Dalam Rabi’ul Abrar (4,325), dikatakan bahwa ,’Nikmat Allah itu tidak disadari, kecuali setelah lenyap’.
Saudaraku, kita manusia hidup dalam nikmat yang sangat besar, baik secara umum maupun khusus, namun kita banyak melalaikannya, tidak menyadarinya. Kita tidak menyadari bahwa kita hidup selalu dalam kenikmatan.
Karena buaian nikmat ini , kita mengira bahwa ini memang sudah seharusnya menjadi hak kita. Selama ini kita tidak mengetahui, tidak menyadari, bahawa semua yang kita alami adalah nikmat, sehingga tidak mengetahui bagaimana cara mensyukurinya.
Padahal rasa syukur itu dibangun dengan mengetahui nikmat dan menghadirkannya, serta menyadari bahwa itu nikmat yang Allah berikan kepada kita. Kita menyangka bahwa orang lain disekitar kita juga mendapatkannya nikmat itu seperti kita
Bukankah kita hidup dalam selubung nikmat yang luar biasa. Nikmat yang datang silih berganti beragam jenisnya telah membuat kita lupa akan nikmat itu sendiri.
Kita menyangkan bahwa orang lain disekitar kita juga mendapatkannya nikmat itu seperti kita. Sehingga pemikiran ini akan angat menghambat keinginan untuk bersyukur kepada Dzat yang telah memberikan nikmat.
Allah mengingatkan kepada kita, melalui firman-Nya , yang aartinya ,” dan ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan al-Hikmah. Allah member pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu “. (Qs. Al-Baqarah : 231).
Kita mengetahui nikmat dan hakikatnya. Namun sulit untuk menyadari bahwa kira sebenarnya selalu dalam buaian nikmat itu. Sungguh celakalah kita, bila menganggap nikmat Allah yang kita nikmati ini hanya sedikit. Karena barang siapa tidak mengetahui nikmat, maka ia tidak akan bisa mensyukurinya.
Kita baru menyadari nikmatnya kesehatan setelah nikmat itu dicabut Allah , baru tersadar saat kita jatuh sakit. Dan apabila kita tidak pernah sakit, maka kita tidak bisa mengetahui bagaimana berharganya nikmat sehat. Itulah kenikmatan (hikmah) sakit, dan kita juga kurang menyadari itu.
Dan salah satu nikmat yang sungguh sangat besar nilainya bagi kita, adalah Allah memberikan kepada kita kemampuan untuk mensyukuri nikmat-Nya. Sungguh mensyukuri nikmat itu sendiri merupakan suatu hal (nikmat) yang wajib untuk disyukuri. Karena seorang hamba tidak mungkin dapat mensyukuri atas nikmat Allah , kecuali dengan nikmat-Nya juga.
Imam Syafi’I dalam kitab al Risalah, menyatakan bahwa Segala puji bagi Allah, dimana kita tidak mungkin dapat mensyukuri nikmat-Nya kecuali dengan nikmat-Nya juga. Suatu keharusan bagi hamba yang mendapatkan nikmat untuk mensyukurinya,’.
Seorang hamba tidak mungkin dapat memuji dan bersyukur kepada Allah, kecuali atas pertolongan dan karunia Allah.
Bahkan dalam Al-Syukr , Ibnu Abi Dunya menyatakan bahwa, ‘ Setiap nikmat mungkin dapat disyukuri , kecuali nikmat Allah. Karena setiap mensyukuri nikmat-Nya merupakan nikmat juga dari-Nya. Maka seorang hamba harus mensyukuri nikmat kedua untuk mensyukuri nikmat pertama. Demikian pula dengan mensyukuri nikmat ketiga, keemapat dan seterusnya ,’.
Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mensyukuri nikmat dan kebaikan yang dilimpahkan kepada hamba-Nya itu. Karena manfaat bersyukurr akan kemi kepada hamba dalam agamannya, dunianya dan akhiratnya, bukan kepada Allah. Justru hamba lah yang akan memperoleh manfaat dengan mensyukuri-Nya.
Sebagaimana Firman Allah, yang artinya ,” Barangsiapa yang bersyukur, maka ia bersyukur untuk dirinya sendiri ,” (Qs. Luqman : 12).
Saudaraku, marilah kita berusaha untuk selalu dan selalu bersyukur kepada Allah.
Allahu a’lam
Sumber : Al-Fauzan, Abdullah bin Shalih, Kaifa Nakuuna Minasy Syaakirin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar