Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Abu Hurairah ra berkata, bahwa “ seseorang telah mencela Abu Bakar, dan Abu Bakar pun diam, sedangkan Rasulullah SAW ketika itu bersama mereka. Rasulullah merasa kagum, lalu tersenyum.
Ketika orang itu memperbanyak cercaannya maka Abu Bakar membalas sebagian yang diucapkannya. Rasulullah pun marah dan beranjak pergi. Abu Bakar pun menyusul Beliau dan bertanya, Wahai Rasulullah, orang itu telah mencerca diriku dan Engkau tetap duduk. Namun disaat aku menimpali sebagian yang diucapkannya, mengapa Engkau marah dan berdiri ?
Rasulullah pun menjawab, “ bersamamu tadi ada malaikat yang menimpali orang itu sementara engkau diam. Akan tetapi ketika engkau menimpali sebagian yang diucapkannya itu, setan pun datang, dan aku tidak mau duduk bersama setan “.
Selanjutnya Rasulullah bersabda, “ Hai Abu Bakar, ada tiga perkara yang semuanya adalah hak.
- Tidak ada seorang hamba yang dizalimi dengan satu kezaliman kemudian dia memaafkannya karena Allah, melainkan Allah akan memuliakannya karena perbuatannya itu akan menolongnya.
- Dan tidaklah seseorang yang membukakan pintu untuk menyampaikan suatu pemberian dengan niat bersilaturahmi, melainkan Allah akan memperbanyak hartanya.
- Dan tidaklah seseorang membuka pintu untuk meminta-minta dengan niat memperbanyak hartanya, melainkan Allah SWT akan semakin mepersedikit hartanya. “
Saudaraku, ingatlah akan pribadi agung Rasulullah SAW , sungguh mulia akhlak beliau. Sudah tak terhitung berapa kali RAsulullah memaafkan perbuatan keji orang lain. Dengan kesabarannya RAsulullah membalas setiap perbuatan keji mereka dengan kebaikan. Misal, ketika beliau setiap hari diludahi orang dalam perjalanannya. Beliau tidak pernah marah atau membalas dengan meludahi juga. Ketika orang yang meludahi itu jatuh sakit, maka Rasulullah membesuk dan mendoakan atas kesembuhannya.
Saudaraku, Rasulullah selalu mengajarkan kita tentan sabar dan pemaaf. Sikap sabar dan pemaaf sangat diutamakan dalam Islam. Karena sabar itu adalah menahan. Sabar adalah aktivitas bukan pasivitas, suatu perlawanan bukan penyerahan, sesuatu yang sangat membutuhkan pengorbanan.
Disaat kita dizalimi, mulai dari dihina dst. Tentu hati kita mudah untuk tersulut dan tergoda untuk segera membalasnya dengan perbuatan yang minimal sama. Maka menahan keinginan semacam itu dan melakukan penahanan pada saat itu dinamakan sabar. Sehingga memunculkan perbuatan memaafkan.
Pemahaman hamba yang beriman tentang sikap memaafkan ini sungguh indah. Banyak diantara kita menyatakan bahwa mereka telah memaafkan seseorang yang menyakitinya, namun masih dibutuhkan waktu yang lama untuk membebaskan diri dari rasa marah dan benci di hati mereka. Sikap seperti ini masih cenderung menampakkan rasa marah itu.
Sikap memaafkan hamba yang beriman didasarai dengan rasa tulus. Karena menyadari bahwa setiap manusia selalu mendapar ujian. Dan belajar dari kesalahan , maka bisa berlapang dada. Hamba yang beriman juga bisa memaafkan walaupun sebenarnya mereka dipihak yang benar dan pihak lain bisa jadi yang salah.
Dan ketiak memaafkan , mereka tidak membedakan antara kesalahan kecil dan besar. Seseorang bisa saja menyakiti mereka tanpa sengaja. Namun hamba yang beriman menyadari bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah. Sehingga tidak terbelenggu oleh rasa amarah.
Firman Allah, yang artinya “… dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu ? dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang “. (Qs. An-Nuur : 22).
Telah banyak pembuktian secara ilmiah, yang menyatakan bahwa orang yang terbiasa memaafkan, akan berdampak posistif bagi dirinya. Bukan hanya psikis tetapi bahkan secara fisik. Kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan.
Sungguh terasa berat , proses memaafkan, namun disisi lain terasa membahagiakan. Satu bagian dari akhlak yang terpuji, yang menghilankan segala dampak merusak dari kemarahan, membantu seorang hamba menikmati kehidupannya yang sehat.
Saudaraku, terlepas dari semua kebaikan dan manfaat memaafkan, tujuan sebenarnya dari perbuatan memaafkan itu haruslah dilandasi dengan tujuan untuk menddapatkan ridha Allah.
Semoga hati kita tetap jernih dan tetap focus untuk hanya mengejar ridha Allah SWT.
Allahu a’lam
Sumber : J-Q , Muzzaki 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar