahai
Rasulullah." Jawabnya.
"Maukah aku ajarkan suatu kalimat, jika
engkau katakan Allah akan menghilangkan kegelisahanmu dan melunaskan hutangmu?!" Tawar Rasulullah.
"Tentu wahai Rasulullah!" Jawab lelaki
itu.
"Bacalah ketika pagi dan petang: “ [ Allahumma Inni A'ûdzubika
minalhammi walhazan wa a'ûdzubika minal'ajzi walkasal, wa a'ûdzubika minaljubni walbukhl, wa a'ûdzubika min
ghalabatiddaini wa qohril rijal ]
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari
kegelisahan dan kesedihan. Aku berlindung kepadamu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepadamu dari kepengecutan dan kebakhilan. Aku berlindung
kepadamu dari dari lilitan hutang dan penindasan orang." [HR.Abu Dawud]
Di antara doa Nabi Musa as kepada
Allah agar dilapangkan dadanya, dimudahkan urusannya, dihilangkan kegelisahan dan kesedihannya, sebagaimana yg terdapat
dalam firman Allah SWT melalui lisan Nabi-Nya, yg artinya ,” Musa berkata: "Ya
Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku."
(QS.Thaha:25-26)
7. Mengerjakan sebab-sebab lalu bertawakal kepada Allah .
Meminta kepada-Nya agar dapat mencapai dan memperoleh hasil yang terbaik. Amal dan tawakal adalah dua hal yang saling berkaitan untuk menangkal tekanan jiwa
dan
efek negatif yang ditimbulkannya.
Allah SWT berfirman, yang
artinya ,"Dan
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan
(keperluan)nya." (QS. At-Thalaq: 3 )
Siapa yang mencukupkan diri dengan Allah, tidak
akan tersesat dan tidak akan celaka selamanya.
Bahwa tekanan jiwa pada akhirnya adalah buatan dan
buah amal tangannya sendiri.
Ingatlah firman-Nya, yg artinya ,"(Azab) yg
demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri,
dan bahwasanya Allah
sekali-kali tidak Menganiaya hamba-hamba-Nya."
(QS. Ali Imrah: 182 ).
Tekanan jiwa ini merupakan akibat dari kesalahan
masa lalu yang bertumpuk dan
membesar pada penderitanya. Dia tidak dapat mengolahnya dengan
jalan yang benar hingga sampai pada puncaknya.
Ketika
seorang hamba bergantung
kepada Allah maka dapat merasakan keagungan serta penguasaan-Nya
atas sesuatu pada satu sisi, juga merasakan akan kelembutan dan rahmat-Nya erhadap hamba-Nya dari sisi yang lain, dia tidak akan merasa
khawatir akan kesulitan dan tantangan, bahkan menjalani dan
menghadapinya dengan ketegaran dan kesuksesan.
Allahu a’lam
Sumber : Dr.Falih bin Muhammad As‐Shaghir dlm
Al-Dzoguuth al-nafsiih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar