Ya, tentu, Allah memberikan kesempatan yang sama kepada semua hamba-hamba-Nya. Untuk mengundang cinta-Nya, kita harus berupaya untuk melakukan amal perbuatan yang menunjukkan kecintaan kita kepada Allah, tiada tuhan melainkan Dia. Semoga kita menjadi hamba yang taat dan patuh kepada semua perintah dan larangan-Nya.
Segala puji hanyalah milik Allah semata. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan dari kejelekan amal-amal kita. Barangsiapa memperoleh hidayah dari allah, maka tidak seorangpun yang sanggup menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah biarkan dalam kesesatan, tiada satu kekuatan pun yang dapat memberikan petunjuk.
Saudaraku, semoga kita selalu termotivasi untuk berupaya meraih cinta-Nya. Semoga allah memberikan taufik kepada kita agar kita menjadi hamba-hamba yang mensyukuri nikmat dan menjalankan ketaatan kepada-Nya
Berikut beberapa kiat mengundang cinta kasih Allah dengan beberapa cara , antara lain.
- a. Bersungguh-sungguh ketika melakukan amal perbuatan yang baik, sebagaimana Rasulullah saw bersabda , yang artinya , “ allah sangat mencintai jika seseorang melakukan pekerjaan secara optimal dan sungguh-sungguh atau itqan “, (Hr Baihaqy).
- b. Seorang hamba yang berada (kaya), namun kekayaanya itu tidak nampak dalam penampilan-nya . Yang tampak adalah sifat kedermawanannya terhadap lingkungan sekitarnya . Sebagaimana Rasulullah saw bersabda, yang artinya ,” Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa , yang kaya dan menyembunyikan (simbol-simbol kekayaanya), “ (Hr. Muslim).
- c. Seorang hamba yang selalu berupaya berinfaq dalam segala situasi dan kondisi, selalu berupaya berinfak dikala senang dan susah. Seorang hamba yang mampu menahan amarah dan mudah member maaf kepada pihak yang menzaliminya dalam urusan pribadinya, walaupun di amempunyai kemampuan untuk meluapkan amarahnya. Sebagaimana firman Allah, yang artinya , “ (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan “, (Qs. Ali Imran : 134).
- d. Seorang hamba yang selalu berupaya mempermudah urusan orang lain atau ketika berurusan dengan orang lain.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang artinya ,” Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusanntya didunia dan di akhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba tersebut mau menolong sesame saudaranya “, (Hr Ibnu Majah).
Sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang artinya, “ Allah sangat mencintai orang yang mudah ketika menjual, mudah ketika membeli, mudah ketika membayar utang. Dan mudah ketika mengambil haknya “, (Hr. Tirmidzi).
Sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang artinya ,” Menunda-nuda (dalam) membayar utang bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman, yang boleh dikenakan sanksi “. (Hr. Ibn Majah).
Bahkan dalam urusan utang-piutang, maka Allah berfirman, yang artinya ,” Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui “, (Qs. Al-Baqaraah : 280). - e. Seorang hamba yang selalu berlaku jujur, tidak berkhianat dalam bekerjasama dalam kegiatan-kegiatan muamalah (msl kegiatan ekonomi).
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda, yang artinya , “ Sesungguhnya Allah SWT berfirman,” Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat (berkongsi) selama salah satunya tidak berkhianat kepada yang lainnya. Jika terjadi pengkhianatan, maka Aku keluar dari mereka “, (Hr. Abu Dawud).
Saudaraku , berlaku gugur dalam kegiata perdagangan (ekonomi dst) akan membawa keberkahan. Seorang hamba yang amanah dalam berdagang maka digolongkan sebagai orang-orang shalih dan mendapat surga disisi-Nya. - f. Seorang hamba yang berupaya untuk istiqomah dan terus menerus berupaya dalam melakukan kebajikan.
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda, yang artinya ,” Amal perbuatan yang paling dicintai Allah, adalah mala yang terus-menerus dilakukan walaupun sedikit “, (Hr. Bukhari-Muslim dari ‘Aisyah ).
Allahu a’lam bissawab.
Sumber : Prof Dr KH Didin Hafidhuddin,Muzakki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar