Di Kitabus Syukri , seorang ulama berkata, ‘ Kita tidak akan dapat menghitung nikmat Allah SWT, karena banyaknya kemaksiatan yang telah kita lakukan. Kita tidak tahu manakah yang harus kita syukuri? Apakah keindahan yg nampak ataukah kejelekan yg tersembunyi ? Lalu bagaimana cara menjadi hamba yg bersyukur? Walau, manusia tak akan mungkin sanggup membalas kebaikan anugerah Allah & tak akan sanggup mensyukurinya dengan baik.
Saudaraku, bersyukur hakikatnya dilakukan lidah, hati & nggota tubuh. Dan hamba yg bersyukur adalah orang yg menggunakan ketiga anggota tubuh ini untuk mencintai Allah, tunduk kepada-Nya dan menggunakan nikmat-nikmat-Nya di jalan yg diridhai-Nya. Walaupun, manusia tidak akan mungkin sanggup membalas kebaikan atas anugerah Allah, & tidak akan sanggup mensyukurinya dengan baik.
Diakhir ayat diatas , Allah telah menyebutkan bahwa sesungguhnya manusia sangat mengingkari nikmat Allah. Sangat sedikit anak cucu Adam yang mensyukuri nikmat Allah . Sebab bagaimana bisa mensyukuri jika untuk menghitungnya saja susah. Berapa banyak nikmat yang tealh dan sedang kita rasakan, namun kita tidak menyadarinya sebagai sesuatu yang berharga.
Tiada seorang makhlukpun (manusia) yang sanggup menghitung nikmat-nikmat Allah. Masih amat sangat banyak nikmat yang belum diketahui manusia sehingga mereka tidak menyadarinya, kecuali setelah nikmat itu pergi meninggalkan dirinya. Ketika tubuh merasa sakit, beraulah seorang hamba merasa kehilangan (gelisah) sesuatu yang berharga darinya (Fii Dzilalil Qur’an , 5-294).
Selanjutnya, bagaimana caranya untuk bersyukur ?
1. Syukur dengan hati.
Merupakan pengakuan bahwa semua nikmat itu datangnya hanya dari Allah, sebagai kebaikan dan karunia kepada hamba-Nya. Manusia tidak punya daya untuk mendatangkan nikmat itu, hanya Allah yang dapat menganugerahkan tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun dari hamba-Nya. Jikalau ada, orang lain yang membawa kebaikan (menolong) kepada kita, maka sesungguhnya Allah-lah yang menggerakkan kedua tanggan mereka. Karena itu, mari bersyukur kepada Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, tiada tuhan melainkan Dia.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Dan apa saja yanga da pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya) ,” (Qs. An-Nahl : 53).
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa tidak sempurna tauhid seorang hamba hingga ia mengakui bahwa nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya dan kepada mahluk-makhluk lain yang Nampak maupun yang tersembunyi, semua itu hanya dari Allah, lalu ia menggunakannya untuk taat kepada-Nya.
Dalam Al-Qulus Sadid fii Maqaasidit Tauhid, dinyatakan bahwa ‘barang siapa hatinya menyatakan lewat lidahnya bahwa semua nikmat dari Allah Yang Maha Esa, namun kadang-kadang ia menyandarkan diri dan jerih payahnya ataupun usaha kepada orang lain, maka ia wajib bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak sekali-kali menyandarkan nimat kecuali kepada Pemiliknya. Keimanan dan ketauhidan seorang belum terealisasi dengan benar kecuali dengan menyandarkan semua nikmat kepada Allah melalaui ucapan dan pengakuan.
Dalam Al-futuhaatur Rabbaniyyah, Ibn ‘alan, berkata bahwa bersyukur itu mengakui adanya Pemberi nikmat yang hakiki, memandang semua nikmat yang terasa maupun tidak terasa semua berasal dari-Nya, menyempurnakannya dengan menunaikan hak nikmat itu dan menggunakannya untuk keridhaan sang Pemberi nikmat.
Saudaraku, semua hal diatas bukan berarti meniadakan ucapan terima-kasih anda kepda orang yang telah berbuat baik kepada anda, karena orang lain itulah yang menyebabkan anda mendapat nikmat atau menolong anda keluar dari suatu permasalahan.
Allah telah menggerakkan kedua tangan orang itu dan menundukkan hatinya untuk memberikan kebaikan kepada anda, namun hanya sebatas perantara saja. Maka berterimakasihlah kepada orang itu atas kebaikan-kebaikannya, serta meyakini bahwa dia (orang itu) tidak bisa member anda manfaat atau mudharat.
Allah-lah yang memberikan manfaat dan mudharat, melalui perantaraan makhluk yang Dia kehendaki.
2. Syukur dengan Ucapan.
, yaitu menyanjung dan memuji Allah atas nikmat yang dianugerahkan-Nya dengan menyebut-nyebut nikmat itu sebagai pengakuan diri hamba akan karunia-Nya dan untuk menunjukkan bahwa diri hamba tersebut sangat membutuhkannya, bukan karena riya’, atau sombong. Sehingga diharapkan hati dan anggota tubuh seorang hamba termotivasi untuk bersyukur.
Sebagaimana, firman Allah, yang artinya ,” Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur), “ (Qs. Ad-Dhuhaa : 11)
Dari riwayat Nu’man bin Basyir, bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” Menyebut-nyebut nikmat allah itu termasuk syukur dan meninggalkannya itu termasuk kufur ,” (Hr Ahmad, father Rabbani 19,95, dihasankan oleh Imam Albani dlm kitab Ash Shahihah.667).
Saudaraku, hendaknya kita menyanjung allah atas nikmat-Nya. Sungguh menyebut-nyebut nikmat Allah merupakan salah satu rukun syukur, karena apabila seorang hamba melakukan demikian maka ia akan teringta kepada Pemberinya dan mengakui kelemahan dirinya. Barang siapa tidak mengingat Allah berarti ia tidak bersyukur kepada-Nya.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Karena itu , ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku “, (Qs. Al-Baqarah : 152).
Namun perlu diketahui pula, bahwa syukur tidak hanya sebatas kata-kata, syukur harus disertai dengan hati dan amalan anggota badan. Seoang hamba tidak dianggap bersyukur hanya sebatas ucapannya saja sedangkan perilakunya bertolak belakang dari syari’at-Nya ( Tafsir Ad-Dawisri 2,498).
3. Syukur dengan anggota badan
Dalam Al Fawaid, Ibnul Qayyim menyatakan bahwa, syukur itu adalah tunduk dan taat kepda aturan-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan amalan yang disukai-Nya baik lahir maupun batin.
Syukur dengan anggota badan berarti seluruh tubuh digunakan untuk beribadah kepada Allah, tiada tuhan melainkan Dia, karena masing-masing anggota tubuh memiliki kewajiban beribadah.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Bekerjalah hai keluarga Daud untu bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih “, (Qs. Saba’ : 13).
Allah menjadikan bekerja sebagai salah satu cara untuk bersyukur. Ayat ini menunjukkan bahwa syukur harus diikuti dengan amal perbuatan.
Rasulullah pun melaksanakan sahalat malam hingga kakinya bengkak, sehingga beliau ditanya ,” Ya Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal ini , bukankah dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni ?”,
Beliau menjawab ,” Apakah saya tidak boleh menjadi hamba yang selalu bersyukur “, (Hr Al Bukhari- Muslim).
Saudaraku, hadits ini menjadi dasar bahwa syukur haruslah disertai dengan amal dan ketaatan, sebagaimana telah banyak diterangkan dalam Al-Qur’an, dan hadits Rasulullah (Birrul Walidain , Abu Bakar at-Thartusyi).
Allahu a’lam
Sumber : Al Fauzan, Abdullah bin Shalih , Kaifa Nakuuna Minasy syaakiriin
Merupakan pengakuan bahwa semua nikmat itu datangnya hanya dari Allah, sebagai kebaikan dan karunia kepada hamba-Nya. Manusia tidak punya daya untuk mendatangkan nikmat itu, hanya Allah yang dapat menganugerahkan tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun dari hamba-Nya. Jikalau ada, orang lain yang membawa kebaikan (menolong) kepada kita, maka sesungguhnya Allah-lah yang menggerakkan kedua tanggan mereka. Karena itu, mari bersyukur kepada Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, tiada tuhan melainkan Dia.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Dan apa saja yanga da pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya) ,” (Qs. An-Nahl : 53).
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa tidak sempurna tauhid seorang hamba hingga ia mengakui bahwa nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya dan kepada mahluk-makhluk lain yang Nampak maupun yang tersembunyi, semua itu hanya dari Allah, lalu ia menggunakannya untuk taat kepada-Nya.
Dalam Al-Qulus Sadid fii Maqaasidit Tauhid, dinyatakan bahwa ‘barang siapa hatinya menyatakan lewat lidahnya bahwa semua nikmat dari Allah Yang Maha Esa, namun kadang-kadang ia menyandarkan diri dan jerih payahnya ataupun usaha kepada orang lain, maka ia wajib bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak sekali-kali menyandarkan nimat kecuali kepada Pemiliknya. Keimanan dan ketauhidan seorang belum terealisasi dengan benar kecuali dengan menyandarkan semua nikmat kepada Allah melalaui ucapan dan pengakuan.
Dalam Al-futuhaatur Rabbaniyyah, Ibn ‘alan, berkata bahwa bersyukur itu mengakui adanya Pemberi nikmat yang hakiki, memandang semua nikmat yang terasa maupun tidak terasa semua berasal dari-Nya, menyempurnakannya dengan menunaikan hak nikmat itu dan menggunakannya untuk keridhaan sang Pemberi nikmat.
Saudaraku, semua hal diatas bukan berarti meniadakan ucapan terima-kasih anda kepda orang yang telah berbuat baik kepada anda, karena orang lain itulah yang menyebabkan anda mendapat nikmat atau menolong anda keluar dari suatu permasalahan.
Allah telah menggerakkan kedua tangan orang itu dan menundukkan hatinya untuk memberikan kebaikan kepada anda, namun hanya sebatas perantara saja. Maka berterimakasihlah kepada orang itu atas kebaikan-kebaikannya, serta meyakini bahwa dia (orang itu) tidak bisa member anda manfaat atau mudharat.
Allah-lah yang memberikan manfaat dan mudharat, melalui perantaraan makhluk yang Dia kehendaki.
2. Syukur dengan Ucapan.
, yaitu menyanjung dan memuji Allah atas nikmat yang dianugerahkan-Nya dengan menyebut-nyebut nikmat itu sebagai pengakuan diri hamba akan karunia-Nya dan untuk menunjukkan bahwa diri hamba tersebut sangat membutuhkannya, bukan karena riya’, atau sombong. Sehingga diharapkan hati dan anggota tubuh seorang hamba termotivasi untuk bersyukur.
Sebagaimana, firman Allah, yang artinya ,” Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur), “ (Qs. Ad-Dhuhaa : 11)
Dari riwayat Nu’man bin Basyir, bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” Menyebut-nyebut nikmat allah itu termasuk syukur dan meninggalkannya itu termasuk kufur ,” (Hr Ahmad, father Rabbani 19,95, dihasankan oleh Imam Albani dlm kitab Ash Shahihah.667).
Saudaraku, hendaknya kita menyanjung allah atas nikmat-Nya. Sungguh menyebut-nyebut nikmat Allah merupakan salah satu rukun syukur, karena apabila seorang hamba melakukan demikian maka ia akan teringta kepada Pemberinya dan mengakui kelemahan dirinya. Barang siapa tidak mengingat Allah berarti ia tidak bersyukur kepada-Nya.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Karena itu , ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku “, (Qs. Al-Baqarah : 152).
Namun perlu diketahui pula, bahwa syukur tidak hanya sebatas kata-kata, syukur harus disertai dengan hati dan amalan anggota badan. Seoang hamba tidak dianggap bersyukur hanya sebatas ucapannya saja sedangkan perilakunya bertolak belakang dari syari’at-Nya ( Tafsir Ad-Dawisri 2,498).
3. Syukur dengan anggota badan
Dalam Al Fawaid, Ibnul Qayyim menyatakan bahwa, syukur itu adalah tunduk dan taat kepda aturan-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan amalan yang disukai-Nya baik lahir maupun batin.
Syukur dengan anggota badan berarti seluruh tubuh digunakan untuk beribadah kepada Allah, tiada tuhan melainkan Dia, karena masing-masing anggota tubuh memiliki kewajiban beribadah.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Bekerjalah hai keluarga Daud untu bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih “, (Qs. Saba’ : 13).
Allah menjadikan bekerja sebagai salah satu cara untuk bersyukur. Ayat ini menunjukkan bahwa syukur harus diikuti dengan amal perbuatan.
Rasulullah pun melaksanakan sahalat malam hingga kakinya bengkak, sehingga beliau ditanya ,” Ya Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal ini , bukankah dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni ?”,
Beliau menjawab ,” Apakah saya tidak boleh menjadi hamba yang selalu bersyukur “, (Hr Al Bukhari- Muslim).
Saudaraku, hadits ini menjadi dasar bahwa syukur haruslah disertai dengan amal dan ketaatan, sebagaimana telah banyak diterangkan dalam Al-Qur’an, dan hadits Rasulullah (Birrul Walidain , Abu Bakar at-Thartusyi).
Allahu a’lam
Sumber : Al Fauzan, Abdullah bin Shalih , Kaifa Nakuuna Minasy syaakiriin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar