Firman Allah,yang artinya ,” Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu “, (Qs. Ath-Thalaq : 3)
Tentang hal ini, Ibnu Taimiyah (Majmu’u fatwa Ibn Taymiyah I,131), menyatakan bhw bergantung sepenuhnya pada sarana-sarana yang tersedia merupakan kemusyrikan dalam tauhid. Namun meniadakan sarana-sarana itu merupakan kebodohan akal. Dan berpaling sepenuhnya dari sarana-sarana merupakan aib bagi syariat.
Saudaraku hamba beriman , Allah senatiasa memerintahkan manusia agar menjalani sarana-sarana (alat-alat) yang dibutuhkan seorang hamba dalam usahanya untuk menggapai sesuatu yang diinginkannya. Artinya, tawakal dan memohon bantuan kepada Allah, seharusnyalah dilakukan bersamaan dengan pengerahan segala daya upaya untuk menempuh semua sarana yang dibutuhkan.
Ketika Allah mengatakan kepada Nabi Musa as, sebagaimana dalam firman-Nya, yang artinya ,” Sesunggungnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu “. (Qs. Al- Qashash :20). Maka atas dasar ayat ini Musa as pun pergi meninggalkan negeri itu untuk menghidari pembunuhan atas dirinya saat itu. Jadi ada upaya dari seorang hamba utusan Allah dalam mencapai tujuan yang telah diperintahkan oleh Allah.
Demikian pula telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw. Beliau pergi meninggalkan Mekkah untuk menghindari konspirasi kaum kafir Mekkah yang berusaha untuk membunuhnya. Dalam perjalanannya itu, sahabat Abu Bakar ra sempat menjaganya dari penglihatan musuh, yakni dengan menutup rapat-rapat mulut gua tempat persembunyian Rasulullah.
Selanjutnya, ketika keduanya berada didalam gua dan tidak ada upaya lain yang bisa dilakukan , Rasulullah dan sahabat Abu Bakar bertawakal dan menyerahkan semuanya kepada Allah.
Allah juga menganjurkan agar manusia selalu berusaha, berupaya dan mengerahkan upayanya untuk mencapai tujuan, sebagaimana firman Allah, yang artinya , “ … maka bertebaranlah kamu di muka bumi ; dan carilah karunia Allah ,” (Qs. Al-Jumu’ah : 10).
Tawakal adalah memanfaatkan segala daya dan upaya yang bisa kita jalankan , yang selalu kita awali, kita barengi dengan memohon pertolongan kepada Allah agar mengizinkan maksud dan tujuan yang dhendak kita capai.
Dengan menghayati kisah wanita mulia Siti Maryam , kita makin meyakini pentingnya sarana (sebab) yang selalu disertai dengan tetap menyandarkan hasil akhirnya kepada Allah sepenuhnya, bertawakal kepada-Nya dan memohon bantuan-Nya.
Ketika Maryam mengasingkan bayinya (Nabi Isa as) dalam suatu tempat yang hanya diketahui penciptanya, allah memerintahkannya agar mengoyang-goyangkan pangkal sebuah pohon kurma untuk bisa dimakan buahnya.
Allah berfirman ,yang artinya ,” Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu , “ (Qs. Maryam : 25).
Padahal saat itu kondisi MAryam masih dalam keadaan nifas dan masih lemah tenaganya. Maka, ia pun berupaya sekuat tenaga untuk mengoyang-goyang pohon kurma dalam rangka menjalani sarana (sebab) dengan satu keyakinan penuh bahwa dirinya tidak memiliki daya upaya dan kekuatan kecuali dari Allah semata. Inilah, bertawakan dan menyandarkan usahanya kepada-Nya.
Allah menegaskan dalam firman-Nya yang artinya ,” Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu “, (Qs. Ath-Thalaq : 3)
Saudaraku, seringkali kita tidak menempatkan persoalan tawakal sebagai persoalan yang besar dan penting. Sehingga seringkali kita tidak sadar bahwa kita lebih bergantung kepada sarana (dan usaha) yang kita tempuh, dan melupakan kepada Dzat yang membuat sarana tersebut. Ini bisa mnejadi problem akidah yang membahayakan.
Misalnya, Walaupun diawal atau selama kegiatan , kita selalu berdoa untuk memohon pertolongan kepada Allah . Namun secara tidak sadar, Kita melakukan suatu pekerjaan dengan mengandalkan dan menyandarkan hasilnya pada kecakapan, keahlian, kepandaian, atau prestasi yang telah kita capai periode lalu atau pada bantuan orang lain dan sarana lain dalam menuju kesuksesan .
Saudaraku, janganlah kita bersandar atau menggantungkan sepenuhnya cita-cita, tujuan dan harapan , semata-mata pada sarana-sarana tersebut. Namun harus tetap mengedepankan tawakal , bersadar sepenuhnya kepada Allah.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa ketika perang Hunain , ketika itu jumlah kekuatan pasukan muslim lebih banyak dari musuh dan persenjataan lebih lengkap. Karena itulah para sahabat yakin akan kekuatan mereka. Bahkan sebagian dari mereka sempat berkata, ‘Kita tak mungkin dikalahkan oleh kekuatan yang lebih kecil dari kita ‘.
Namun , apakah yang didapat dari ucapan ini (yang mengandung kesombongan ini)?
Besarnya jumlah kekuatan dan lengkapnya persenjataan, tidak menolong mereka.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya , “ …. dan ingatlah peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai berai “, (Qs. At-Taubah : 25).
Saudaraku, bila Allah tidak memberikan pertolongan-Nya, maka sarana-sarana dan penyebab itu tak bisa memberikan manfaat sedikitpun kepada manusia.
Saudaraku, marilah kita selalu meminta pertolongan Allah dan bertawakal kepada Allah. Kita tetap berusaha dengan menjalani sarana yang diperlukan, nanun tetap disertai dengan menyerahkan sepenuhnya hasil akhirnya dan percaya sepenuhnya kepada Nya .
Yakinlah bahwa tawakal, merupakan salah penyebab terpenting turunnya rizki dan kemudahan , sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Seandainya kalian semua bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberikin rizki kepada kalian sebagaimana Dia memberikannya kepada seekor burung ; yaitu pergi di pagi hari dengan perut kosong dan pulang disore hari dengan perut kenyang “, (Hr Tirmidzi,4232).
Para ulama salaf bahkan menyatakan bahwa, ‘ bertawakallah, niscaya berbagai rizki akan melimpah pada kalian tanpa susah payah ‘.
Allahu a’lam
Misalnya, Walaupun diawal atau selama kegiatan , kita selalu berdoa untuk memohon pertolongan kepada Allah . Namun secara tidak sadar, Kita melakukan suatu pekerjaan dengan mengandalkan dan menyandarkan hasilnya pada kecakapan, keahlian, kepandaian, atau prestasi yang telah kita capai periode lalu atau pada bantuan orang lain dan sarana lain dalam menuju kesuksesan .
Saudaraku, janganlah kita bersandar atau menggantungkan sepenuhnya cita-cita, tujuan dan harapan , semata-mata pada sarana-sarana tersebut. Namun harus tetap mengedepankan tawakal , bersadar sepenuhnya kepada Allah.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa ketika perang Hunain , ketika itu jumlah kekuatan pasukan muslim lebih banyak dari musuh dan persenjataan lebih lengkap. Karena itulah para sahabat yakin akan kekuatan mereka. Bahkan sebagian dari mereka sempat berkata, ‘Kita tak mungkin dikalahkan oleh kekuatan yang lebih kecil dari kita ‘.
Namun , apakah yang didapat dari ucapan ini (yang mengandung kesombongan ini)?
Besarnya jumlah kekuatan dan lengkapnya persenjataan, tidak menolong mereka.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya , “ …. dan ingatlah peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai berai “, (Qs. At-Taubah : 25).
Saudaraku, bila Allah tidak memberikan pertolongan-Nya, maka sarana-sarana dan penyebab itu tak bisa memberikan manfaat sedikitpun kepada manusia.
Saudaraku, marilah kita selalu meminta pertolongan Allah dan bertawakal kepada Allah. Kita tetap berusaha dengan menjalani sarana yang diperlukan, nanun tetap disertai dengan menyerahkan sepenuhnya hasil akhirnya dan percaya sepenuhnya kepada Nya .
Yakinlah bahwa tawakal, merupakan salah penyebab terpenting turunnya rizki dan kemudahan , sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Seandainya kalian semua bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberikin rizki kepada kalian sebagaimana Dia memberikannya kepada seekor burung ; yaitu pergi di pagi hari dengan perut kosong dan pulang disore hari dengan perut kenyang “, (Hr Tirmidzi,4232).
Para ulama salaf bahkan menyatakan bahwa, ‘ bertawakallah, niscaya berbagai rizki akan melimpah pada kalian tanpa susah payah ‘.
Allahu a’lam
Sumber : Al Husaini, Abdulaziz ibn Abdullah , Li Madza al-Khauf min al Mustaqbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar