Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Barang siapa berbuat zalim atas milik saudaranya berupa barang atau sesuatu, maka mintalah (maaf) darinya sekarang sebelum tiba hari dimana tidak ada dinar dan tak ada dirham. Kalaupun ada amal shalihnya (si pelaku) , (maka) amal shalih itu diambil sebanyak kezaliman-nya, dan jika tidak ada amal shalihnya, (maka) diambil dosa-dosa orang yang dizalimi (si teraniaya) itu lalu dibebankan kepadanya (si pelaku) “. (Hr. Bukhari 5/101 no.2449).
Saudaraku, kalau orang yang pernah kita aniaya walaupun kita tidak menyadarinya. Secara logika pasti dia akan menuntut kita, mengapa?
Karena dia tentu juga tidak lepas dosa –dosa akibat perbuatan dia ke pihak lainnya juga. Nah untuk mengurangi dosa-dosanya , jalan yang ditempuh adalah menutut kita, berharap amalan-amalan baik kita dapat berpindah ke dia dan untukmenebus dosa-dosa yang telah dia lakukan ke pihak lainnya juga.
Allah berfirman, yang artinya ,"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu diantaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan" (QS An Nahl :92)
Suatu ketika Rasulullah saw bertanya kepada para sahabatnya, "wahai sahabat-sahabatku tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?"
Salah seorang sahabat Nabi menjawab, "Ya Rasulullah, orang yang bangkrut itu adalah orang yang mengalami kerugian akan harta bendanya sehingga ia tidak memiliki apa-apa lagi."
"Tidaklah demikian wahai sahabatku," jawab Nabi saw.
"Orang yang bangkrut adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala sholatnya, puasanya, zakatnya, sedekahnya, wakafnya, hajinya dan umrohnya; tetapi ketika seluruh pahala kebaikannya itu ditimbang di hadapan Allah SWT, datanglah istrinya yang mengadukan kezaliman yang diterimanya ketika hidup di dunia dahulu.
"Ya Allah dahulu aku selalu mendapat perlakukan kasar darinya dan ia selalu menyakitiku."
Maka Allah menyuruh agar orang itu membayar kepada istrinya dengan sebahagian pahalanya.
Kemudian datang lagi anaknya mengadukan kezaliman yang diterimanya kepada Allah SWT. "Ya Allah dahulu ketika aku hidup di dunia, ayahku ini memperlakukanku dengan tidak adil. Ia melebihkan saudaraku yang satu dari diriku. Disaat aku dalam kesulitan, ia tidak memperdulikanku walaupun aku selalu berbakti kepadanya."
Maka Allah menyuruh orang itu membayar kepada anaknya dengan sebahagian pahalanya.
Kemudian datang lagi orang lain yang mengadukan kepada Allah. "Ya Allah dahulu ia menyebarkan berita bohong (fitnah) tentang diriku."
Maka Allah menyuruhnya lagi untuk membayar dengan pahalanya kepada orang yang mengadu itu.
Kemudian datang lagi orang yang lain yang mengadukan kezalimannya, sampai akhirnya seluruh pahala shalat, haji, umroh, puasa, zakat, sedeqah, dan wakafnya itu habis dipakai untuk membayar orang-orang yang pernah ia zalimi dan ia rampas hak-hak mereka sewaktu ia hidup di dunia.
Sementara itu orang-orang yang mengadu masih saja datang. Maka Allah 'Azza wa Jalla dengan adil memutuskan agar dosa orang yang mengadu itu dipindahkan kepadanya sebagai tebusan atas kezaliman yang pernah ia lakukan ketika di dunia dahulu."
Rasulullah melanjutkan, "Itulah orang yang bangkrut. Ia rajin beribadah tetapi ia tidak memiliki akhlak yang baik. Ia banyak melakukan ketidakadilan, merampas hak orang lain, dan banyak menyakiti hati orang lain." (HR At Tirmidzi)
Saudaraku, jangan sampai kita menjadi orang yang bangkrut pada saat hari perhitungan amal (Hisab) kelak .
Barangkali , kita merasa telah banyak berbuat kebajikan, beribadah dengan tekun, menghindari yang haram. Namun kita melupakan perbuatan – perbuatan kecil, yang kita anggap sebagai perbuatan biasa saja, namun orang lain menganggap itu adalah sebuah kezaliman, penganiayaan terhadapnya.
Kebangkrutan bisa terjadi karena amal baik kita habis dipakai untuk membayar dosa-dosa yang kita lakukan terhadap orang lain yang belum sempat minta maaf dan dimaafkan. Bisa jadi seseorang yang rajin beribadah, banyak amalnya, tapi di akhir tetap bangkrut, karena selain beribadah ia juga rajin berbuat dosa, bukan hanya kepada Allah, tetapi juga kepada sesama manusia.
Sekecil apapun perbuatan kita yang mengakibatkan orang lain merasa ternaniaya, maka dia pasti menuntut kita dihapadan Allah nanti.
Dari riwayat Abi Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tahukah kalian orang yang bangkrut ?”
Mereka berkata, ‘Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yanga tidak mempunyai dirham dan tidak mempunyai harta ‘.
Lalu Rasulullah bersabda ,yang artinya ,” Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan membawa shalat, puasa dan zakat. Ia juga datang dengan mencaci ini, mencaci itu , memakan harta ini,menumpahkan darah ini dan memukul ini.
“Lalu diberikan kepada ini dari kebaikannya dan kepada ini dari kebaikannya. Maka jika kebaikannya telah habis sebelum selesai semua kesalahannya, diambil dosa-dosa mereka lalu dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka ,”. (Hr Muslim, 4/1997 sno.2581).
Semoga kita diberi hidayah Allah sehingga bisa menghindari tindakan yang merugikan pihak lain.
Allahu a'lam
Sumber : Abdullah bin Ali al-Juatisin, http://www.ilmupendidikan.net, http:// guskun.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar