Cinta adalah energi, penyejuk pandangan dan kebahagiaan nurani, cahaya akal dn pelipur lara. Kemuliaan seorang hamba akan diperoleh saat ia mencintai Allah. Secara bahasa cinta adalah terjemahan dari Mahabbah.
Mahabbah berasal dari kata Al-Hubb, ada literatur lain menyatakan berasal dari kata Shafa (bening dan bersih). Ada yang menyatakan berasa dari kata Al-Habab (air jernih yang meluap saat turun hujan).
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa mahabbah berasal dari kata Al-Habbu, yang berarti biji pohon dan asal muasalnya. Atau berasal dari kata Al-Hibb , yang berarti gelas besar untuk mencampur bahan-bahan yang banyak. Atau berasal dari kata Habbatul Qulub atau buah hati , dimana cinta itu sampai ke buah hatinya.
Beberapa tanda cinta Allah Yang Maha Pencipta kepada hamba-hamba-Nya adalah :
- Allah mengarahkan hamba-Nya dengan mendidik dan membibingnya semenjak kecil dengan cara yang terbaik.
Allah telah menuliskan iman didalam hatinya, menerangi akalnya. Allah telah memilihnya karena cinta dan membersihkannya agar beribadah, lisannya senantiasa berzikir dan anggota badannya bergerak dalam ketaatan. Allah juga menimpakan rasa takut dari semua perbuatan yang menjauhkan dirinya dengan Allah. Allah memberikan kemudahan untuk hamba-hamba yang dicintai-Nya dengan memudahkan segala urusannya tanpa harus merendahkan diri dihadapan makhluk laiinya. - Keberadaan seorang hamba yang diterima oleh penduduk bumi. Maksudnya adalah semua hati manusia menerima, mencintai, ridha dan memuji keberadaan hamba yang dicintai Allah.
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,”Sesungguhnya Allah apabila mencintai seorang hamba, Dia memanggil jibril dengan berkata ,” Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia, kemudian jibril mencintainya “.
Lalu /jibril menyeru ke seluruh langit, dengan berkata ,” sesungguhnya Allah mencintai si fulan, karenanya cintailah ia. Maka penghuni langitpun mencintainya.
Lalu orang tersebut didudukkan sebagai orang yang diterima di bumi.
Dan apabila Allah membenci seorang hamba, maka Allah memanggil jibril , sesungguhnya Aku membenci si fulan, karena bencilah ia, maka jibril pun membencinya.
Lalu ia menyeru kepada seluruh penghuni langit bahwa sesungguhnya Allah membanci si fulan, karenanya bencilah ia. Lalu orang tersebut didudukkan sebagai orang yang dibenci di muka bumi “. (Hr Bukhari Muslim). - Allah memberinya ujian.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ,” Dan sesungguhnya benar-benar Kami akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu, dan agar Kami menyatakan baik buruknya hal ikhwalmua”, (Qs. Muhammad : 31).
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Sesungguhnya besarnya balasan berhubungan dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum. Dia akan mengujinya, maka barangsiapa ridha, Allah pun ridha, dan barangsiapa murka, maka Allah pun murka “,
Saudaraku ketahuilah bahwa Allah menguji hamba yang dicintai-Nya dengan beragam ujian, hingga dosanya terhapus sehingga tidak lagi disibukkan dengan urusan-urusan dunia yang membelenggu. Allah akan sangat cemburu apabila hamba yang dicintai-Nya sibuk dengan selain-Nya.
Saudaraku, ketika kita sakit, atau tertimpa musibah, maka kita akan makin banyak mengingat Allah sehingga tidak lagi disibukkan dengan urusan gemerlapan dunia, disamping hal ini akan menjauhkan diri hamba-Nya dari perbuatan maksiat.
Allah akan menguji hamba-Nya dengan himpitan hidup, keruwetan urusan , atau kekerasan penduduk dunia, agar Allah mengetahui kejujuran dan kesungguhan dalam berjuang.
Saudaraku, ujian Allah SWT kepada hamba-Nya disesuaikan dengan kadar keimana dan kecintaan Allah kepada hamba tersebut.
Sebagaimana ketika Sa’ad ibn Abi Waqqas berkata, ‘ Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujiannya?’
Rasulullahmenjawab , yang artinya ,” Para Nabi , kemudian setelahnya dan setelahnya. Allah SWT menguji seorang hamba sesuai kadar keimanannya, apabila agamanya kuat dan kokoh, ujiannya semakin berat, dana apabila agamanya lemah, Dia menguji sebatas kadar agamanya. Dan ujian akan terus ada pada seorang hamba samapi ia meninggalkannya berjalan dimuka buni tanpa ada kesalahan sedikitpun pada dirinya ,” (Hr Tirmidzi, Al-Albani menyatakan hasan shahih).
Diriwayatkan , Sai’d Al-Khudri ra, berkata, ‘suatu ketika saya menemui Rasulullah Muhammad SAW, pada saat terserang demam. Aku merasakan panasnya saat meletakkan tanganku diatas selimutnya, kemudia aku berkata ,’ Ya Rasulullah , alangkah berat ujianmua ?’
Beliau menjawab, yang artinya ,” Demikianlah ujian akan dilipatkan kepada kami dan juga pahal dilipatkan untuk kami”.
Saya bertanya ,’ Ya Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya ?’.
Beliau menjawab, yang artinya ,” Para Nabi”.
Saya bertanya lagi,’ Kemudian siapa ya Rasulullah ?’.
Beliau menjawab, yang artinya ,” Orang-orang shalih, apabila salah seorang dari mereka diuji dengan kefakiran sampai ia tidak mendapati selain jubah (pakaian) yang menutupinya, dan apabila salah seorang mereka berbahagia dengan ujian sebagaimana salah seorang dari kalian bahagia dengan kelapangan “, (Hr. Ibn Majah , dan dishahihkan Al-Albani).
Allahu a’lam
Sumber : Syekh Muhammad Shalih al-Munajjid سلسه ٵعما ل ا لقلو ب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar