Persepsi mudah terpengaruh oleh prasangka shg
kita sulit melihat dg utuh, namun lebih suka bhw yg kita ingini itulah yg seharusnya terjadi. Selanjutnya kita berupaya melakukan pembenaran apa yg kita lihat menurut
prasangka itu. Persepsi dikendalikan oleh sudut pandang kita , dimana
kita hanya ingin melihat apa yg sebenarnya kita inginkan . Sering kita terbelenggu dalam prasangka. Manusia sulit melepaskan
diri dari prasangka. Kita berprasangka terhadap apapun. Prasangka berarti
membuat keputusan sebelum mengetahui fakta utuh. Kita lebih asyik mengedepankan
prasangka di banding fakta yg bisa jadi sangat berlawanan. Dalam persepsi, individu tsb memberikan arti
kpd stimulus secara otonom thd suatu benda dan bisa sangat berbeda meskipun
objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada
situasi itu sendiri.
Persepsi amat dipengaruhi prasangka . Seorang
psikolog berkata bahwa persepsi, sikap, prasangka, dan prilaku saling
berinteraksi dan saling berpengaruh satu dg yg lain. Prasangka adalah sikap
yang terbentuk dan berawal dari persepsi. Jadi, prasangka erat hubungannya dg persepsi
seseorang terhadap suatu objek.
Dalam literatur klasik , The Nature of Prejudice in
1954 (Gordon Allport). Prasangka berasal dari kata praejudicium, yakni
pernyataan atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman
yang dangkal terhadap seseorang atau sekelompok orang tertentu. Prasangka
adalah antipati berdasarkan generalisasi yang salah atau generalisasi yang
tidak luwes. Antipati itu dapat dirasakan atau dinyatakan. Antipati bisa
langsung ditujukan kepada kelompok atau individu dari kelompok tertentu. “Kata
kunci dari definisi Allport adalah ‘antipati’, yang oleh Webster’s Dictionary
disebut sebagai perasaan negatif. Allport memang sangat menekankan bahwa
antipati bukan sekedar antipati pribadi, juga bisa meluas menjadi antipati kelompok.
Kita sering terjebak dalam persepsi hingga membuat prasangka buruk tentang orang
lain. Distorsi informasi dapat mengarahkan seseorang dalam suatu proses persepsi , yang berujung pada men-judge
seseorang, akibat derasnya informasi searah , selanjutnya proses berlanjut
sebagaimana tahap-tahap ini
1. Melihat satu ciri steretip yang mirip ketika pertama bertemu
2. Melakukan penghakiman berdasar opini yang beredar
3. Dan, menganggap orang lain sama dengan kita, dalam mengambil
kesimpulan.
Sebuah penelitian yang
melibatkan dua kelompok anak-anak .
Fase pertama diberikan
kegiatan yang dilakukan bersama-sama dan menyenangkan,
Lalu fase kedua, kedua
kelompok diberikan tugas-tugas yang sifatnya kompetisi. Pada fase kedua ini,
sangat terlihat prasangka antar kelompok, misalnya, mereka beranggapan kelompok
lain akan mencurangi kelompoknya dst.
Melalui penelitian itu
terlihat persepsi negatif muncul timbul perbedaan antara kelompok teman dan
kelompok lawan. Dengan adanya prasangka di kehidupan sehari – hari, prasangka
cukup sulit dihindari.
Deberapa pedagang di suat pasar yang menjual barang
yang sama akan muncul kompetisi untuk mendapatkan pembeli. Ketika satu pedagang
memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan pedagang lainnya, maka ini akan
menjadi sumber tumbuhnya prasangka antar pedagang.
Penyebab lainnya misalnya kategorisasi
sosial. Dalam keseharian sering kita mengkategorikan
individu lain berdasarkan kriteria tertentu, seperti gender, agama, suku, ras atau dst. Pengkategorian ini dapat
menjadi akar berkembangnya prasangka. Dari sinilah tumbuh kecenderungan prasangka
negatif terhadap kelompok tertentu.
Psikolog William James, menyatakan bahwa
hidupmu adalah budak dari pemikiranmu, dimana keputusan seseorang untuk
mengambil suatu tindakan adalah hasil dari persepsimnya tentang suatu
peristiwa. Bila seorang hamba mengedepankan pemikiran positif (husnuzh zhann),
maka tindakan positif akan dilakukaknya, sebaliknya bila ia menyikapi suatu
peristiwa dengan pikiran negatif,maka perilaku negatif pula kan dikerjakannya.
Edmund
Spencer,menyatakan bahwa pikiranlah yang membuat baik menjadi jelek, bahagia menjadi
sengsara, kaya jadi miskin.
Dalam kondisi nyata , ketika mata kita melihat suatu benda, kemudian frame itu ditangkap oleh otak kita, kemudian otak kita mengembalikan sinyal tersebut dalam bentuk kesan, dan kesan itu menimbulkan persepsi yang menghasilkan reaksi menolak atau menerima.
Yang jadi pertanyaan adalah tidak setiap
persepsi yang dihasilkan dari kesan merupakan konklusi yang bersifat mutlak.
Suatu persepsi yang ditimbulkan dari kesan akan sangat tergantung pada
lingkungan orang yang memperolehnya. Dalam hal ini persepsi sangat dibentuk
oleh emosi atau experience ketika berada
dalam lingkungan tersebut.
Persepsi yang dibentuk oleh emosi lebih
banyak bersifat value atau kondisi yang
nampak pada suatu obyek/subyek , orang cenderung akan mengambil kesimpulan (judge) secara eksplisit hanya
berupa kulit luarnya saja tanpa mempertimbangkan hal lain yang barangkali
mengikutinya.
Menurut Kenneth,
perhatian juga sangat berpengaruh terhadap persepsi. Dimana perhatian merupakan
proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimulus yang lainnya melemah Tertarik tidaknya individu untuk
memperhatikan satu stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
Pakar lainnya menyatakan bahwa faktor yg sangat dominan adalah faktor
ekspektansi (faktor pengharapan / keinginan ) dari si penerima informasi
sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir (perceptual set) tertentu
yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu, dimana mental
set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.
1. Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi atau kebiasaan yang
terjadi ketika seseorang menerima stimulus yg baru bagi dirinya akan
menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Contoh lain : seseorang akan
mempersepsikan bahwa tuan x adalah orang beragama Islam karena berwajah /
berpostur timur tengah (arab), padahal belum tentu. Atau orang akan
mempersepsikan orang bali tentu beragama hindu padahal belum tentu juga.
2. Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan
kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau
masakan ketika kelaparan daripada orang lain yang baru saja makan.
3. Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan
sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang
menyakitkan karena dikhianati mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk
mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu.
Saat ini ada banyak sumber informasi , yang
secara sadar maupun tidak , terus menerus mensuplai beragam informasi masuk ke
dalam pikiran kita.
Persepsi kita diperkuat oleh
infomasi yang kita terima setiap hari, dari koran, internet, TV, info gosip , dst.
Seringnya kita memasukan informasi sampah dalam diri kita. Membaca koran soal
kejahatan, timbul rasa takut. Mendengar bertita soal kecatikan, merasa wajah
saya burukSeluruh informasi ini yang secara sadar kita terima, tapi informasi yang
tanpa sadar kita terima juga membentuk persepsi. Persepsi terbentuk dari
pengalaman hidup dari sejak awal kehidupan kita.
Andaikata saja , sumber informasi yang
menjadi bahan baku persepsi tsb yang
muncul adalah selalu baik, tentu hidup akan jauh lebih nyaman. Andaikata kita
bisa memegang, mempengaruhi, menjaga pikiran kita agar tidak muncul persepsi
yang salah tentu hidup akan jauh lebih ringan dan damai. Jadi apa yang ada dalam diri individu, pikiran,
perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam
proses persepsi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal
dan Faktor Eksternal.
1.
Faktor Internal , yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang
mencakup beberapa hal antara lain :
- Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
- Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yg dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
- Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
- Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
- Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
- Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2.
Faktor Eksternal , merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang
terlibat didalamnya. Faktor ini dapat mengubah sudut pandang
seseorang terhadap subyek atau obyek sekitar dan
mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. :
- Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
- Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
- Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
- Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
- Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
Suatu persepsi juga terbentuk oleh pengalaman
yg terkait dengan intelegensi dan kemampuan orang menafsirkan sesuatu yang ada
dihadapannya. Seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang akan
mempengaruhi persepsi terhadap hal-hal yang dilihat atau ditemui. Persepsi
demikian memiliki kekuatan hukum yang landasannya jelas bersifat ilmiah.
Banyak konflik (benturan) terjadi karena perbedaan mempersepsikan suatu kondisi atau
suatu peristiwa. Pada contoh sederhana
diatas, cara pandang dua orang yang melihat satu hal yang sama saja sangat
berbeda dan tergantung experience
dan emosi masing-masing orang.
Konfirmasi penting dilakukan ketika kita tak menemukan simpul kesepahaman karena pada dasarnya persepsi dapat menjatuhkan atau mengangkat nilai dari suatu hal.
Sebagaimana dikatakan psikolog William Blake , bahwa , ‘If the
doors of perception were cleansed, everything would appear as it is (infinite). Jika pintu persepsi dibersihkan,
segala hal akan nampak sebagaimana adanya ( sangat luar biasa.)’ Jadi Berhati-hatilah dengan penilaian - persepsi
anda! Seringkali kita melakukan penghakiman
negatif terhadap seseorang , hanya karena penampilan seseorang itu
Namun, di lain sisi persepsi prasangka dan
asumsi orang thd kita akan sangat baik jika kita jadikan sebagai bahan evaluasi
diri. Memang untuk menilai diri sendiri tidaklah mudah, pun begitu pula untuk
menjadi seperti yang diinginkan semua orang tidak lah mudah. Masing masing
orang punya preferensi dan ketertarikan dan ketidaksukaan tersendiri. Yang terpenting adalah jadi diri kita sendiri,
percaya diri, dan tetap lah pada jalan-Nya yang lurus.
Allahu a’lam
Sumber : Si Cacing dan Kotoran
Kesayangannya 2 (Ajhan Brahm) , dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar