Firman Allah, yang artinya ,” Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri ; dan barang siapa yang tidak bersyukur , maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji , “ (Qs. Luqman : 12)
Firman Allah , yang artinya ,” Barang siapa yang kafir , maka di sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan Barangsiapa yang beramal shalih maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan),” (Qs. Ar-Rum : 44)
Firman Allah , yang artinya ,” Barang siapa yang kafir , maka di sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan Barangsiapa yang beramal shalih maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan),” (Qs. Ar-Rum : 44)
Saudaraku, bersyukur adalah pengikat nikmat, dan menjaganya agar tidak lenyap. Inilah salah satu buah rasa syukur kita.
Bahkan Allah melipatkgandakan nikmat itu, menambah nikmat yang hilang sehingga me-nyebabkan langgengnya nikmat yang sudah ada.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Dan (inagtlah juga), taktala Rabbmu memaklumkan : “ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti , Kami menambah (nikmat) kepadamu “, (Qs. Ibrahim : 7).
Seorang hamba sanggup melanggengkan nikmat allah baginya jika ia menyadari nikmat itu dan bersyukur kepada Pemberi-Nya. Dan ia juga harus menyadari bahwa nikmat itu bisa lenyap jika ia kufur dan bermaksiat.
Dalam Rabi’ul Abrar (4/314), bahwa Ali bin Abi Thalib berkata, ‘ berhati-hatilah kalian terhadap larinya nikmat, karena setiap kesesatan pasti melenyapkannya.’
Barang siapa tidak mensyukuri nikmat berarti ia sedang berupaya untuk menghilangkannya, dan barang siapa mensyukuri nikmat berarti sedang mengikatnya.
‘ Syukur dapat mengikat nikmat yang ada, dan mengembalikan nikmat yang hilang’. Barangsiapa pujian sebagai penutup nikmatnya, maka Allah menjadikan pembukannya sebagai tambahan ‘. (Rabi’ul Abrar).
Allah menjanjikan kepada hamba-hamba-Nya, dan janji Allah adalah benar dan perbendaharaan-Nya melimpah. Semuanya bertumpu pada syukur yang terdiri dari tiga hal :
Bahkan Allah melipatkgandakan nikmat itu, menambah nikmat yang hilang sehingga me-nyebabkan langgengnya nikmat yang sudah ada.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Dan (inagtlah juga), taktala Rabbmu memaklumkan : “ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti , Kami menambah (nikmat) kepadamu “, (Qs. Ibrahim : 7).
Seorang hamba sanggup melanggengkan nikmat allah baginya jika ia menyadari nikmat itu dan bersyukur kepada Pemberi-Nya. Dan ia juga harus menyadari bahwa nikmat itu bisa lenyap jika ia kufur dan bermaksiat.
Dalam Rabi’ul Abrar (4/314), bahwa Ali bin Abi Thalib berkata, ‘ berhati-hatilah kalian terhadap larinya nikmat, karena setiap kesesatan pasti melenyapkannya.’
Barang siapa tidak mensyukuri nikmat berarti ia sedang berupaya untuk menghilangkannya, dan barang siapa mensyukuri nikmat berarti sedang mengikatnya.
‘ Syukur dapat mengikat nikmat yang ada, dan mengembalikan nikmat yang hilang’. Barangsiapa pujian sebagai penutup nikmatnya, maka Allah menjadikan pembukannya sebagai tambahan ‘. (Rabi’ul Abrar).
Allah menjanjikan kepada hamba-hamba-Nya, dan janji Allah adalah benar dan perbendaharaan-Nya melimpah. Semuanya bertumpu pada syukur yang terdiri dari tiga hal :
1. Syukur hati
2. Syukur lisan dan
3. Syukur anggota badan.
Syukur tidak hanya melanggengkan nikmat, namun syukur dapat juga menjamin datangnya nikmat baru.
Dalam kitab As-syukr, diriwayatkan bahwa ali bin abi Tahlib berkata,’Nikmat akan diperoleh dengan bersyukur, dan syukur berhubungan dengan pertambahan. Keduanya (nikmat dan syukur) saling berhubungan. Bertambahnya nikmat dari Allah tidak akan berhanti, selama seorang hamba mau bersyukur’.
Puncak dari kebahagiaan balasan bersyukur adalah mendapat ke-ridhaan Allah dan ampunan-Nya.
Keridhaan Allah lebih agung dan lebih mulia dari setiap nikmat, sebagaimana Allah berfirman yang artinya ,” Dan keridhaan Allah adalah lebih besar ; Itu adalah keberuntungan yang besar ,” (Qs. At-Taubah : 72).
Sebagaimana disabdakan Rasulullah, yang artinya , “Sesungguhnya Allah ridha terhadap seorang hamba yang makan kemudian memuji-Nya, atau minum kemudian memuji-Nya ,” (Hr. Muslim, 2734).
Allahu a’lam
Sumber :Al Fauzan, Abdullah bin Shalih , Kaifa Nakuuna Minasy syaakiriin.
2. Syukur lisan dan
3. Syukur anggota badan.
Syukur tidak hanya melanggengkan nikmat, namun syukur dapat juga menjamin datangnya nikmat baru.
Dalam kitab As-syukr, diriwayatkan bahwa ali bin abi Tahlib berkata,’Nikmat akan diperoleh dengan bersyukur, dan syukur berhubungan dengan pertambahan. Keduanya (nikmat dan syukur) saling berhubungan. Bertambahnya nikmat dari Allah tidak akan berhanti, selama seorang hamba mau bersyukur’.
Puncak dari kebahagiaan balasan bersyukur adalah mendapat ke-ridhaan Allah dan ampunan-Nya.
Keridhaan Allah lebih agung dan lebih mulia dari setiap nikmat, sebagaimana Allah berfirman yang artinya ,” Dan keridhaan Allah adalah lebih besar ; Itu adalah keberuntungan yang besar ,” (Qs. At-Taubah : 72).
Sebagaimana disabdakan Rasulullah, yang artinya , “Sesungguhnya Allah ridha terhadap seorang hamba yang makan kemudian memuji-Nya, atau minum kemudian memuji-Nya ,” (Hr. Muslim, 2734).
Allahu a’lam
Sumber :Al Fauzan, Abdullah bin Shalih , Kaifa Nakuuna Minasy syaakiriin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar