Niat bukan sekedar ucapan nawaytu (saya berniat). Lebih daripada itu, ia adalah dorongan hati seiring dengan futuh (pembukaan) dari Allah SWT. Kadang-kadang ia mudah dicapai, tetapi kadang-kdang juga sulit. Seseorang yang hatinya dipenuhi urusan dien, akan mendapatkan kemudahan dalam menghadirkan niat untuk berbuat baik. Sebab ketika hati telah
hati telah condong kepada pangkal kebaikan, ia pun qkqn terdorong untuk cabang-cabang kebaikan.
Dari riwayat Umar bin Khathab, Rasulullah bersabda ,” Bahwasanya amal-amal itu tergantung kepada niat. Dan seseorang itu akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barang siapa niat hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, hijrahnyapun kepada Allah dan rasul-Nya. Barang siapa niat hijrahnya kepada dunia yang diinginkannya atau wanita yang akan dinikahinya, hijrahnyapun untuk apa yang ia niatkan “.
Kalimat , “bahwasanya amal-amal itu tergantung pada niat” berarti, baiknya amal yang dikerjakan sesuai dengan sunnah itu tergantung kepada kebaikan niatnya. Sabda Rasulullah “Bahwasanya amal-amal itu terhgantung kepada akhirnya”.
Kalimat ,”Dan seorang itu akan mendapatkan apa yang ia niatkan”, berarti pahala amal seorang itu tergantung kepada kebaikan niatnya.
Kalimat, “ Barang siapa niat hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, hijrahnyapun kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya kepada dunia yang diinginkannya atau wanita yang akan dinikahi-Nya, hijrahnyapun untuk apa yang ia niatkan”.
Diatas adalh contoh dari amalan-amalan yang memiliki kesamaan bentuk pelaksanaanya, tetapi berbeda adlam hasil. Namun, niat baik tidak akan mengubah kemaksiatan pada hakikatnya. Jadi kemaksiatan itu tidak dapat berubah menjadi ketaatan karena niat.
Ketaatan bisa berubah menjadi kemaksiatan karena niat. Perkara mubah bisa menjadi kemaksiatan dan bisa berubah menjadi ketaatan karena niat.
Sedangkan kemaksiatan tidak akan berubah menjadi ketaatan karena niat (tetapi justru akan menambah berat dan dosa dari kemaksiatan itu).
Pada dasarnya , keabsahan suatu ketaatan itu terikat kepada niat. Begitu pula dengan pelipatgandaan pahalanya. Sehubungan dengan keabsahan, seseorang harus meniatkan ketaatanya sebagai ibadah kepada Allah SWT saja.
Jika ia meniatkan riya’, maka ketaatan yang ia lakukan itu berubah menjadi kemaksiatan.
Perkara-perkara yang mubah, secara keseluruhannya mengandung satu niat atau lebih. Karenanya ia bisa menjadi bentuk taqrrub yang bernilai tinggi, dan disediakan pula derajad yang tinggi untuknya.
Keutamaan niat.
Umar bin Khathab berkata, “ Amal yang paling utama adalah melaksanakan kewajiban dari Allah SWT, bersikap wara’ terhadap apa yang diharamkan-Nya, dan meluruskan niat untuk mendapatkan pahala disisi Allah SWT.
Betapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niat. Betapa banyak pula amalan besar menjadi kecil karena niat.
Niat adalah kehendak hati . Tidak diwajibkan melafalkannya dalam ibadah .
Sumber : Tazkiyatun Nafs, Ibn Rajab Al-Hambali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar