Sebaik-baiknya seorang hamba dapat diukur dari seberapa sejauh dia punya nilai manfaat bagi orang lain. Marilah kita tanyakan pada diri sendiri, temasuk dimanakah diri kita ini ? Apakah kita ini manusia wajib sunat mubah makruh atau malah manusia haram? Apa itu manusia wajib?
Manusia wajib, bila keberadaanya , dirindukan karena memberikan manfaat kebaikan bagi lingkungan sekitarnya.
Rasulullah bersabda,
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,yang artinya “Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Saudaraku , mari kita merenung , apakah kita ini punya manfaat bagi orang lain atau hanya jadi benalu saja? Apakah orang lain merasa mendapat manfaat dengan kehadiran kita?
Dari riwayat Muhammad bin Adullah Al-Kadlrami, ia berkata Ali bin Bahram berkata Abdul Malik bin Abi Kariimah berkata dari Ibnu Juraij, dari Atha' dari Jaabir, bahwa Rasulullah SAW bersabda , yang artinya "...Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia..." [HR. Thabrani dalam Al-Ausath]
Hadits di atas berpredikat hasan. Selain diriwayatkan oleh Thabrani seperti di atas, matan hadits senada juga diriwayatkan Al-Baihaqi, Ad-Daruquthni dalam Al-Afrath, Al-Askari dalam Al-Amtsal, Ibnu Abi Dunya dalam Qadhaail Jawaa'iz.
Pernah juga Rasulullah SAW ditanya tentang manusia terbaik, maka beliau menjawab dengan jawaban yang sama.
Dari Ibnu Abbas RA ia berkata: Rasulullah SAW ditanya: "Siapakah orang terbaik?"
Beliau menjawab , yang artinya "Yang paling bermanfaat bagi sesama manusia" [Ittihaaf Al-Khairat Al-Mihrah bi Zawaa'id Al-Masaanid Al-'Usyrah juz 5 hlm.191]
Bahkan jika kita mentadabburi Al-Qur'an, kita akan mendapatkan sebuah ayat yang menjadi permisalan bagi eksistensi sesuatu yang ditentukan oleh kemanfaatannya bagi manusia.
Sebagaimana Allah SWT berfirman , yang artinya "..Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi..." [QS. Ar-Ra'd : 17]
Saudaraku, tentu saja manfaat yang dimaksud dalam hali ini mempunyai arti sangat luas. Manfaat yang dimaksud bukan sekedar manfaat materi, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau kekayaan dengan jumlah tertentu kepada orang lain. Namun seluruh manfaat dalam kebaikan yang bisa diberikan kepada orang lain .
Semakin banyak seseorang memberikan kemanfaatan maka ia semakin tinggi posisinya sebagai manusia menuju "manusia terbaik".
Dari riwayat Muhammad bin Abdurrahman Asy-Syafii, berkata kepada kami Al-Qasim bin Hasyim As-Samsar, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Qais Adl-Dlibbi, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Sukain bin Siraj, berkata kepada kami Amr bin Dinar, dari Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW,
maka ia bertanya: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah? Dan apakah amal yang paling dicintai Allah azza wa jalla?"
Rasulullah SAW bersabda , yang artinya "Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain..." [HR. Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84]
Pada hadits di atas ada perawi Sukain bin Siraj. Al-Haitsami menilainya sebagai perawi dhaif, Ibnu Hibban juga menilai Sukain bin Siraj dhaif, bahkan Imam Bukhari menilai sebagai mukarul hadits. Meskipun hadits ini dhaif, tetapi ia ada dalam banyak riwayat.
Sehingga bisa dijadikan penguat/pendukung bagi hadits hasan yang kita bahas di atas. Hadits lain yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Dari Ibnu Umar ia berkata : Seseorang bertanya : "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?" Rasulullah menjawab: "Yang paling bermanfaat bagi sesama manusia" [Jamii'ul ahaadits juz 36 hlm.422]
"Orang yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia" [Majmu'ad Az-Zawaaid wa Manii'u Al-Fawaaid juz 8 hlm.121]
Sebuah Hadits
عن ابن عمر ، أن رجلا جاء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقال : يا رسول الله أي الناس أحب إلى الله ؟ وأي الأعمال أحب إلى الله عز وجل ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « أحب الناس إلى الله أنفعهم للناس ، وأحب الأعمال إلى الله سرور تدخله على مسلم ، أو تكشف عنه كربة ، أو تقضي عنه دينا ، أو تطرد عنه جوعا ، ولأن أمشي مع أخ لي في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في هذا المسجد ، يعني مسجد المدينة ، شهرا ، ومن كف غضبه ستر الله عورته ، ومن كظم غيظه ، ولو شاء أن يمضيه أمضاه ، ملأ الله عز وجل قلبه أمنا يوم القيامة ، ومن مشى مع أخيه في حاجة حتى أثبتها له أثبت الله عز وجل قدمه على الصراط يوم تزل فيه الأقدام »
Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?”
Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan.
Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan.
Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat.
Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani).
Hadits ini hasan oleh Syeikh al Albani didalam kitab “at Targhib wa at Tarhib” (2623)
Saudaraku, marilah kita berdoa , semoga Allah memberikan hidayah-Nya, sehingga kita bisa menjadi hamba yang bermanfaat dalam kebaikan
Allahu a’lam
Sumber : Eramuslim ,Tabloid MQ EDISI 01/TH.II/MEI 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar